Dikatakan, Di perairan Jayapura sendiri mulai dari bulan Desember sampai di bulan Februari itu kondisi gelombang itu memang masih signifikan karena, angin monsunal dari Asia. Namun kalau berdasarkan pantauan saat ini, mengalami peningkatan karena ada percepatan angin di perairan utara Papua, karena terdapat wilayah tekanan rendah di perairan kepulauan Salomon.
Mantan wartawan ini mengatakan pihaknya juga merasa khawatir jika saat pencoblosan pada 14 Februari 2024 terjadi hujan sehingga warga yang datang ke tempat pemungutan suara (TPS) menjadi sangat berkurang.
Dia mengatakan, saat ini Kota Jayapura dan sekitarnya sudah memasuki musim penghujan. Kemudian potensi tanah longsor, banjir bahkan abrasi seperti yang sudah terjadi di kawasan pantai wisata Holtekamp Kota Jayapura juga telah menjadi ancaman serius. Karena itu, pihaknya terus memberikan sosialisasi dan imbauan kepada warga di Kota Jayapura, supaya benar-benar memperhatikan soal ini.
Hingga memasuki akhir bulan Januari ini, curah hujan di Kota Jayapura yang biasanya meningkat, nampaknya tidak terjadi. Anggapan bulan Januari terjadi hujan sehari-hari, nampaknya tidak begitu terasa. Dampak hujan juga belum begitu terasa, hanya genangan air di bebearpa tempat, seperti di depan BKKBN Kotaraja, yang sempat terasa setelah terjadi hujan deras.
“Saya mengajak para nelayan agar selalu mencari informasi cuaca setiap saat di situs BMKG Merauke baik itu cuaca, tinggi ombak dan lain sebagainya demi menjaga keselamatan diri kita dan keluarga,” pintanya.
Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini, lanjut Yustus, fenomena global yaitu El Nino saat ini sedang aktif pada intensitas sedang. Kondisi ini umumnya berdampak pada pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya.
Kepala Stasiun Geofisika Jayapura Herlambang Hudha, mengatakan seismograf yang terpasang itu sudah dilengkapi sistem daya dan sistem komunikasi mandiri.
Disamping itu, berdasarkan pantauan kondisi dinamika atsmofer terkini saat ini, Fenomena El Nino terpantau di Indonesia dalam kondisi Moderate (sedang), yang artinya fenomena ini memberikan dampak terhadap penurunan terhadap curah hujan.
”Pemerintah pusat lewat BNPB mengerahkan seluruh SDM yang dimiliki untuk membantu penanganan bencana secara komprehensif,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto setelah meninjau sejumlah rumah terdampak gempa di Cipameungpeuk, Sumedang Selatan, kemarin.
Jumlah tersebut dibagi dalam variasi magnitudo, dimana gempa dengan variasi magnitudo 0-3 sebanyak 2.963, magnitude 3-5 sebanayak 1.643, sedangkan magnitudo di atas 5 sebanyak 68 kali.