Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Ketergantungan Game Online bisa Beralih ke Judi Online

Remaja Rawan Gangguan Mental

JAKARTA – Remaja merupakan masa transisi dari anak ke dewasa. Sehingga pengaruh hormon dan perubahan lingkungan mempengaruhi kondisi emosionalnya. Selain itu, ada fakta lain bahwa depresi kerap juga dialami oleh remaja.

Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa 6,1 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental. Psikiater dr Khamelia Malik SpKJ menyampaikan bahwa terdapat paradoks pada kesehatan remaja. Secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang periode hidup.

“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200 persen di masa remaja akhir ini,” ucapnya.

Fakta peningkatanangka kesakitan dan kematian pada remaja ini salah satunya, menurut Khamelia, karena ketidakmampuuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi. Jika ditinjau secara ilmiah, masa remaja cenderung banyak melakukan kegiatan berisiko dan impulsif karena ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat. Yakni bagian otak yang mengatur emosi. Namun area untuk mendalilkan dirinya lebih lambat berkembang.

Baca Juga :  Yakin Angka Vaksinasi di Daerah Pegunungan Akan Meningkat

Hal ini menurutnya menjadi penting peran orang tua atau orang dewasa di sekitar anak. “Orang tua ataupun guru perlu membantu untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja,” ucapnya. langkah lain yang bisa dilakukan adalah mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat. Dengan cara ini maka kesehatan mental juga terjaga.

Perkembangan teknologi juga dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia. Salah satunya adalah ketergantungan terhadap judi online. Pada kesempatan lainnya, psikiater dr Kristiana Siste SpKJ pada kesempatan lain menyatakan bahwa perkembangan akses digital marak saat pandemi Covid-19 dan termasuk soal judi online. “Aksesnya mudah dan pinjaman online juga ditemukan di mana saja,” ungkapnya. Kemudahan ini membuat orang menggunakan kembali.

“Mereka yang punya masalah emosi atau punya genetik yang ada anggota keluarganya kecanduan judi juga itu menyebabkan kerentanan untuk kecanduan judi online,” ujarnya. Faktor lingkungan menyebabkan seseorang untuk ikut main judi online tapi menurut Kristiana faktor internal akan mempengaruhi ketergantungan atau tidak.

Baca Juga :  Panglima TNI Rotasi Ratusan Perwira Tinggi di Tiga Matra

Menurut Kepala Departemen Kesehatan Jiwa Universitas Inodonesia/RSCM tersebut, ada penelitian usia 18 sampai 25 tahun merupakan usia terbanyak melakukan judi online. Ada juga yang di bawah 18 tahun. “Kami pernah dapat kasus yang merupakan peralihan dari game online ke judi online. Ini remaja,” ujarnya.

Menurutnya ada hal yang sama dalam game dan judi, yakni soal gambling. Perilaku adiksi ini bisa tumbuh saat remaja. “Kami melakukan penelitian juga di Jakarta soal adiksi internet,” bebernya. Misalnya adiksi internet pada usia 10 hingga 18 tahun itu mencapai 30 persen. Adiksi internet ini bisa juga game, gambling, hingga pornografi. “Remaja itu merupakan usia kritis untuk adiksi perilaku,”imbuhnya. (lyn)

Remaja Rawan Gangguan Mental

JAKARTA – Remaja merupakan masa transisi dari anak ke dewasa. Sehingga pengaruh hormon dan perubahan lingkungan mempengaruhi kondisi emosionalnya. Selain itu, ada fakta lain bahwa depresi kerap juga dialami oleh remaja.

Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa 6,1 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental. Psikiater dr Khamelia Malik SpKJ menyampaikan bahwa terdapat paradoks pada kesehatan remaja. Secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang periode hidup.

“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200 persen di masa remaja akhir ini,” ucapnya.

Fakta peningkatanangka kesakitan dan kematian pada remaja ini salah satunya, menurut Khamelia, karena ketidakmampuuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi. Jika ditinjau secara ilmiah, masa remaja cenderung banyak melakukan kegiatan berisiko dan impulsif karena ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat. Yakni bagian otak yang mengatur emosi. Namun area untuk mendalilkan dirinya lebih lambat berkembang.

Baca Juga :  Sopir Taksi Konvensional Desak Pemerintah Tegas ke Taksi Online

Hal ini menurutnya menjadi penting peran orang tua atau orang dewasa di sekitar anak. “Orang tua ataupun guru perlu membantu untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja,” ucapnya. langkah lain yang bisa dilakukan adalah mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat. Dengan cara ini maka kesehatan mental juga terjaga.

Perkembangan teknologi juga dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia. Salah satunya adalah ketergantungan terhadap judi online. Pada kesempatan lainnya, psikiater dr Kristiana Siste SpKJ pada kesempatan lain menyatakan bahwa perkembangan akses digital marak saat pandemi Covid-19 dan termasuk soal judi online. “Aksesnya mudah dan pinjaman online juga ditemukan di mana saja,” ungkapnya. Kemudahan ini membuat orang menggunakan kembali.

“Mereka yang punya masalah emosi atau punya genetik yang ada anggota keluarganya kecanduan judi juga itu menyebabkan kerentanan untuk kecanduan judi online,” ujarnya. Faktor lingkungan menyebabkan seseorang untuk ikut main judi online tapi menurut Kristiana faktor internal akan mempengaruhi ketergantungan atau tidak.

Baca Juga :  Tiket PTC Waterpark Hanya Rp 50 Ribu

Menurut Kepala Departemen Kesehatan Jiwa Universitas Inodonesia/RSCM tersebut, ada penelitian usia 18 sampai 25 tahun merupakan usia terbanyak melakukan judi online. Ada juga yang di bawah 18 tahun. “Kami pernah dapat kasus yang merupakan peralihan dari game online ke judi online. Ini remaja,” ujarnya.

Menurutnya ada hal yang sama dalam game dan judi, yakni soal gambling. Perilaku adiksi ini bisa tumbuh saat remaja. “Kami melakukan penelitian juga di Jakarta soal adiksi internet,” bebernya. Misalnya adiksi internet pada usia 10 hingga 18 tahun itu mencapai 30 persen. Adiksi internet ini bisa juga game, gambling, hingga pornografi. “Remaja itu merupakan usia kritis untuk adiksi perilaku,”imbuhnya. (lyn)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya