Penjabat Bupati Puncak, Nenu Tabuni dalam sambutannya saat membuka kegiatan penyaluran bibit kepada masyarakat mengatakan bahwa bibit ternak yang diserahkan kepada masyarakat tidak boleh dibawa pulang lalu dimakan tapi dipelihara dan dikembangbiakkan oleh masyarakat yang menerima bibit ternak sehingga dapat berkembang biak sehingga nanti bisa dijual lagi.
“Kita sudah punya obat dan vitamin untuk ternak babi. Sudah kita adakan dan kita akan bagi kepada peternak babi untuk memberikan kekebalan kepada ternak babi yang ada di Kabupaten Keerom,” ujarnya.
Kepala Dinas Kominfo, Jeri Agus Yudianto, mengatakan untuk mengantisipasi penyebarannya di wilayah Papua. Diperlukan penanganan atau tindakan darurat bencana yang ditetapkan melalui surat keputusan Gubenur Papua Nomor: 188.4/143 Tahun 2024 tentang penetapkan status keadaan darurat wabah penyakit ASF di Provinsi Papua.
"Ternak yang dimusnahkan ini karena lokasinya berdekatan dengan kasus ternak babi mati dari bulan Januari hingga Maret 2024 di wilayah Sentani Timur. Jadi agar tidak menyebar, karena jarak 100 meter sangat mudah menyebar virus ASF maka dilakukan pemusnahan,"ujarnya.
Namun demikian hasil pemeriksaan kembali dengan hasil uji laboratorium jika hasilnya sudah negatif. Artinya, bahwa Merauke sudah kembali bebas Antraks tersebut. Tidak ada kematian ternak sapi lagi.
Karena dari hasil pemeriksaan Balai Besar Veteriner Maros, yang ditemukan di dalam api-sapi yang mati tersebut baru parasit dengan jenis Trypanosomiasis, Babesiosis, Theileriosis, Paramphistomiasis dan Nematodosis. Sedangkan untuk Babi, sudah dpastikan penyakit Anthraks.
Dengan kejadian itu, Mormon mengaku mengalami kerugian yang tidak sedikit, mencapai puluhan juta rupiah. "Sapi ini sebagai aset dan juga modal, tapi sudah pada mati. Tentu kita rugi dan berharap pemerintah cepat memberikan solusi," tuturnya.
Dikatakan, berdasarkan laporan dan petugas dari dokter hewan dan dari petugas dari 8 puskesmas hewan yang tersebar di Merauke, kematian ratusan sapi tersebut diduga karena gigitan nyamuk. Sapi yang mati diduga karena digigit nyamuk tersebut terjadi di Distrik Semangga, Tanah Miring, Kurik, Malind, Elikobel.
Keluhan soal bau yang berasal dari kandang ternak ini sejatinya bukan hal baru melainkan sudah sering dikeluhkan namun sampai sekarang belum ada respon apapun dari dinas terkait.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Jayawijaya, Hendri Tetelepta mengatakan, pihaknya dibantu tim Dokter dari Balai Veteriner Maros telah mengambil sampel darah, melakukan sweb dan mengambil organ tubuh sampel ternak laludibawa ke laboratorium di Makasar untuk diperiksa.