Saturday, April 19, 2025
26.7 C
Jayapura

Blueprint Belanda  Sudah Banyak dilanggar?

JAYAPURA– Jaman penjajahan dulu, Papua atau Kota Jayapura menjadi salah satu wilayah yang sempat diduduki beberapa negara luar,  salah satunya Belanda. Belanda bisa dibilang paling lama di Papua. Dan  sangking lamanya, Belanda sampai membuat sebuah grand design pembagunan yang memang direncanakan untuk pembangunan jangka panjang.

Grand design ini biasa  kadang disebut sebagai blueprint. Blueprint tersebut mirip seperti peta terkait daerah mana akan dibangun kawasan apa dan daerah mana layak dibangun apa termasuk daerah yang harusnya steril dari pembangunan semua tergambar jelas. Hanya saja, kesini-kesini grand design tersebut banyak terjadi perubahan dan tidak lagi dijadikan sebagai rujukan.

Baca Juga :  Besaran Zakat Fitrah, Maal dan Fidyah Ditetapkan

Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Papua, Marcelino Yonas menjelaskan bahwa grand desain atau blueprint peninggalan Belanda saat ini sudah banyak mengalami perubahan atau dilanggar. Ini diyakini memberikan dampak buruk bagi masyarakat di Kota Jayapura.

“Oh sudah pasti, berubah banyak. Yang paling pertama adalah perencanaan pemukiman kemudian daerah-daerah jasa dan bisnis itu sebagian  berada di daerah resapan air,”kata Marcelino Yonas, Rabu (5/2).

Dia mengatakan, grand desain Belanda kala itu, dibuat dengan perhitungan dan kajian yang cukup matang. Misalnya salah satu peninggalannya pembangunan  pelabuhan yang dibangun di Dok II, hal itu terjadi karena Belanda sudah memperhitungkannya secara geologi.

Baca Juga :  DP3AKB dan Distrik  Evaluasi Penanganan Stunting

“Tidak mungkin dibangun di Depapre,  karena Depapre  itu merupakan jalur sesar utama, tetapi kalau dibangun di Dok 2 ketika terjadi tsunami atau gempa, Kayu Pulo akan meredam getaran ke darat,”ujarnya.

JAYAPURA– Jaman penjajahan dulu, Papua atau Kota Jayapura menjadi salah satu wilayah yang sempat diduduki beberapa negara luar,  salah satunya Belanda. Belanda bisa dibilang paling lama di Papua. Dan  sangking lamanya, Belanda sampai membuat sebuah grand design pembagunan yang memang direncanakan untuk pembangunan jangka panjang.

Grand design ini biasa  kadang disebut sebagai blueprint. Blueprint tersebut mirip seperti peta terkait daerah mana akan dibangun kawasan apa dan daerah mana layak dibangun apa termasuk daerah yang harusnya steril dari pembangunan semua tergambar jelas. Hanya saja, kesini-kesini grand design tersebut banyak terjadi perubahan dan tidak lagi dijadikan sebagai rujukan.

Baca Juga :  Dramatis, Tim Sepak Bola Papua Lolos ke PON

Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Papua, Marcelino Yonas menjelaskan bahwa grand desain atau blueprint peninggalan Belanda saat ini sudah banyak mengalami perubahan atau dilanggar. Ini diyakini memberikan dampak buruk bagi masyarakat di Kota Jayapura.

“Oh sudah pasti, berubah banyak. Yang paling pertama adalah perencanaan pemukiman kemudian daerah-daerah jasa dan bisnis itu sebagian  berada di daerah resapan air,”kata Marcelino Yonas, Rabu (5/2).

Dia mengatakan, grand desain Belanda kala itu, dibuat dengan perhitungan dan kajian yang cukup matang. Misalnya salah satu peninggalannya pembangunan  pelabuhan yang dibangun di Dok II, hal itu terjadi karena Belanda sudah memperhitungkannya secara geologi.

Baca Juga :  Baju Gamis dan Koko Diburu Jelang Lebaran

“Tidak mungkin dibangun di Depapre,  karena Depapre  itu merupakan jalur sesar utama, tetapi kalau dibangun di Dok 2 ketika terjadi tsunami atau gempa, Kayu Pulo akan meredam getaran ke darat,”ujarnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya