Thursday, January 9, 2025
26.7 C
Jayapura

Alasan STY sangat Dicintai Publik Indonesia meski Belum Persembahkan Trofi

JAKARTA-Gelombang kekecewaan atas penghentian Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih tim Indonesia masih belum padam. Selasa (7/1), suporter yang menamakan diri Ultras Garuda melayangak surat terbuka kepada PSSI.

Dalam akun Instagram-nya @ultrasgarudaofficial mengunggah surel kepada ketua umum PSSI Erick Thohir. Dalam surat itu mereka mempertanyakan pemberhentian STY dan berharap ada dialog terbuka dengan suporter.

“Kami merasa bahwa keputusan tersebut (pemberhentian STY, Red) perlu dikaji lebih mendalam, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap perkembangan tim nasional dan harapan masyarakat pecinta sepak bola Indonesia,” bunyi kalimat dalam surel yang dikirim Ultras Garuda.

Pakar Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fajar Junaedi melihat era STY mendapat penilaian positif dalam ingatan kolektif suporter Indonesia. Meski faktanya tak ada piala yang dihasilkan oleh eks pelatih Korsel itu.

Baca Juga :  Persiyali Siap Hadapi Kompetisi Liga 3

“Kegairahan publik terhadap timnas sepak bola melampaui batas suporter sepak bola yang ada. Sebelumnya kegairahan mendukung timnas Garuda hanya berkisar pada pusaran suporter sepak bola,” tulis Fajar lewat WhatsApp.

Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Muhammadiyah itu juga menyebut STY dan timnas eranya sukses menarik publik dengan cakupan yang kian luas. Padahal sebelumnya mereka tak seberapa aware soal sepak bola maupun timnas.

“Bahkan ada segmen baru penggemar timnas yang bisa disebut sebagai fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Akan tetapi segmen baru ini menunjukkan meluasnya sokongan buat sepak bola Indonesia,” lanjut Fajar.

Selain itu, setiap laga timnas era STY batas gender suporter semakin terkikis. Sebelumnya didominasi suporter pria, maka pesona juga karisma pemain-pemain timnas STY menarik kaum hawa datang ke stadion.

Baca Juga :  Timnas Indonesia Pantang Ciut Jumpa Arab Saudi, Jay Idzes: Apapun Bisa Terjadi

“Dalam perspektif cultural studies ini fenomena ini menunjukkan menguatnya identitas kebangsaan lewat sepak bola,” tulis penulis buku Merawat Sepak Bola Indonesia itu.

“Jangan lupa kalau nobar timnas digelar secara sukarela oleh masyarakat Indonesia di halaman rumah, balai desa, hingga warkop. Lalu keriuhan media sosial saat timnas main itu menjadi fenomena tersendiri yang menunjukkan STY dan timnas memang mendapat hati di kalangan masyarakat,” pungkas Fajar. (*/jawapos)

JAKARTA-Gelombang kekecewaan atas penghentian Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih tim Indonesia masih belum padam. Selasa (7/1), suporter yang menamakan diri Ultras Garuda melayangak surat terbuka kepada PSSI.

Dalam akun Instagram-nya @ultrasgarudaofficial mengunggah surel kepada ketua umum PSSI Erick Thohir. Dalam surat itu mereka mempertanyakan pemberhentian STY dan berharap ada dialog terbuka dengan suporter.

“Kami merasa bahwa keputusan tersebut (pemberhentian STY, Red) perlu dikaji lebih mendalam, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap perkembangan tim nasional dan harapan masyarakat pecinta sepak bola Indonesia,” bunyi kalimat dalam surel yang dikirim Ultras Garuda.

Pakar Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fajar Junaedi melihat era STY mendapat penilaian positif dalam ingatan kolektif suporter Indonesia. Meski faktanya tak ada piala yang dihasilkan oleh eks pelatih Korsel itu.

Baca Juga :  Mancini Teringat Erick Thohir dan Pernah Main di Medan 28 Tahun Lalu

“Kegairahan publik terhadap timnas sepak bola melampaui batas suporter sepak bola yang ada. Sebelumnya kegairahan mendukung timnas Garuda hanya berkisar pada pusaran suporter sepak bola,” tulis Fajar lewat WhatsApp.

Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Muhammadiyah itu juga menyebut STY dan timnas eranya sukses menarik publik dengan cakupan yang kian luas. Padahal sebelumnya mereka tak seberapa aware soal sepak bola maupun timnas.

“Bahkan ada segmen baru penggemar timnas yang bisa disebut sebagai fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Akan tetapi segmen baru ini menunjukkan meluasnya sokongan buat sepak bola Indonesia,” lanjut Fajar.

Selain itu, setiap laga timnas era STY batas gender suporter semakin terkikis. Sebelumnya didominasi suporter pria, maka pesona juga karisma pemain-pemain timnas STY menarik kaum hawa datang ke stadion.

Baca Juga :  Timnas Indonesia Pantang Ciut Jumpa Arab Saudi, Jay Idzes: Apapun Bisa Terjadi

“Dalam perspektif cultural studies ini fenomena ini menunjukkan menguatnya identitas kebangsaan lewat sepak bola,” tulis penulis buku Merawat Sepak Bola Indonesia itu.

“Jangan lupa kalau nobar timnas digelar secara sukarela oleh masyarakat Indonesia di halaman rumah, balai desa, hingga warkop. Lalu keriuhan media sosial saat timnas main itu menjadi fenomena tersendiri yang menunjukkan STY dan timnas memang mendapat hati di kalangan masyarakat,” pungkas Fajar. (*/jawapos)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/