Kisah Mereka yang Selamat dan Masih Dalam Pencarian Musibah Banjir Longsor Sumatera
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika bencana datang, apapun bisa terjadi. Tapi bisa lolos dari musibah, sesuatu yang patut disyukuri.
Laporan:Zikriniati,Putra Susanto_Padangpariaman
SYVA Ivandra, asal Padangpariaman telah setahun merantau ke Malaysia. Rabu (26/11) lalu, ia ingin melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman. Maka pulanglah dia. Suami dari Reyza ini menempuh perjalanan jalur laut dari Malaysia ke Dumai, Riau.
Sampai sekitar pukul 15.30 WIB. Kemudian melanjutkan perjalanan bersama enam perantau lainnya dengan tujuan sama menggunakan travel.Sekitar pukul 01.00 WIB, Kamis (27/11), perjalanan harus terhenti di Padangpanjang. Tepatnya di sekitar Jembatan Kembar, Kota Padangpanjang.
Sopir travel menyebut ada tanah longsor yang menutupi bahu jalan. Syva dan enam penumpang lainnya hanya pasrah. Mereka menunggu situasi normal dan terpaksa bermalam di mobil.
“Paginya saya keluar dari mobil sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu hari hujan. Saya ajak penumpang lain keluar, cari sarapan. Mereka menolak, mungkin kelelahan,” ceritanya.
Tak jauh dari posisi parkir mobil, lelaki 34 tahun ini melihat warung makan. Di situ, ia bertemu sopir dan sejumlah orang yang juga terpaksa bermalam di bawah Jembatan Kembar.
Sembari menunggu pesanan datang, Syva menelepon istri dan anaknya sekitar pukul 10.00 WIB. Saat asyik mendengar celoteh riang, Arumi, putrinya, ia mendengar suara dentuman yang menggelegar. Disusul suara air yang mengalir deras.
Sava kaget, reflek ia meloncat dan berlari kencang, panik. Saat berlari ia sempatkan melihat kebelakang.Dadanya berdegup kencang demi melihat arus air bercampur lumpur, batu dan lainnya juga bergerak kencang ke arahnya.