
MERAUKE-Sejatinya, saat target-target pemerintah telah tercapai yakni swasembada beras tercapai, maka sudah seharusnya petani sejahtera. Namun yang dialami petani padi di Merauke saat ini berteriak terkait dengan harga beras yang dirasa relatif murah dan tidak ada pembeli. Bulog sebagai sarana pemerintah dalam menyerap sebanyak-banyaknya beras petani tersebut tidak mampu akibat gudang mereka terbatas hanya mampu menampung 14.000 ton beras.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke Eddy Santoso mengungkapkan, beras yang sudah digiling, namun belum terserap saat ini antara 5.000-6.000 ton. ‘’Ini tidak termasuk gabah yang belum digiling,’’ kata Eddy Santoso pada dialog secara nasional Pro 3 LPP RRI Merauke di Gudang Bulog Merauke, Sabtu (12/10).
Karena beras yang sudah digiling tersebut belum terserap, sehingga sebagian besar penggilingan di Merauke tidak membeli beras, sebab gudang mereka masih penuh. Eddy mengakui bahwa tahun ini produksi petani meningkat. Selain karena dibarengi dengan luasan tanam juga karena adanya hasil panen petani bagus.
Ketua Komisi B DPRD Berman Pasaribu menjelaskan bahwa terkait dengan masalah pemasaran beras yang dialami petani saat ini pihaknya sudah menemui Devisi Bulog Papua dan Papua Barat di Jayapura serta Perum Bulog Pusat terkait dengan permintaan dari Bulog Merauke untuk pengiriman beras sebanyak 5.000 ton ke Jayapura. Hanya yang menjadi kendala soal biaya pengiriman beras dari Merauke yang menjadi persoalan. Sebab, jika beras dari Merauke dikirim ke Jayapura maka biaya krimnya lebih tinggi sekitar Rp 1.600-1.800 perliter.
Sementara jika beras dari Surabaya atau Makassar hanya sekitar Rp 600-800 perliter. Ini karena beras dari Merauke yang akan dikirim ke Jayapura tersebut harus ke Surabaya terlebih dahulu baru ke Jayapura. Karena itu, kata Berman, pihaknya dari Komisi B DPRD Kabupaten Merauke menemui pihak PT SPIL dan mempertemukan dengan bulog, sehingga disepakati harga.
‘’Tapi terakhir, PT SPIL merubah harga yang telah disepakati dengan Bulog tersebut,’’ jelasnya. Karena itu, Berman Pasaribu meminta bupati Merauke sebagai orang nomor satu di Merauke untuk membicakan kembali persoalan ini, sehingga petani di Merauke dapat dibantu. ‘’Karena untuk bisa membantu petani, beras petani tersebut harus keluar dari Merauke,’’ katanya.
Bupati Merauke Frederikus Gebze mengungkapkan pada pihaknya akan segera memanggil perusahaan peti kemas yang beroperasi di Merauke perusahaan mana yang bisa membantu. Namun begitu, lanjut bupati, dengan adanya Tol Laut masuk ke Merauke, seharusnya ini dapat dimanfaatkan untuk mengirim beras keluar Merauke tersebut. (ulo/tri)