Monday, May 20, 2024
27.7 C
Jayapura

Kontak Tembak di Puncak, Honai dan Gereja Dikabarkan Dibakar

JAYAPURA-Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dilaporkan terlibat kontak tembak dengan aparat TNI di Kabupaten Puncak, sejak 14 Agustus 2021.

Dari  informasi yang didapatkan, kontak tembak antara TNI dan OPM terjadi di Distrik Beoga Utara tepatnya di Kampung Mundidok dan puncaknya pada Kamis (19/8). Dampak dari kontak  tembak tersebut, seorang ibu rumah tangga terkena peluru akibat salah tembak dan sudah dievakuasi ke Timika.

Akibat kejadian tersebut, warga melakukan demo di kediaman Bupati Puncak, Willem Wandik, SE., M.Si., Jumat (20/8) sore. 

Mereka meminta anggota ditarik dari Distrik Gome Utara agar mereka bisa kembali ke kampung, membangun kembali honai dan gereja yang dibakar.

Salah satu warga Kampung Mundidok yang juga pengurus gereja menyampaikan bahwa honai miliknya dan kantor gereja dibakar.

Baca Juga :  Tak Ada Sweeping Namun Perketat Razia

“Kita tinggal di sana (Kampung Mundidok-red). Saya punya honai dan kantor gereja semua hancur dibakar,” ucap warga tersebut sebagaimana video yang didapatkan Cenderawasih Pos.

Di hadapan Bupati Willem Wandik, warga meminta Pemkab Puncak agar honai dan kantor gereja yang dibakar dibangun kembali. Warga juga mempertanyakan kenapa honai miliknya dibakar.

Sementara itu, Kepala Komnas HAM RI Perwakilan Papua Frits Ramandey menyampaikan, Goliath Tabuni sebelumnya sudah menyampaikan bahwa mereka berhenti perang. Sebagaimana Komnas HAM dan beberapa elemen sedang melakukan upaya negosiasi dengan pihak ini (OPM-red)

“Kita meminta seluruh operasi harus dilakukan secara terukur supaya tidak menimbulkan korban. Perlu diingat situasi di Ilaga sebelumnya sudah mulai kondusif dan membaik. Ini harus dirawat dan yang dikedepankan adalah pemerintah daerah bukan aparat. Karea kalau aparat  yang bertindak menimbulam resistensi dan problem baru,” papar Frits.

Baca Juga :  Persilakan KPK dan Tim Dokter Independen "Jenguk" Lukas Enembe

Lanjut Frits, Komnas HAM prihatin atas situasi ini. Komnas HAM berharap operasi bisa terukur  sehingga tidak menimbulkan korban baru.

“Komnas HAM sudah mendapat informasi soal kejadian di Puncak, tapi  kita belum verifikasi. Dimana terjadi pembakaran  honai, ada yang meninggal dalam honai dan ada anggota TPN-OPM yang terkena tembak. Tapi kami belum bisa verifikasi hal tersebut,” kata Frits.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan aparat terkait tidak bisa dikonfirmasi. (fia/nat)

JAYAPURA-Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dilaporkan terlibat kontak tembak dengan aparat TNI di Kabupaten Puncak, sejak 14 Agustus 2021.

Dari  informasi yang didapatkan, kontak tembak antara TNI dan OPM terjadi di Distrik Beoga Utara tepatnya di Kampung Mundidok dan puncaknya pada Kamis (19/8). Dampak dari kontak  tembak tersebut, seorang ibu rumah tangga terkena peluru akibat salah tembak dan sudah dievakuasi ke Timika.

Akibat kejadian tersebut, warga melakukan demo di kediaman Bupati Puncak, Willem Wandik, SE., M.Si., Jumat (20/8) sore. 

Mereka meminta anggota ditarik dari Distrik Gome Utara agar mereka bisa kembali ke kampung, membangun kembali honai dan gereja yang dibakar.

Salah satu warga Kampung Mundidok yang juga pengurus gereja menyampaikan bahwa honai miliknya dan kantor gereja dibakar.

Baca Juga :  Tukang Bakso Dibacok, Dua Orang Diamankan

“Kita tinggal di sana (Kampung Mundidok-red). Saya punya honai dan kantor gereja semua hancur dibakar,” ucap warga tersebut sebagaimana video yang didapatkan Cenderawasih Pos.

Di hadapan Bupati Willem Wandik, warga meminta Pemkab Puncak agar honai dan kantor gereja yang dibakar dibangun kembali. Warga juga mempertanyakan kenapa honai miliknya dibakar.

Sementara itu, Kepala Komnas HAM RI Perwakilan Papua Frits Ramandey menyampaikan, Goliath Tabuni sebelumnya sudah menyampaikan bahwa mereka berhenti perang. Sebagaimana Komnas HAM dan beberapa elemen sedang melakukan upaya negosiasi dengan pihak ini (OPM-red)

“Kita meminta seluruh operasi harus dilakukan secara terukur supaya tidak menimbulkan korban. Perlu diingat situasi di Ilaga sebelumnya sudah mulai kondusif dan membaik. Ini harus dirawat dan yang dikedepankan adalah pemerintah daerah bukan aparat. Karea kalau aparat  yang bertindak menimbulam resistensi dan problem baru,” papar Frits.

Baca Juga :  Massa dan Tim Sukses Harus Lebih Dewasa

Lanjut Frits, Komnas HAM prihatin atas situasi ini. Komnas HAM berharap operasi bisa terukur  sehingga tidak menimbulkan korban baru.

“Komnas HAM sudah mendapat informasi soal kejadian di Puncak, tapi  kita belum verifikasi. Dimana terjadi pembakaran  honai, ada yang meninggal dalam honai dan ada anggota TPN-OPM yang terkena tembak. Tapi kami belum bisa verifikasi hal tersebut,” kata Frits.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan aparat terkait tidak bisa dikonfirmasi. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya