Ketua Kelompok Perajin Keramik Kampung Kayo Batu, Popi Puy menceritakan bahwa perajin keramik Kampung Kayu Batu ini merupakan kelompok kecil yang dibentuk pasca mengikuti pelatihan di BBPPSK Jayapura. Mereka awalnya mengikuti pelatihan di BBPPSK selama 14 hari.
 Dikatakan kelompok perajin ini merupakan alumni pernah mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPKS Jayapura, bulan maret lalu di BBPPKS Jayapura. Disana perajin ini dilatih membuat souvenir yang terbuat dari tanah liat. Selama 14 hari pelatihan, kelompok pengrajin ini dipandu oleh instruktur yang dihadirlan oleh BBPPKS Jayapura.
  Bagi masyarakat Kampung Enggros dan Tobati yang mendiami kawasan teluk itu, menghadapi persoalan ini seolah tidak bisa berbuat banyak. Mereka pasrah menanti langkah dan upaya pemerintah untuk memperbaiki, guna menyelamatkan ekosistem di sekitar teluk agar tidak sampai pada persoalan kritis dan berdampak pada masyarakat lokal.
  Dia mengatakan, tahun lalu untuk persyaratan pencairan itu setiap Kampung wajib menyerahkan APBKam. Karena itu pihaknya berharap, kedepan ini setengah dari 14 kampung ini bisa menyelesaikan SPJ nya. Sehingga pencairan tahap dua 2024 bisa direalisasikan secepatnya.
  Harapannya setelah pelaksanaan selesai digelar kedepannya mereka bisa melakukan atau melanjutkan kegiatan serupa secara mandiri. Sehingga Kegiatan ini tidak saja dilakukan sekali saja tetapi itu berkelanjutan. Karena itu ke depannya bisa memberikan dampak secara ekonomi bagi masyarakat setempat.
Mama Yosephina mengaku, pohon sagu yang ia tebang kali ini usianya sudah sekitar 15 tahun sehingga secara ukuran dan hasilnya juga banyak. Untuk satu pohon sagu ia mengaku bisa olah menjadi sagu sekira 100 kg atau 10 sak beras ukuran 10 kg.
 Menurut Emanuel Gobay selaku pendamping dari Warga Konya saat melakukan aksi di BPN Kota Jayapura, aksi itu bermula, pemilik dari 5 sertifikat HGB di atas Lembah Emereuw, Kampung Konya, melayangkan surat somasi kepada warga setempat.
 Pihaknya juga akan menilai penggunaan anggaran itu sesuai dengan ketentuan yang ada terutama mengenai persentase penyerapannya apakah sudah memenuhi syarat, untuk bisa jadi acuan apakah bisa disalurkan dana tahap 2 atau tidak.
 Minimnya perawatan membuat jembatan tersebut kini terlihat kumuh dan tercium bau tidak sedap di sekitar jembatan. Toilet, dan Papan nama Kampung Nelayan terlihat rusak, tembok sepanjang jembatan pun dicoret-coret, serta sampah-sampah berserakan oleh orang yang tidak bertangungjawab membuat jembatan ini terlihat jorok dan kumuh. terlihat juga sisa-sisa percikan pinang di sepanjang tembok jembatan kampung nelayan tersebut.
 Kepala Dinas Perikanan Biak Numfor, EffendI Igirisa mengatakan gudang cold storage di Kampung Kalamo Samber- Binyeri telah beroperasi sejak 13 Mei 2024. Setelah persetujuan perjanjian kerjasama antara Koperasi Samber Binyeri maju dengan PT Perikanan Nusantara Jaya dan hingga 3 Juni 2024 stok ikan di cold storage tersebut baru tertampung sebanyak ton.