JAYAPURA– Jaman penjajahan dulu, Papua atau Kota Jayapura menjadi salah satu wilayah yang sempat diduduki beberapa negara luar, salah satunya Belanda. Belanda bisa dibilang paling lama di Papua. Dan sangking lamanya, Belanda sampai membuat sebuah grand design pembagunan yang memang direncanakan untuk pembangunan jangka panjang.
Grand design ini biasa kadang disebut sebagai blueprint. Blueprint tersebut mirip seperti peta terkait daerah mana akan dibangun kawasan apa dan daerah mana layak dibangun apa termasuk daerah yang harusnya steril dari pembangunan semua tergambar jelas. Hanya saja, kesini-kesini grand design tersebut banyak terjadi perubahan dan tidak lagi dijadikan sebagai rujukan.
Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Papua, Marcelino Yonas menjelaskan bahwa grand desain atau blueprint peninggalan Belanda saat ini sudah banyak mengalami perubahan atau dilanggar. Ini diyakini memberikan dampak buruk bagi masyarakat di Kota Jayapura.
“Oh sudah pasti, berubah banyak. Yang paling pertama adalah perencanaan pemukiman kemudian daerah-daerah jasa dan bisnis itu sebagian berada di daerah resapan air,”kata Marcelino Yonas, Rabu (5/2).
Dia mengatakan, grand desain Belanda kala itu, dibuat dengan perhitungan dan kajian yang cukup matang. Misalnya salah satu peninggalannya pembangunan pelabuhan yang dibangun di Dok II, hal itu terjadi karena Belanda sudah memperhitungkannya secara geologi.
“Tidak mungkin dibangun di Depapre, karena Depapre itu merupakan jalur sesar utama, tetapi kalau dibangun di Dok 2 ketika terjadi tsunami atau gempa, Kayu Pulo akan meredam getaran ke darat,”ujarnya.