Dissociative Identity Disorder (DID) atau yang kerap dikenal sebagai kepribadian ganda masih menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang paling kompleks dan sering disalahpahami masyarakat. Gangguan ini ditandai dengan munculnya dua atau lebih identitas berbeda dalam satu individu, di mana masing-masing identitas dapat memiliki pola pikir, emosi, hingga perilaku yang tidak sama.
Kondisi ini bukan sekadar perubahan suasana hati, melainkan gangguan serius yang memengaruhi kesadaran dan kontinuitas identitas seseorang. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sumber dari RS Pondok Indah, yang menekankan bahwa DID berkaitan erat dengan gangguan integrasi identitas dan memori.
Individu dengan DID sering kali tidak menyadari perpindahan identitas yang terjadi dalam dirinya. Pergantian identitas ini dapat berlangsung tiba-tiba dan disertai dengan hilangnya ingatan terhadap kejadian tertentu. Halodoc menjelaskan bahwa DID merupakan bentuk gangguan disosiatif yang muncul sebagai respons psikologis terhadap tekanan dan trauma berat, terutama yang dialami sejak usia dini.
Lebih jauh, gangguan ini kerap luput terdeteksi karena gejalanya menyerupai gangguan mental lain seperti depresi atau gangguan kecemasan. Padahal, DID memiliki karakteristik khusus yang membutuhkan penanganan profesional jangka panjang. Tanpa pemahaman yang tepat, penderita berisiko mengalami stigma, salah diagnosis, serta keterlambatan penanganan yang berdampak pada kualitas hidup mereka.
Dissociative Identity Disorder (DID) atau yang kerap dikenal sebagai kepribadian ganda masih menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang paling kompleks dan sering disalahpahami masyarakat. Gangguan ini ditandai dengan munculnya dua atau lebih identitas berbeda dalam satu individu, di mana masing-masing identitas dapat memiliki pola pikir, emosi, hingga perilaku yang tidak sama.
Kondisi ini bukan sekadar perubahan suasana hati, melainkan gangguan serius yang memengaruhi kesadaran dan kontinuitas identitas seseorang. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sumber dari RS Pondok Indah, yang menekankan bahwa DID berkaitan erat dengan gangguan integrasi identitas dan memori.
Individu dengan DID sering kali tidak menyadari perpindahan identitas yang terjadi dalam dirinya. Pergantian identitas ini dapat berlangsung tiba-tiba dan disertai dengan hilangnya ingatan terhadap kejadian tertentu. Halodoc menjelaskan bahwa DID merupakan bentuk gangguan disosiatif yang muncul sebagai respons psikologis terhadap tekanan dan trauma berat, terutama yang dialami sejak usia dini.
Lebih jauh, gangguan ini kerap luput terdeteksi karena gejalanya menyerupai gangguan mental lain seperti depresi atau gangguan kecemasan. Padahal, DID memiliki karakteristik khusus yang membutuhkan penanganan profesional jangka panjang. Tanpa pemahaman yang tepat, penderita berisiko mengalami stigma, salah diagnosis, serta keterlambatan penanganan yang berdampak pada kualitas hidup mereka.