Minimnya perhatian dari sisi anggaran, berdampak pada keamanan kantor, perawatan gedung, hingga perawatan benda benda koleksi budaya. Fredi mengakui, kurangnya petugas atau SDM juga berdampak pada terbatasnya perawatan rutin terhadap benda-benda budaya yang tak ternilai itu. Tentunya ini butuh perhatian lebih dari pemerintah karena tidak mungkin mereka bergerak dengan daya yang serba terbatas seperti saat ini.
  Museum kebudayaan yang ada di dalam kampus Universitas Cendrawasih menjadi salah satu aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh masyarakat Papua. Papua yang secara geografi  terdiri dari daerah pegunungan, daerah lembah, pesisir dan laut, tentunya dihuni oleh masyarakat-masyarakat yang memiliki budaya dan adat istiadat yang sangat bervariasi.
  “Disini ada banyak yang sudah rusak, sehingga tidak tersedia lagi. Itu karena lapuk dimakan rayap dan lainnya. Yang rusak ini rata rata benda budaya yang terbuat dari kayu, beda kalau bahan batu,"katanya.
  Kondisinya sangat using, belum lagi plang nama kantor yang sebagian tulisannya sudah hilang. Kesan bahwa kantor itu ditinggal lama semakin jelas. Saat, mengintip bagian dalam, pintu utamanyapun sudah digembok menggunakan rantai , itu pun sudah terlihat warna karatan. Di bagian kanan depan kantor memang berdiri pos satpam, namun tak ada satupun penjaga disana. Butuh beberapa hari menyambangi tempat ini, untuk bisa menemui petugas disana.
"Kami telah menghubungi beberapa orang yang telah menyimpan koleksi-koleksi benda budaya Papua dan dalam waktu yang cukup lama dan dari komunikasi tersebut rencananya akan dikembalikan," kata Frederik pekan kemarin. Jumlahnya sendiri diperkirakan sebanyak 3000 an koleksi dan semua berada di Amerika.
Namun itu sama sekali tidak disentuh, artinya kreativitas dari pihak pengelola, dari institusi atau departemen yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata dan mitra lainya yang bergerak dalam bidang kebudayaan itu sama sekali tidak melihat itu sebagai sebuah potensi dan sebuah aset yang bisa dikembangkan menjadi sumber inspirasi atau identitas bagi generasi yang sedang mencari jati dirinya.
Padahal benda budaya bagian dari sejarah yang menggambarkan cerita masa lalu dan cermin dari peradaban saat ini. Jika saksi atau bukti sejarah ini hilang atau rusak maka bisa dibilang ada banyak cerita sejarah di Papua akan ikut hilang. Kondisi inilah yang sedang dihadapi para pegawai UPT Museum Negeri Jayapura. Mirisnya lagi selain kondisi benda sejarah yang rusak, status museum yang dulunya menempati grade A kini turun menjadi grade D.
Kamis (9/1) pekan kemarin, Cenderawasih Pos menyambangi lokasi Budaya Ekpo Waena yaang ada di Distrik Heram. Lokasi yang pernah menjadi pusat budaya, dari berbagai anjungan budaya kabupaten/kota di Tanah Papua sebelum pemekaran ini, kini kondisinya sangat miris dan tidak terawat.