Nerazzurri sudah tujuh kali mencicipi final Liga Champions. Terakhir mereka menjadi kampiun pada 2010 di bawah arahan Jose Mourinho.
Inter musim ini tampil konsisten di Serie A maupun Eropa. Simone Inzaghi meracik tim dengan keseimbangan taktik yang solid dan fleksibel.
Nama-nama seperti Lautaro Martinez, Hakan Calhanoglu, hingga Alessandro Bastoni menjadi pilar penting. Pengalaman mereka di panggung besar jadi modal berharga.
Meski begitu, sejarah kadang berbicara lebih keras daripada statistik. Dan sejarah di Munich selalu berpihak pada para pencari gelar pertama.
Bagi PSG, momentum ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Allianz Arena bisa jadi tempat impian mereka terwujud.
Mereka akan bermain dengan segala yang dimiliki. Mental juara, taktik matang, serta harapan akan “tuah” Munich jadi amunisi tambahan.
Inter tentu akan berusaha mematahkan tren tersebut. Mereka ingin menjadi tim pertama yang mengakhiri rekor tim debut juara di kota ini.
Final ini bukan hanya soal trofi, tapi juga soal narasi dan sejarah. Apakah PSG bisa menulis akhir bahagia di kota yang ramah bagi tim pemula juara?
Allianz Arena sudah menyaksikan banyak air mata, baik karena bahagia maupun kecewa. Pada malam 1 Juni nanti, stadion itu akan kembali jadi saksi sejarah baru.
Akan kah kutukan Munich berlanjut untuk Inter? Atau PSG kembali harus menunggu entah sampai kapan lagi?
Segalanya akan ditentukan dalam 90 menit, atau mungkin lebih. Final yang tak hanya menentukan juara, tapi juga siapa yang pantas mengubah takdir.(*/jawapos)