4. ISL dan IPL
Setelah pemerintah melarang penggunaan APBD untuk membiayai klub, kompetisi sepak bola di Indonesia akhirnya menggunakan sistem profesional secara penuh. Sebagai format baru, diperkenalkanlah gelaran Indonesia Super League (ISL).
ISL dapat dibilang merupakan era kejayaan kompetisi sepak bola di Indonesia. Kepopuleran ISL bahkan tembus hingga manca negara dan sempat menduduki peringkat delapan kompetisi di Asia.
Namun, kompetisi ini ternoda akibat dualisme yang terjadi di tubuh PSSI. Ketua Umum PSSI saat itu, Nurdin Halid kehilangan kredibilitasnya lantaran tersandung kasus korupsi.
Sejak itu, tapuk kepemimpinan PSSI diambil alih Arifin Djohar yang kemudian membentuk kompetisi anyar bertajuk Indonesia Premier League (IPL). Masalahnya, pembentukan IPL oleh PSSI dianggap tidak sah oleh operator ISL yang mengaku sebagai satu-satunya kompetisi resmi. Liga Indonesia akhirnya terpecah dan membentuk dualisme.
Era tersebut merupakan masa kelam sejarah liga Indonesia, sebab tidak hanya perpecahan dalam kompetisi dan tubuh federasi, tetapi juga muncul dualisme klub. Kisruh ini pada akhirnya juga memengaruhi kondisi tim nasional yang hanya boleh diisi pemain dari IPL.
5. Liga 1
Kisruh di tubuh PSSI semakin melebar dan puncaknya terjadi ketika FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan PSSI pada 2015. Akibat pembekuan tersebut, liga Indonesia terhenti kurang lebih satu tahun lamanya hingga federasi sepak bola dunia itu mencabut sanksi pada 2016.
Era baru kompetisi Indonesia baru terjadi pada 2017 dengan mengusung nama yang lebih segar yaitu Liga 1. Ajang ini menjadi perwajahan modern kejuaraan sepak bola di Indonesia.
Liga 1 telah berjalan selama tujuh musim dan menghasilkan lima juara. Bali United dan Persib Bandung menjadi dua klub yang berhasil meraih back-to-back gelar juara yaitu masing-masing pada 2019-2021 dan 2023-2025.
Kompetisi ini sempat menghadapi goncangan ketika pandemi Covid-19 melanda dunia pada 2020. Musim yang baru terlaksana selama dua pekan itu terpaksa harus dibatalkan. (*/jawapos)