Ia menyebut bahwa warga kampung yang mendiami Teluk Yotefa terancam pencemaran, reklamasi, dan pergeseran nilai hidup modern secara perlahan menjauhkan generasi muda dari relasi intim dengan ruang hidupnya sendiri. Ketik
  Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRK Kota Jayapura, Yuli Rahman menyampaikan bahwa memang ada wacana pembuatan Perda Teluk Youtefa. Yuli Rahman mengakui bahwa perda tersebut merupakan inisiatif dari DPRK Kota Jayapur
 Ia memaparkan, pembangunan akan dimulai dari kawasan Jembatan Merah hingga ujung Pantai Cybery di Distrik Muara Tami. Secara teknis, tembok penahan ombak akan dibangun menggunakan konsep reflector seawall, yakni tembok
 Hal ini menjadi salah satu persoalan yang dialami oleh masyarakat Kampung Nafri, karena limbah atau pencemaran yang masuk di Teluk Youtefa melalui pembuangan di Kali Acai yang mengancam mata pencarian mereka.
 Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab gereja terhadap alam, khususnya dalam melindungi Teluk Youtefa dari ancaman abrasi. "Kegiatan ini sejatinya adalah bentuk kepedulian gereja terhadap ling
  Banyak warga atau pengendara berhenti dan memanfaatkan jembatan tersebut untuk dijadikan tempat mancing, pacaran hingga minuman keras (Miras), serta free style dan lainnya. Bahkan ada sejumlah aktifitas fotografer yang memanfaatkan lokasi di atas jembatan merah ini untuk jual jasa foto kepada pengunjung.
  Menurutnya, kajian ini penting supaya kondisi abrasi atau lokal Square yang terjadi di bawah Jembatan Merah Youtefa itu, bisa diprediksi dan dihitung beberapa lama waktu terjadi termasuk kedalaman dan kekuatan arusnya.
Ini juga bukan hal baru yang disuarakan dimana kala itu Forum Peduli Poert Numbay Green (FPPNG) melakukan analisa dan melihat bahwa dampak dari pembangunan jembatan pelan namun pasti akan memberi dampak pada wilayah sekitar. Perputaran arus air yang dulunya lurus masuk ke dalam teluk tertahan oleh tiga bantalan tiang kaki jembatan yang akhirnya merubah arah.
  Menurutnya banjir yang menggenangi Pasar Youtefa kemarin itu menimbulkan kerugian bagi pedagang. Namun dia mengaku tidak rugi terlalu besar. Sementara itu, pedagang lain, Kristina (30) mengatakan, sejak Senin (3/2) pasca kejadian dirinya tetap berjualan meski tempat jualannya masih tergenang akibat banjir.
  Banjir tersebut berasal dari luapan sungai yang ada samping pasar, baik Kali Acay maupun Siborhonyi. Luapan kali ini diperparah karena tersumbatnya salura air akibat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.