Penyebab Dissociative Identity Disorder (DID)
1. Trauma Masa Kecil yang Berat
DID sangat erat kaitannya dengan pengalaman traumatis di masa kecil, seperti kekerasan fisik, emosional, atau pelecehan seksual. Trauma ekstrem ini mendorong individu membentuk identitas alternatif sebagai cara melindungi diri dari rasa sakit psikologis yang terlalu berat untuk ditanggung satu identitas saja.
2. Mekanisme Pertahanan Psikologis (Coping Mechanism)
Ketika individu tidak mampu memproses pengalaman traumatis secara utuh, pikiran akan memisahkan memori dan emosi ke dalam identitas lain. Mekanisme ini memungkinkan seseorang tetap berfungsi dalam kehidupan sehari-hari meskipun membawa luka psikologis mendalam.
3. Lingkungan Kehidupan yang Tidak Aman dan Penuh Tekanan
Kondisi lingkungan yang penuh ketidakpastian, kekerasan berkepanjangan, atau pengabaian emosional turut berperan dalam memicu disosiasi. Tekanan kronis ini memperkuat kecenderungan individu untuk “memecah” identitas sebagai bentuk adaptasi psikologis.
Gejala Dissociative Identity Disorder (DID)
1. Munculnya Dua atau Lebih Identitas yang Berbeda
Setiap identitas dapat memiliki nama, karakter, cara bicara, hingga respons emosional yang berbeda, dan dapat bergantian mengambil alih kesadaran individu.
2. Hilangnya Ingatan atau Amnesia Disosiatif
Penderita sering mengalami missing time, yakni kondisi di mana mereka tidak mengingat kejadian tertentu yang berlangsung saat identitas lain mengambil kendali.
3. Perubahan Emosi dan Perilaku Secara Drastis
Perubahan emosi yang tiba-tiba, reaksi yang tidak konsisten, serta perbedaan minat dan kebiasaan menjadi tanda yang kerap membingungkan lingkungan sekitar penderita.
Dissociative Identity Disorder bukanlah kondisi yang muncul tanpa sebab, melainkan refleksi dari luka psikologis mendalam yang tidak tertangani sejak lama. DID membutuhkan penanganan komprehensif melalui psikoterapi jangka panjang, dengan tujuan membantu individu mengintegrasikan kembali identitas dan memori yang terpisah.
Pentingnya dukungan lingkungan serta pendampingan profesional agar penderita dapat menjalani hidup yang lebih stabil dan sehat secara mental. Pemahaman yang benar mengenai DID diharapkan mampu mengikis stigma dan menggantikannya dengan empati serta kesadaran akan pentingnya kesehatan mental sebagai bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan manusia. (*/jawapos)