Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Trauma Kejadian Teman, Anggap Setetes Sangat Berharga

Melihat Upaya Wolter Mendel, Seorang Pemuda Asal Biak yang Berjuang Untuk Kebutuhan Darah

Di balik sebuah aksi kecil, kadang tersembunyi dampak yang begitu besar. Wolter Mendel membuktikan itu. Dengan inisiatif dan kepeduliannya, membentuk komunitas “Byak BersauDARAH” untuk mencukupi kebutuhan darah bagi pasien.

Laporan : Ismail- Biak

Berawal dari pengalaman pribadi, Wolter Mendel, seorang pemuda asal Biak, berhasil menciptakan perubahan besar dalam memenuhi kebutuhan darah di daerahnya. Melalui aksi sosialnya yang ia beri nama “Byak BersauDARAH,” Wolter telah membantu menyelamatkan banyak nyawa dengan menjadi penghubung antara pendonor dan pasien yang membutuhkan darah.

Tepat pada hari jadinya yang ketiga, 10 November 2024 komunitas Byak BersauDARAH yang dibentuk Wolter terus aktif dan semakin berkembang, menjadi tempat bagi para pendonor tetap dan penerima untuk saling membantu. Wolter sendiri merupakn seorang pemuda yang tidak terlalu suka  diekspos sehingga ketika dimintai foto ia hanya menampilkan setengah wajahnya.

Ia menceritakan bahwa ide membuat penggalangan pendorong darah secara sukarela ini tercetus pada 10 November 2021, ketika Wolter mengalami pengalaman pahit saat membantu seorang sahabat dari Waropen yang keluarganya kritis dan membutuhkan transfusi darah. Wolter dan sahabatnya menghadapi kenyataan sulit: stok darah di PMI Biak sering kali terbatas, dan kebutuhan darah pasien sering kali tidak terpenuhi. Setelah berkali-kali gagal mendapat stok yang dibutuhkan, Wolter akhirnya menghubungi beberapa kerabat dan rekan terdekat untuk membantu mendonorkan darah.

Baca Juga :  Peringati HBP Ke-60, Lapas Abepura Ziarah dan Donor Darah 

“Waktu itu sahabat saya datang dari Waropen, keluarganya sedang dirawat di IGD dan membutuhkan darah segera. Karena stok di PMI tidak ada, kami harus mencari pendonor sendiri. Itu butuh waktu cukup lama sampai akhirnya ada yang bersedia,” kenang Wolter, ditemui Sabtu malam (9/11).

Dari pengalaman ini, Wolter merasa terdorong untuk mendirikan komunitas yang bertujuan membantu orang-orang yang mengalami kesulitan serupa. Dengan berbekal sosial media, ia membentuk grup Byak BersauDARAH di Rumah Komunitas Byak. Grup ini bertujuan menyebarkan informasi tentang kebutuhan darah dan mengumpulkan pendonor yang siap membantu kapan saja.

Disini, para pendonor tetap berkumpul tanpa pamrih, menawarkan bantuan kapan saja diperlukan, murni demi kemanusiaan. Wolter menegaskan, tidak ada unsur komersial atau keuntungan dalam grup ini. Semua anggota berdonasi atas dasar sukarela, tanpa ada catatan pasti berapa banyak darah yang sudah disumbangkan atau berapa nyawa yang telah terselamatkan. Yang jelas, gerakan ini adalah langkah kecil untuk mengatasi masalah besar, yakni ketersediaan darah di Biak yang kerap tidak mencukupi.

“Harapan saya sederhana. Semoga inisiatif kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Papua untuk melakukan hal serupa. Kebutuhan darah bisa muncul kapan saja, dan kita tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan bantuan tersebut,” ungkap Wolter.

Baca Juga :  Alasan Kemanusiaan, Jalur Non Formal Jadi Alternatif Untuk Aktivitas Ekonomi

Dengan langkah kecil ini, Wolter Mendel telah menunjukkan bahwa kepedulian dari satu orang saja bisa berdampak luas, menghadirkan solusi nyata di tengah masyarakat yang membutuhkan. Wolter Mendel menyadari bahwa solusi untuk masalah kekurangan darah di Biak bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi memerlukan kesadaran bersama dari seluruh masyarakat.

Menurutnya alih-alih hanya menyalahkan pemerintah, masyarakat bisa berperan aktif dengan cara menjadi pendonor rutin. Dengan aksi kecil seperti yang diinisiasinya, Wolter berharap masyarakat tergerak untuk membantu satu sama lain, sehingga kebutuhan darah di Biak bisa lebih cepat teratasi.

Namun, dia juga menekankan bahwa langkah ini sebaiknya menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk memperkuat upaya penyediaan stok darah. “Pemerintah memiliki power dan sumber daya yang lebih besar, sehingga harus mampu mengambil langkah-langkah konkret untuk mendukung ketersediaan darah di RSUD maupun di PMI,” ungkap Wolter. Ia berharap aksi kemanusiaan ini dapat menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya sinergi antara masyarakat dan pemerintah demi kepentingan bersama. (*).

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Melihat Upaya Wolter Mendel, Seorang Pemuda Asal Biak yang Berjuang Untuk Kebutuhan Darah

Di balik sebuah aksi kecil, kadang tersembunyi dampak yang begitu besar. Wolter Mendel membuktikan itu. Dengan inisiatif dan kepeduliannya, membentuk komunitas “Byak BersauDARAH” untuk mencukupi kebutuhan darah bagi pasien.

Laporan : Ismail- Biak

Berawal dari pengalaman pribadi, Wolter Mendel, seorang pemuda asal Biak, berhasil menciptakan perubahan besar dalam memenuhi kebutuhan darah di daerahnya. Melalui aksi sosialnya yang ia beri nama “Byak BersauDARAH,” Wolter telah membantu menyelamatkan banyak nyawa dengan menjadi penghubung antara pendonor dan pasien yang membutuhkan darah.

Tepat pada hari jadinya yang ketiga, 10 November 2024 komunitas Byak BersauDARAH yang dibentuk Wolter terus aktif dan semakin berkembang, menjadi tempat bagi para pendonor tetap dan penerima untuk saling membantu. Wolter sendiri merupakn seorang pemuda yang tidak terlalu suka  diekspos sehingga ketika dimintai foto ia hanya menampilkan setengah wajahnya.

Ia menceritakan bahwa ide membuat penggalangan pendorong darah secara sukarela ini tercetus pada 10 November 2021, ketika Wolter mengalami pengalaman pahit saat membantu seorang sahabat dari Waropen yang keluarganya kritis dan membutuhkan transfusi darah. Wolter dan sahabatnya menghadapi kenyataan sulit: stok darah di PMI Biak sering kali terbatas, dan kebutuhan darah pasien sering kali tidak terpenuhi. Setelah berkali-kali gagal mendapat stok yang dibutuhkan, Wolter akhirnya menghubungi beberapa kerabat dan rekan terdekat untuk membantu mendonorkan darah.

Baca Juga :  Yang Muda Gabung untuk Belajar, Yang Senior Juga Dapat Ilmu Baru    

“Waktu itu sahabat saya datang dari Waropen, keluarganya sedang dirawat di IGD dan membutuhkan darah segera. Karena stok di PMI tidak ada, kami harus mencari pendonor sendiri. Itu butuh waktu cukup lama sampai akhirnya ada yang bersedia,” kenang Wolter, ditemui Sabtu malam (9/11).

Dari pengalaman ini, Wolter merasa terdorong untuk mendirikan komunitas yang bertujuan membantu orang-orang yang mengalami kesulitan serupa. Dengan berbekal sosial media, ia membentuk grup Byak BersauDARAH di Rumah Komunitas Byak. Grup ini bertujuan menyebarkan informasi tentang kebutuhan darah dan mengumpulkan pendonor yang siap membantu kapan saja.

Disini, para pendonor tetap berkumpul tanpa pamrih, menawarkan bantuan kapan saja diperlukan, murni demi kemanusiaan. Wolter menegaskan, tidak ada unsur komersial atau keuntungan dalam grup ini. Semua anggota berdonasi atas dasar sukarela, tanpa ada catatan pasti berapa banyak darah yang sudah disumbangkan atau berapa nyawa yang telah terselamatkan. Yang jelas, gerakan ini adalah langkah kecil untuk mengatasi masalah besar, yakni ketersediaan darah di Biak yang kerap tidak mencukupi.

“Harapan saya sederhana. Semoga inisiatif kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Papua untuk melakukan hal serupa. Kebutuhan darah bisa muncul kapan saja, dan kita tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan bantuan tersebut,” ungkap Wolter.

Baca Juga :  Alasan Kemanusiaan, Jalur Non Formal Jadi Alternatif Untuk Aktivitas Ekonomi

Dengan langkah kecil ini, Wolter Mendel telah menunjukkan bahwa kepedulian dari satu orang saja bisa berdampak luas, menghadirkan solusi nyata di tengah masyarakat yang membutuhkan. Wolter Mendel menyadari bahwa solusi untuk masalah kekurangan darah di Biak bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi memerlukan kesadaran bersama dari seluruh masyarakat.

Menurutnya alih-alih hanya menyalahkan pemerintah, masyarakat bisa berperan aktif dengan cara menjadi pendonor rutin. Dengan aksi kecil seperti yang diinisiasinya, Wolter berharap masyarakat tergerak untuk membantu satu sama lain, sehingga kebutuhan darah di Biak bisa lebih cepat teratasi.

Namun, dia juga menekankan bahwa langkah ini sebaiknya menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk memperkuat upaya penyediaan stok darah. “Pemerintah memiliki power dan sumber daya yang lebih besar, sehingga harus mampu mengambil langkah-langkah konkret untuk mendukung ketersediaan darah di RSUD maupun di PMI,” ungkap Wolter. Ia berharap aksi kemanusiaan ini dapat menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya sinergi antara masyarakat dan pemerintah demi kepentingan bersama. (*).

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya