Monday, December 2, 2024
28.7 C
Jayapura

Kebangaan Terhadap Noken Mulai Pudar

JAYAPURA-Tahun ini tepatnya 4 Desember 2024 Noken sebagai Warisan Dunia Tak Benda masuk pada periode ke-12. Salah satu pegiat noken, Marshal Suebu menyebut noken saat ini sedang dalam situasi terancam. Hal itu terjadi karena minimnya perhatian pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang nilai dan sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia tak benda kepada masyarakat terutama generasi muda di tanah Papua

Akibatnya masyarakat terutama anak-anak muda Papua cenderung hanya melihat noken sekedar sebuah benda biasa, atau sekedar sebagai souvenir khas Papua. Padahal secara filosofi noken memiliki nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut merupakan sebuah rangkaian yang mengambarkan budaya orang Papua secara utuh mulai dari hulu sampai ke hilir.

“Jadi saya tegaskan bahwa noken ini bukan hanya tentang tas yang kita gunakan sehari-hari, tapi lebih daripada itu meneguhkan nilai tentang budaya orang papua secara utuh,” ujarnya, Kamis (29/11). Lebih lanjut hal lain yang membuat status noken terancam, karena pemerintah tidak membuat sebuah regulasi yang jelas tentang benda tersebut.

Baca Juga :  Ajak Warga Gunakan Pupuk Organik

Alhasil tak jarang masyarakat hanya mampu menggaungkan noken sebagai warisan dunia akan tetapi untuk memahami hal tersebut dari sisi nilai dan budaya masih sangat minim. “Sampai sekarang belum ada aturan baku yang ditetapkan secara nasional sehingga ini juga yang membuat tidak adanya perhatian khusus tentang noken,” ujarnya.

Tidak hanya itu terancamnya status noken sebagai warisan dunia tak benda, karena tidak ada regulasi yang mengatur secara ekspilisit tentang budaya lokal.

Seperti contoh saat ini kebudayaan masih tergabung dalam satu dinas yaitu dinas pariwisata, hal inilah yang kemudian pola pengembangannya tidak tertata secara baik sebab perhatian pemerintah masih terpecah pada bidang bidang tertentu. Bahkan tidak hanya berbicara noken warisan budaya lainnya di Papua sampai saat ini masih tidak terawat hal ini terjadi karena dukungan anggaran dari pemerintah masih terbagi pada bidang lain.

Baca Juga :  Disinyalir Ada Sertifikat Muncul di Kawasan Konservasi

Oleh sebab itu agar benda tersebut dapat didorong perkembangannya, maka dibuatkan satu kebijakan baru agar kebudayaan bisa berdiri sendiri. Tapi kita bersyukur karena di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran Kementrian Kebudayaan terpisah dengan pariwisata atupun bidang lain yang selama ini bergabung,” tutur Marshal.

Ketua Sanggar Rey May, Kabupaten Jayapura itu menyampaikan di usia yang ke 12 banyak harus diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat serta berbagai pihak yang punya tanggungjawab untuk mempertahankan noken sebagai warisan dunia tak benda.

JAYAPURA-Tahun ini tepatnya 4 Desember 2024 Noken sebagai Warisan Dunia Tak Benda masuk pada periode ke-12. Salah satu pegiat noken, Marshal Suebu menyebut noken saat ini sedang dalam situasi terancam. Hal itu terjadi karena minimnya perhatian pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang nilai dan sejarah lahirnya noken sebagai warisan dunia tak benda kepada masyarakat terutama generasi muda di tanah Papua

Akibatnya masyarakat terutama anak-anak muda Papua cenderung hanya melihat noken sekedar sebuah benda biasa, atau sekedar sebagai souvenir khas Papua. Padahal secara filosofi noken memiliki nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut merupakan sebuah rangkaian yang mengambarkan budaya orang Papua secara utuh mulai dari hulu sampai ke hilir.

“Jadi saya tegaskan bahwa noken ini bukan hanya tentang tas yang kita gunakan sehari-hari, tapi lebih daripada itu meneguhkan nilai tentang budaya orang papua secara utuh,” ujarnya, Kamis (29/11). Lebih lanjut hal lain yang membuat status noken terancam, karena pemerintah tidak membuat sebuah regulasi yang jelas tentang benda tersebut.

Baca Juga :  Maju Pilkada, Welliam Mandiri Diganti Suzana Wanggai

Alhasil tak jarang masyarakat hanya mampu menggaungkan noken sebagai warisan dunia akan tetapi untuk memahami hal tersebut dari sisi nilai dan budaya masih sangat minim. “Sampai sekarang belum ada aturan baku yang ditetapkan secara nasional sehingga ini juga yang membuat tidak adanya perhatian khusus tentang noken,” ujarnya.

Tidak hanya itu terancamnya status noken sebagai warisan dunia tak benda, karena tidak ada regulasi yang mengatur secara ekspilisit tentang budaya lokal.

Seperti contoh saat ini kebudayaan masih tergabung dalam satu dinas yaitu dinas pariwisata, hal inilah yang kemudian pola pengembangannya tidak tertata secara baik sebab perhatian pemerintah masih terpecah pada bidang bidang tertentu. Bahkan tidak hanya berbicara noken warisan budaya lainnya di Papua sampai saat ini masih tidak terawat hal ini terjadi karena dukungan anggaran dari pemerintah masih terbagi pada bidang lain.

Baca Juga :  Pemanfaatan Dana Otsus Harus Sesuai Amanat UU Otsus

Oleh sebab itu agar benda tersebut dapat didorong perkembangannya, maka dibuatkan satu kebijakan baru agar kebudayaan bisa berdiri sendiri. Tapi kita bersyukur karena di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran Kementrian Kebudayaan terpisah dengan pariwisata atupun bidang lain yang selama ini bergabung,” tutur Marshal.

Ketua Sanggar Rey May, Kabupaten Jayapura itu menyampaikan di usia yang ke 12 banyak harus diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat serta berbagai pihak yang punya tanggungjawab untuk mempertahankan noken sebagai warisan dunia tak benda.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/