Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Dipilih karena Murah dan Cepat

Mengurai Wacana Penghentian GeNose untuk Deteksi Covid-19–sub

Penggunaan GeNose C19 dinilai kurang efektif menekan persebaran virus Covid-19. Muncul rencana penghapusan alat deteksi tersebut.

VANESA Rosali kaget, hasil tes GeNose C19 yang dia bawa ditolak petugas validasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, sesaat sebelum check-in. Alasannya, GeNose sudah tidak berlaku. “Aturan yang baru katanya GeNose hanya bisa dilakukan pada hari yang sama sebelum kita terbang,” kata warga Balikpapan itu, Kamis (1/7) lalu.

Dirinya pun terpaksa berjalan cepat. Dari lantai tiga terminal keberangkatan ke lantai dua, lokasi Posko Layanan GeNose C19. Setelah mendaftar dan menyerahkan biaya Rp 40 ribu, dirinya langsung melakukan tes GeNose di bilik yang disediakan. “Pesawat saya tujuan Jogjakarta, 15 menit lagi mau berangkat,” kata perempuan berkulit putih itu tampak berkeringat.

Vanesa menyebut mengetahui penggunaan GeNose untuk syarat terbang dari internet. Itu sebabnya, dua hari sebelum berangkat ke Jogjakarta dia melaksanakan GeNose di salah satu rumah sakit, tanpa tahu aturan. Meski begitu, dia tidak terlalu mengambil pusing. Lantaran biaya yang dikenakan terjangkau.

“Bagi saya GeNose ini sangat membantu. Selain murah juga cepat hasilnya,” tuturnya sambil meninggalkan awak media karena buru-buru kembali ke lantai tiga Terminal Keberangkatan Bandara SAMS Sepinggan.

Kaltim Post (Grup Cenderawasih Pos) lalu bertemu Rendi Lambang Tri Sula, pelaksana lapangan Posko Layanan GeNose Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. Kata dia, sejak dibuka 22 April lalu, dalam sehari posko bisa melayani rata-rata hingga 300 calon penumpang. Di mana calon penumpang bisa melakukan tes dengan dua metode pendaftaran. “Bisa lewat aplikasi (online) dan langsung datang,” ujar Rendi.

Khusus lewat aplikasi, calon penumpang harus mengisi formulir dan swafoto dengan menunjukkan KTP dan kode booking tiket pesawat. Pembayarannya dilakukan via transfer rekening bank. Sementara jika datang langsung, pembayarannya tunai di kasir. “Untuk prosedurnya akan diinformasikan kepada calon penumpang sebelum menjalani tes GeNose,” tuturnya.

Prosedur yang dimaksud adalah, penumpang dilarang makan 30-60 menit sebelum tes. Minum pun hanya dibolehkan air putih. Termasuk dilarang merokok. Tidak dianjurkan pula memakai parfum, hand sanitizer, balsam atau minyak yang beraroma menyengat. Hal ini, kata Rendi, karena alat berupa kantong GeNose sangat sensitif terhadap bau. “Ini penting diperhatikan. Karena jika prosedur tersebut tidak dijalankan, hasilnya kebanyakan positif (Covid-19). Ini yang kerap terjadi,” ujarnya.

Untuk menghindari kesalahan baca pada alat GeNose, sebelum melakukan tes, biasanya petugas akan mewawancarai calon penumpang. Di sini calon penumpang diminta menjawab pertanyaan secara jujur. Tetapi jika dalam tes pertama hasilnya positif Covid-19, biasanya pihak posko menawarkan tes kedua. Namun, hal itu tidak dipaksakan.

“Kalau hasilnya positif (Covid-19) biasanya penumpang baru jujur. Misal baru saja makan atau merokok. Mereka biasanya meremehkan. Dan biasanya di tes kedua hasilnya negatif (Covid-19),” katanya.

Pencegahan sebelum melaksanakan tes juga dilakukan. Misal, calon penumpang diminta berkumur. Atau berganti baju hingga mencuci tangan hingga bersih untuk menghilangkan bau atau sisa hand sanitizer. Tetapi setelah tes kedua, ternyata hasil GeNose tetap positif Covid-19, maka calon penumpang akan diarahkan untuk melakukan tes swab atau rapid antigen.

Baca Juga :  Wujud Nyata Dinas PUPR Tingkatkan Keamanan Kantor

“GeNose memang sensitif. Namun, bisa saya pastikan bisa membedakan ini virus corona atau flu biasa. Saya sendiri sudah coba (dalam kondisi flu), hasilnya negatif (Covid-19),” jelasnya.

Terkait ramainya rencana tak digunakannya lagi hasil tes GeNose sebagai syarat bepergian, Rendi menyatakan masih menunggu arahan dari pimpinan pusat. Namun, menurut dia, GeNose menjadi salah satu alternatif pemeriksaan sekaligus pencegahan penularan Covid-19 yang efektif dan murah terutama untuk masyarakat yang akan bepergian. “Kalaupun ada daerah lain yang tidak lagi menerapkan penggunaan GeNose, kami akan menginformasikan ke calon penumpang,” katanya. 

Awak Kaltim Post kemudian ke Pelabuhan Semayang, Balikpapan. Di sini juga diterapkan penggunaan GeNose untuk calon penumpang sebelum masuk kapal. Namun, berbeda di Bandara SAMS, untuk posko GeNose tidak memiliki aplikasi untuk pendaftaran online. Calon penumpang hanya bisa mendaftar langsung di posko yang terletak di sisi kiri terminal pelabuhan. “Di sini rata-rata kami melayani 90 pasien per hari,” kata seorang petugas pelayanan GeNose.

Namun, karena pelayanan hanya buka hingga pukul 16.00 Wita, dari kebanyakan penumpang yang awak media temui, mereka sudah memiliki surat hasil tes rapid antigen. Karena jadwal keberangkatan kapal laut yang kadang sore bahkan dini hari.

MENUNGGU KEBIJAKAN

Relation Manager Angkasa Pura I Bandara SAMS Sepinggan Retnowati menjelaskan, di tengah sejumlah daerah seperti Bali yang tak lagi menggunakan hasil tes GeNose sebagai syarat masuk daerah, tidak mengganggu arus penumpang. Dan dengan adanya pro dan kontra penggunaan GeNose, pihaknya hingga kini masih menunggu kebijakan yang diambil Satgas Penanganan Covid-19.

“Termasuk petunjuk dari pusat dan Pemkot Balikpapan seperti apa ke depannya. Karena kami pada dasarnya mengikuti anjuran pemerintah,” ungkap Retnowati.

Dengan meningkatnya kasus Covid-19, dirinya menjelaskan, bandara sudah bersiap sejak awal. Seperti sebelumnya, pihaknya sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan Satgas Covid-19. Pun dengan adanya kajian ulang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) soal penggunaan GeNose, Bandara SAMS Sepinggan tidak terlalu khawatir.

“Kan selain GeNose ada juga antigen yang dijadikan syarat. Jadi ini ‘kan sebenarnya pilihan. Meski banyak yang menggunakan GeNose karena harganya lebih murah,” ujarnya.

Sementara itu, General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Balikpapan Iwan Sjarifuddin menyebut, penggunaan GeNose memang banyak membantu calon penumpang kapal laut. Pasalnya, dengan harga Rp 40 ribu, alat pendeteksi Covid-19 itu diminati khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah. Sementara bila antigen harganya sekitar Rp 150–Rp 200 ribu.

“Sejak 15 Juni lalu, Pelabuhan Semayang sudah menerapkan penggunaan GeNose dan mendapat respons baik dari calon penumpang kapal,” kata Iwan.

Namun, dengan polemik yang saat ini terjadi terkait penggunaan GeNose, Pelindo IV Cabang Balikpapan akan menunggu kebijakan dari Kemenhub. Jika memang Kemenhub tidak akan merekomendasikan GeNose, pihaknya akan menghapusnya sebagai syarat. 

Baca Juga :  Pemprov Papua Apresiasi AMSI Menggelar Pelatihan Literasi Berita Bohong

“Saya paham mengapa GeNose ini disebut tidak direkomendasi karena terlalu sensitif. Namun, sekali lagi, kebijakan yang ada harus menunggu dari pusat,” ujarnya.

Soal apakah peniadaan GeNose akan memengaruhi arus penumpang, dirinya belum bisa mengambil kesimpulan. Yang jelas faktornya tidak hanya berada di syarat hasil tes Covid-19. Disebut Iwan, secara umum, calon penumpang kapal biasanya melakukan tes Covid-19 terlebih dulu sebelum membeli tiket. Itu untuk menghindari hasil tes positif hingga berdampak pada gagal berangkat.

“Faktor lain juga pada kota tujuan kapal. Kalau di wilayah tersebut dilakukan pembatasan, biasanya jumlah penumpang turun,” tuturnya.

Adapun Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Balikpapan, Muhammad Takwim Masuku menyebut, untuk aturan keluar-masuk pelaku perjalanan seperti penumpang, awak, nakhoda, perusahaan pelayaran hingga operator terminal kini sudah diatur dalam surat edaran dari Kemenhub. 

Surat Edaran Nomor 44 Tahun 2021 yang terbit pada 2 Juli lalu tersebut tidak mengatur soal penggunaan hasil tes GeNose sebagai syarat perjalanan. “Edaran ini segera kami implementasikan di lapangan,” kata Takwim.

Terkait kebijakan yang diambil daerah, pihaknya akan melaksanakan selama tidak melampaui kewenangan. Yang jelas saat ini dengan meningkatnya kasus penularan virus corona, KSOP Balikpapan sudah mengoptimalkan petugasnya dengan koordinasi Satgas Covid-19 Balikpapan untuk pengawasan di areal pelabuhan.

“Kami sudah lakukan berbagai upaya untuk membantu pemerintah bisa mengurangi jumlah paparan Covid-19. Selebihnya kami akan menunggu kebijakan dari pusat,” ungkapnya.

Diwawancarai terpisah, Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kaltim Edy Iskandar menjelaskan, sejak kemunculannya hingga kini, GeNose tidak digunakan sebagai salah satu alat mendeteksi pasien di rumah sakit. Seperti RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang dipimpinnya, untuk menegakkan diagnosis pasien, rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 menggunakan swab polymerase chain reaction (PCR).

“Setahu saya hingga kini GeNose belum mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Jadi kami belum memiliki pengalaman terkait GeNose ini,” singkat Edy.

Di sisi lain, angka kasus Covid-19 di Kaltim dua pekan belakangan ini terus menanjak. Di mana pada 19 Juni lalu terdapat 152 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Seminggu kemudian naik tajam lebih 100 persen, yakni 352 pasien terpapar virus. Per Jumat (2/7), situasinya kian mengkhawatirkan. Terdapat 661 pasien terkonfirmasi positif virus asal Tiongkok itu.

Diketahui, belakangan penggunaan GeNose sebagai alat pendeteksi Covid-19 menuai pro dan kontra. Sebab, GeNose dinilai tidak bisa menjadi rujukan screening awal Covid-19. 

Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo mengatakan, sampai sekarang hasil validasi eksternal penggunaan GeNose C19 belum dipublikasikan. Ia menilai, lebih baik alat tersebut dihentikan sementara waktu.

“Harapan saya terhadap penghentian GeNose sementara bukan karena GeNose memiliki akurasi rendah. Namun, saya hanya ingin agar validasi eksternal terhadap GeNose yang dilakukan oleh tiga kampus merdeka untuk dipublikasikan ke publik agar muncul kepercayaan dalam penggunaannya, mengingat ini teknologi baru,” katanya. (rom/k16/JPG)

Mengurai Wacana Penghentian GeNose untuk Deteksi Covid-19–sub

Penggunaan GeNose C19 dinilai kurang efektif menekan persebaran virus Covid-19. Muncul rencana penghapusan alat deteksi tersebut.

VANESA Rosali kaget, hasil tes GeNose C19 yang dia bawa ditolak petugas validasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, sesaat sebelum check-in. Alasannya, GeNose sudah tidak berlaku. “Aturan yang baru katanya GeNose hanya bisa dilakukan pada hari yang sama sebelum kita terbang,” kata warga Balikpapan itu, Kamis (1/7) lalu.

Dirinya pun terpaksa berjalan cepat. Dari lantai tiga terminal keberangkatan ke lantai dua, lokasi Posko Layanan GeNose C19. Setelah mendaftar dan menyerahkan biaya Rp 40 ribu, dirinya langsung melakukan tes GeNose di bilik yang disediakan. “Pesawat saya tujuan Jogjakarta, 15 menit lagi mau berangkat,” kata perempuan berkulit putih itu tampak berkeringat.

Vanesa menyebut mengetahui penggunaan GeNose untuk syarat terbang dari internet. Itu sebabnya, dua hari sebelum berangkat ke Jogjakarta dia melaksanakan GeNose di salah satu rumah sakit, tanpa tahu aturan. Meski begitu, dia tidak terlalu mengambil pusing. Lantaran biaya yang dikenakan terjangkau.

“Bagi saya GeNose ini sangat membantu. Selain murah juga cepat hasilnya,” tuturnya sambil meninggalkan awak media karena buru-buru kembali ke lantai tiga Terminal Keberangkatan Bandara SAMS Sepinggan.

Kaltim Post (Grup Cenderawasih Pos) lalu bertemu Rendi Lambang Tri Sula, pelaksana lapangan Posko Layanan GeNose Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. Kata dia, sejak dibuka 22 April lalu, dalam sehari posko bisa melayani rata-rata hingga 300 calon penumpang. Di mana calon penumpang bisa melakukan tes dengan dua metode pendaftaran. “Bisa lewat aplikasi (online) dan langsung datang,” ujar Rendi.

Khusus lewat aplikasi, calon penumpang harus mengisi formulir dan swafoto dengan menunjukkan KTP dan kode booking tiket pesawat. Pembayarannya dilakukan via transfer rekening bank. Sementara jika datang langsung, pembayarannya tunai di kasir. “Untuk prosedurnya akan diinformasikan kepada calon penumpang sebelum menjalani tes GeNose,” tuturnya.

Prosedur yang dimaksud adalah, penumpang dilarang makan 30-60 menit sebelum tes. Minum pun hanya dibolehkan air putih. Termasuk dilarang merokok. Tidak dianjurkan pula memakai parfum, hand sanitizer, balsam atau minyak yang beraroma menyengat. Hal ini, kata Rendi, karena alat berupa kantong GeNose sangat sensitif terhadap bau. “Ini penting diperhatikan. Karena jika prosedur tersebut tidak dijalankan, hasilnya kebanyakan positif (Covid-19). Ini yang kerap terjadi,” ujarnya.

Untuk menghindari kesalahan baca pada alat GeNose, sebelum melakukan tes, biasanya petugas akan mewawancarai calon penumpang. Di sini calon penumpang diminta menjawab pertanyaan secara jujur. Tetapi jika dalam tes pertama hasilnya positif Covid-19, biasanya pihak posko menawarkan tes kedua. Namun, hal itu tidak dipaksakan.

“Kalau hasilnya positif (Covid-19) biasanya penumpang baru jujur. Misal baru saja makan atau merokok. Mereka biasanya meremehkan. Dan biasanya di tes kedua hasilnya negatif (Covid-19),” katanya.

Pencegahan sebelum melaksanakan tes juga dilakukan. Misal, calon penumpang diminta berkumur. Atau berganti baju hingga mencuci tangan hingga bersih untuk menghilangkan bau atau sisa hand sanitizer. Tetapi setelah tes kedua, ternyata hasil GeNose tetap positif Covid-19, maka calon penumpang akan diarahkan untuk melakukan tes swab atau rapid antigen.

Baca Juga :  Perpindahan ASN ke DOB Baru Sedang Dilakukan Pendataan

“GeNose memang sensitif. Namun, bisa saya pastikan bisa membedakan ini virus corona atau flu biasa. Saya sendiri sudah coba (dalam kondisi flu), hasilnya negatif (Covid-19),” jelasnya.

Terkait ramainya rencana tak digunakannya lagi hasil tes GeNose sebagai syarat bepergian, Rendi menyatakan masih menunggu arahan dari pimpinan pusat. Namun, menurut dia, GeNose menjadi salah satu alternatif pemeriksaan sekaligus pencegahan penularan Covid-19 yang efektif dan murah terutama untuk masyarakat yang akan bepergian. “Kalaupun ada daerah lain yang tidak lagi menerapkan penggunaan GeNose, kami akan menginformasikan ke calon penumpang,” katanya. 

Awak Kaltim Post kemudian ke Pelabuhan Semayang, Balikpapan. Di sini juga diterapkan penggunaan GeNose untuk calon penumpang sebelum masuk kapal. Namun, berbeda di Bandara SAMS, untuk posko GeNose tidak memiliki aplikasi untuk pendaftaran online. Calon penumpang hanya bisa mendaftar langsung di posko yang terletak di sisi kiri terminal pelabuhan. “Di sini rata-rata kami melayani 90 pasien per hari,” kata seorang petugas pelayanan GeNose.

Namun, karena pelayanan hanya buka hingga pukul 16.00 Wita, dari kebanyakan penumpang yang awak media temui, mereka sudah memiliki surat hasil tes rapid antigen. Karena jadwal keberangkatan kapal laut yang kadang sore bahkan dini hari.

MENUNGGU KEBIJAKAN

Relation Manager Angkasa Pura I Bandara SAMS Sepinggan Retnowati menjelaskan, di tengah sejumlah daerah seperti Bali yang tak lagi menggunakan hasil tes GeNose sebagai syarat masuk daerah, tidak mengganggu arus penumpang. Dan dengan adanya pro dan kontra penggunaan GeNose, pihaknya hingga kini masih menunggu kebijakan yang diambil Satgas Penanganan Covid-19.

“Termasuk petunjuk dari pusat dan Pemkot Balikpapan seperti apa ke depannya. Karena kami pada dasarnya mengikuti anjuran pemerintah,” ungkap Retnowati.

Dengan meningkatnya kasus Covid-19, dirinya menjelaskan, bandara sudah bersiap sejak awal. Seperti sebelumnya, pihaknya sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan Satgas Covid-19. Pun dengan adanya kajian ulang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) soal penggunaan GeNose, Bandara SAMS Sepinggan tidak terlalu khawatir.

“Kan selain GeNose ada juga antigen yang dijadikan syarat. Jadi ini ‘kan sebenarnya pilihan. Meski banyak yang menggunakan GeNose karena harganya lebih murah,” ujarnya.

Sementara itu, General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Balikpapan Iwan Sjarifuddin menyebut, penggunaan GeNose memang banyak membantu calon penumpang kapal laut. Pasalnya, dengan harga Rp 40 ribu, alat pendeteksi Covid-19 itu diminati khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah. Sementara bila antigen harganya sekitar Rp 150–Rp 200 ribu.

“Sejak 15 Juni lalu, Pelabuhan Semayang sudah menerapkan penggunaan GeNose dan mendapat respons baik dari calon penumpang kapal,” kata Iwan.

Namun, dengan polemik yang saat ini terjadi terkait penggunaan GeNose, Pelindo IV Cabang Balikpapan akan menunggu kebijakan dari Kemenhub. Jika memang Kemenhub tidak akan merekomendasikan GeNose, pihaknya akan menghapusnya sebagai syarat. 

Baca Juga :  BKD Provinsi Masih Tunggu Kebijakan Wagub

“Saya paham mengapa GeNose ini disebut tidak direkomendasi karena terlalu sensitif. Namun, sekali lagi, kebijakan yang ada harus menunggu dari pusat,” ujarnya.

Soal apakah peniadaan GeNose akan memengaruhi arus penumpang, dirinya belum bisa mengambil kesimpulan. Yang jelas faktornya tidak hanya berada di syarat hasil tes Covid-19. Disebut Iwan, secara umum, calon penumpang kapal biasanya melakukan tes Covid-19 terlebih dulu sebelum membeli tiket. Itu untuk menghindari hasil tes positif hingga berdampak pada gagal berangkat.

“Faktor lain juga pada kota tujuan kapal. Kalau di wilayah tersebut dilakukan pembatasan, biasanya jumlah penumpang turun,” tuturnya.

Adapun Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Balikpapan, Muhammad Takwim Masuku menyebut, untuk aturan keluar-masuk pelaku perjalanan seperti penumpang, awak, nakhoda, perusahaan pelayaran hingga operator terminal kini sudah diatur dalam surat edaran dari Kemenhub. 

Surat Edaran Nomor 44 Tahun 2021 yang terbit pada 2 Juli lalu tersebut tidak mengatur soal penggunaan hasil tes GeNose sebagai syarat perjalanan. “Edaran ini segera kami implementasikan di lapangan,” kata Takwim.

Terkait kebijakan yang diambil daerah, pihaknya akan melaksanakan selama tidak melampaui kewenangan. Yang jelas saat ini dengan meningkatnya kasus penularan virus corona, KSOP Balikpapan sudah mengoptimalkan petugasnya dengan koordinasi Satgas Covid-19 Balikpapan untuk pengawasan di areal pelabuhan.

“Kami sudah lakukan berbagai upaya untuk membantu pemerintah bisa mengurangi jumlah paparan Covid-19. Selebihnya kami akan menunggu kebijakan dari pusat,” ungkapnya.

Diwawancarai terpisah, Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kaltim Edy Iskandar menjelaskan, sejak kemunculannya hingga kini, GeNose tidak digunakan sebagai salah satu alat mendeteksi pasien di rumah sakit. Seperti RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang dipimpinnya, untuk menegakkan diagnosis pasien, rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 menggunakan swab polymerase chain reaction (PCR).

“Setahu saya hingga kini GeNose belum mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Jadi kami belum memiliki pengalaman terkait GeNose ini,” singkat Edy.

Di sisi lain, angka kasus Covid-19 di Kaltim dua pekan belakangan ini terus menanjak. Di mana pada 19 Juni lalu terdapat 152 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Seminggu kemudian naik tajam lebih 100 persen, yakni 352 pasien terpapar virus. Per Jumat (2/7), situasinya kian mengkhawatirkan. Terdapat 661 pasien terkonfirmasi positif virus asal Tiongkok itu.

Diketahui, belakangan penggunaan GeNose sebagai alat pendeteksi Covid-19 menuai pro dan kontra. Sebab, GeNose dinilai tidak bisa menjadi rujukan screening awal Covid-19. 

Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo mengatakan, sampai sekarang hasil validasi eksternal penggunaan GeNose C19 belum dipublikasikan. Ia menilai, lebih baik alat tersebut dihentikan sementara waktu.

“Harapan saya terhadap penghentian GeNose sementara bukan karena GeNose memiliki akurasi rendah. Namun, saya hanya ingin agar validasi eksternal terhadap GeNose yang dilakukan oleh tiga kampus merdeka untuk dipublikasikan ke publik agar muncul kepercayaan dalam penggunaannya, mengingat ini teknologi baru,” katanya. (rom/k16/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya