Hanya digunakan ketika ada harinya atau momennya. Selebihnya cukup dipajang dan mengatakan diri peduli. Harusnya semua asesoris budaya tersebut dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Akibatnya masyarakat terutama anak-anak muda Papua cenderung hanya melihat noken sekedar sebuah benda biasa, atau sekedar sebagai souvenir khas Papua. Padahal secara filosofi noken memiliki nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut merupakan sebuah rangkaian yang mengambarkan budaya orang Papua secara utuh mulai dari hulu sampai ke hilir.
Seperti salah satu siswa SMP Papua Kasih, Gregorian Anjelo. Ia termasuk salah satu dari sekian siswa yang berhasil merajut noken meskipun hasilnya baru setengah jadi. Namun pada acara tersebut Anjelo sapaan akrabnya menerima penghargaan dari panitia.
"Nomase ini mencakup tiga kegiatan, pertama itu kami lakukan sosialisasi ke setiap sekolah, setelah itu masing masing sekolah belajar merajut noken, dan kegiatan terakhir hari (senin red) yaitu pameran hasil rajutan mereka," jelasnya.
Steve Dumbon mengatakan bahwa pada Pemilu 2024 sempat ada informasi TPS yang menggunakan sistem noken. Namun, setelah didatangi TPS tersebut, tidak ditemukan. Pemilih tetap mendatangi TPS dan memilih. Akan tetapi, karena membawa anak dan ikut mencoblos, diputuskan pemilihan ulang di TPS tersebut.
Noken merupakan tas unik tradisional Papua yang terbuat dari serat kulit kayu seperti kayu pohon nenduam, pohon nawa, atau anggrek hutan, serta beberapa kulit kayu lainnya yang digunakan sebagai bahan dasar noken.
Penggagas Noken Papua di Unesco, Titus Pekei mengaku prihatin dengan bangunan Museum Noken yang berada di lokasi Taman Budaya Provinsi Papua di Waena Distrik Heram. Pasalnya bangunan yang diresmikan pada 10 April 2013 ini hingga kini masih terbiar. Minim fungsi dan terkesan tak banyak memberi manfaat.
Anggota KPU Papua pegunungan Melkias Kambu dalam siaran pers di Jayapura, Jumat, mengatakan enam kabupaten tersebut yakni Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Lanny Jaya dan Nduga
Dekranasda Papua Pegunungan berhasil menarik perhatian juri dengan kemampuan mereka dalam mengolah serat alam menjadi karya-karya yang memukau dan unik yaitu Lampu Honai Noken. kerajinan ini menjadi Pemenang Ke-2 pada kategori Serat Alam.
Penjabat (Pj) Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Papua Pegunungan, Ny. Herwin Wanggai mengatakan, Provinsi Papua Pegunungan menampilkan produk unggulan dari Papua Pegunungan pada Pameran Kriyanusa di JCC Senayan Jakarta