Tetapi, pada pasien pasca stroke, puasa dianjurkan karena hal tersebut dapat merangsang pemulihan dan perbaikan pada defisit neurologis pada pasien tersebut, karena dengan dilakukannya puasa maka aliran darah di jaringan otak akan semakin membaik. Puasa juga memiliki efek protektif pada sistem saraf yang dapat membantu melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut dan meningkatkan fungsi kognitif serta motorik pada penderita stroke.
Selain itu, puasa intermiten juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin yang merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes tipe 2. Pasien stroke sering kali memiliki faktor risiko yang sama dengan penderita diabetes, sehingga manfaat ini dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan mencegah komplikasi yang terkait.
Selama puasa, tubuh mengalami proses detoksifikasi alami dan meningkatkan metabolisme. Hal ini dapat membantu membersihkan racun yang terakumulasi dalam tubuh dan memperbaiki fungsi organ-organ penting, termasuk otak.
Meski faktanya puasa dapat memberikan manfaat signifikan bagi penderita stroke, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum memulai praktik puasa, terutama bagi individu yang memiliki kondisi kesehatan yang kompleks atau membutuhkan pengawasan medis khusus.
Selain itu, puasa juga harus dilakukan dengan bijaksana dan disertai dengan pola makan sehat serta gaya hidup yang seimbang untuk mendapatkan manfaat optimal dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Dengan pendekatan yang tepat, puasa dapat menjadi tambahan yang berharga dalam upaya pemulihan dan pencegahan bagi penderita stroke. (*)
Sumber: Jawapos