Sunday, May 25, 2025
27.7 C
Jayapura

Biak Jadi Sentra Pengiriman Daging Babi ke Zona Merah

BIAK – Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) menjadi ancaman serius bagi peternakan babi di Tanah Papua. Pejabat Kantor Balai Besar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BBKHIT) Papua, Dokter Hewan Awit Dyah A. Naomi, mengungkapkan bahwa Provinsi Papua Pegunungan dan Papua Tengah telah ditetapkan sebagai zona merah wabah ini.

Menurut Awit Dyah A. Naomi, Papua Tengah bahkan telah menerapkan penutupan total, melarang sama sekali masuknya babi dan produk olahannya. Sementara itu, Papua Pegunungan masih memperbolehkan penerimaan babi dan produknya, namun dengan syarat adanya rekomendasi pemasukan dan rekomendasi dari Dinas Pertanian Pangan Provinsi Papua Pegunungan.

Untungnya, Biak justru menjadi produsen utama dan sentra pengiriman daging babi ke wilayah Papua Pegunungan, khususnya Jayawijaya. “Memang selama ini kita masih melakukan penerbitan sertifikat untuk daging babi ke wilayah Papua Pegunungan. Rekomendasi di dari Dinas Pertanian Pangan Provinsi Papua Pegunungan,” jelas Awit Dyah A. Naomi, Selasa (20/5).

Baca Juga :  Tingkatkan PAD, Kelurahan Samofa Kelola Booth UMKM

Kabar baiknya, Provinsi Papua, termasuk Biak, Serui, dan Waropen, hingga saat ini masih nihil kasus Demam Babi Afrika. Meskipun demikian, kasus ASF sempat ditemukan di wilayah Kabupaten Jayapura, namun saat ini sudah berangsur menurun dan berhasil ditangani.

Awit Dyah A. Naomi menjelaskan bahwa frekuensi pengiriman babi hidup dari Biak memang masih sedikit, hanya satu atau dua ekor. Namun, volume pengiriman daging babi sangat tinggi.

BIAK – Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) menjadi ancaman serius bagi peternakan babi di Tanah Papua. Pejabat Kantor Balai Besar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BBKHIT) Papua, Dokter Hewan Awit Dyah A. Naomi, mengungkapkan bahwa Provinsi Papua Pegunungan dan Papua Tengah telah ditetapkan sebagai zona merah wabah ini.

Menurut Awit Dyah A. Naomi, Papua Tengah bahkan telah menerapkan penutupan total, melarang sama sekali masuknya babi dan produk olahannya. Sementara itu, Papua Pegunungan masih memperbolehkan penerimaan babi dan produknya, namun dengan syarat adanya rekomendasi pemasukan dan rekomendasi dari Dinas Pertanian Pangan Provinsi Papua Pegunungan.

Untungnya, Biak justru menjadi produsen utama dan sentra pengiriman daging babi ke wilayah Papua Pegunungan, khususnya Jayawijaya. “Memang selama ini kita masih melakukan penerbitan sertifikat untuk daging babi ke wilayah Papua Pegunungan. Rekomendasi di dari Dinas Pertanian Pangan Provinsi Papua Pegunungan,” jelas Awit Dyah A. Naomi, Selasa (20/5).

Baca Juga :  Rp 55,5 Miliar Dana BOS Telah Disalurkan

Kabar baiknya, Provinsi Papua, termasuk Biak, Serui, dan Waropen, hingga saat ini masih nihil kasus Demam Babi Afrika. Meskipun demikian, kasus ASF sempat ditemukan di wilayah Kabupaten Jayapura, namun saat ini sudah berangsur menurun dan berhasil ditangani.

Awit Dyah A. Naomi menjelaskan bahwa frekuensi pengiriman babi hidup dari Biak memang masih sedikit, hanya satu atau dua ekor. Namun, volume pengiriman daging babi sangat tinggi.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/