Isu munculnya pasangan calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah, memang bukan kali ini saja, Beberapa daerah beberapa sudah pernah melaksanakan Pilkada dengan pasangan calon tunggal. Isu ini pun kembali muncul dalam Pilkada di Papua, dengan kecenderungan pasangan calon tertentu memborong dukungan dari semua partai politik.
‘’Saya pertama kali berada di Tanah Mmerauke ini dan upacaranya hikmad sama seperti di Jakarta dan ini luar biasa. Saya apresiasi persiapannya sehingga pelaksanaanya baik sekali,’’ katanya.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Papua Bangkit Ir. Hengky Hiskia Jhoku, mengatakan, adanya pro kontra penggantian dan pelantikan Penjabat (Pj) Bupati Jayapura oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI , ada yang setuju ada yang tidak,  menurutnya seorang Pj Bupati merupakan pejabat birokrasi atau ASN, yang mana diatur oleh mekanisme dan juga aturan yang berlaku di birokrasi, serta bukan jabatan politik.
Adapun Samuel Siriwa menggantikan Triwarno Purnomo yang diberhentikan dari masa jabatannya usai dilantik menjadi bupati sejak 20 Desember 2022 lalu. Sedangkan Iman Djuniawal menggantikan Markus O. Mansnembra, yang mengundurkan diri lantaran akan maju di Pilkada. Markus sendiri menjadi penjabat bupati sejak 27 Mei 2022.
Dengan adanya penggantian Triwarno Purnomo sebagai Pj Bupati Jayapura, maka, para Ondofolo Khose dan masyarakat Kampung Ifar Besar siap menyambut Pj Bupati Jayapura yang baru,Semuel Siriwa.
“Kami juga sudah kroscek kepada saksi yang melihat dan mengalami secara langsung betulkah ada tembakan dan mereka mengatakan betul. Yang berikut kami juga ingin memastikan bahwa para Nakes dan guru pasca kejadian ini nasib mereka jangan sampai diabaikan, apalagi sampai hilang," beber Frits.
Terkait informasi yang beredar dari radiogram tersebut, hal ini dibenarkan Asisten I Setda Kabupaten Jayapura Elphyna Situmorang, bahwa radiogram pelantikan Pj Bupati Jayapura pengganti Triwarno Purnomo sudah ada dan ditanya alasan pergantian pihaknya tidak tahu karena ini langsung dari pemerintah pusat.
 Dalam Pilkada Kabupaten Jayapura pilihan orang pasti berbeda-beda, tapi hal ini adalah suatu kewajaran, yang penting dalam berpolitik harus dewasa tidak melakukan provokasi hingga menimbulkan perpecahan atau merugikan masyarakat.
Menurutnya, para penjabat yang rela turun tahta dari jabatan sebagai Penjabat Kepala Daeah cenderung berpikir kepentingan politik mereka dibandingkan kepentingan pembangunan wilayahnya.
Meski demikian ia menikmati semua mengingat dirinya pernah bertugas sebagai guru di wilayah terpencil sehingga tahu situasi yang dirasakan masyarakat. Dan saat menjabat bupati, dirinya ingin mendengarkan langsung aspirasi masyarakat di kampung.