Karena itu, dengan kegiatan yang dilakukan oleh BPBD Kota Jayapura itu dapat membuka wawasan dan mendapatkan pengetahuan baru bagi masyarakat yang tinggal di kampung itu terutama terkait dengan mitigasi bencana yang harus dilakukan oleh warga kampung.
Frans Dogomo menjelaskan, ada juga fasilitas publik yang hancur akibat bencana banjir dan longsor ini adalah akses jalan antar kampung putus dan beberapa sekolah terendam banjir.
"Jalan-jalan semua putus. Batas air hingga dada orang dewasa. Selain itu, SD Inpres Pona di Muniopa, SD Inpres Yepo, dan SD Yayasan Kasih Bapa ikut terendam hingga aktifitas belajar mengajar diliburkan," kata Dogomo.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Jayapura Augustinus Ondi, mengatakan tujuh kampung tersebut yakni Kampung Tobati, Kayu Pulo, Kayu Batu, Skouw Sae, Skouw Yambe, Skouw Mabo dan Holtekamp.
Asep menerangkan beberapa kampung atau daerah di wilayah pemerintahan Kota Jayapura yang memiliki potensi atau rawan terhadap terjadinya bencana alam tsunami adalah kampung-kampung yang ada di daerah pesisir pantai. Salah satu kampung yaitu kampung tobati yang juga masuk dalam kategori rawan terjadinya bencana tsunami.
Beberapa wilayah yang terdampak banjir antara lain Kampung Sewan, Distrik Sarmi Timur, Kampung Vietnam, Kampung Serwar Baru, Kampung Kasukwe, dan Kampung Waskey di Distrik Sarmi Timur.
Informasi yang diterima koran ini sejumlah titik di Sarmi dan sekitarnya tergenang, seperti di Kampung Sewan Distrik Sarmi Timur, Kampung Vietnam, Kampung Serwar Baru, Kampung Kasukwe dan di Kampung Waskey Distrik Sarmi Timur. Terputusnya jalan Trans Jayapura-Sarmi itu membuat kemacetan parah.
“Longsor yang terjadi di sana sebelumnya saya sudah sampaikan bahwa apa yang terjadi sebenarnya kita sudah prediksi. Sehingga minggu lalu kita sudah utus tim dari pemerintah bersama PT Freeport Indonesia (PTFI) ke atas untuk melakukan sosialisasi bahaya longsor pada musim hujan. Jadi (harus) jaga keselamatan,” ungkap Johannes kepada wartawan.
Kapolsek Tembagapura, AKP Jevri Hengky Jeremia Kabuare, saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tanah longsor yang menyebabkan korban meninggal. Berdasarkan laporan dari masyarakat yang berada di lokasi kejadian, peristiwa longsor tersebut terjadi sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
“Pemerintah daerah dan desa untuk terus memberdayakan fasilitator ini, memberi mereka peran aktif dalam berbagai aktiftas penanggulangan bencana, terutama di masa pra bencana. Mereka dapat menjadi penggerak utama dalam melatih masyarakat, mengkoordinasikan upaya pengurangan risiko bencana, dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil berbasis pada pengetahuan yang memadai,” ucapnya.