Site icon Cenderawasih Pos

Gelombang PHK Berpotensi  Tingkatkan Jumlah UMKM

PRODUK LOKAL: Menkop UKM Teten Masduki (kanan) didampingi Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (kiri) mengunjungi booth sepatu produk lokal Indonesia yang sudah berkolaborasi dengan seniman internasional di BCA UMKM Fest di Mal Kota Kasablanka kemarin (7/8). (foto: Agas Hartanto/Jawa Pos)

JAKARTA – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih masif terjadi tahun ini. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat sebanyak 32.064 orang sudah terdampak selama periode Januari hingga Juni 2024. Dari fenomena tersebut, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki memperkirakan, jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan terus bertambah.

Sebab, lanjut dia, masyarakat yang terdampak PHK akan beralih untuk berjualan dalam skala mikro guna memenuhi kebutuhan hidup sementara. Setidaknya, sampai mendapat pekerjaan baru. ’’Ekonomi kita 97 persen itu UMKM. Jadi, kalau sekarang ada deindustrialisasi banyak PHK itu, pasti pedagang offline dan online yang individual akan meningkat,’’ ujar Teten dalam pembukaan BCA UMKM Fest di Mal Kota Kasablanka kemarin (7/8).

Karena itu, dia mendorong perbankan untuk tidak hanya menyalurkan kredit dan memastikan cicilan tidak macet. Tapi, juga membangun ekosistem bagi UMKM. Dengan begitu, mereka dapat memperluas akses pasar, meningkatkan produksi, dan terkoneksi dengan rantai pasok industri.

Teten juga masih membahas dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait restrukturisasi kredit usaha rakyat (KUR). Mencoba melakukan pendekatan yang lain. Sebab, menggunakan historis kredit tentu akan sulit. ’’Karena daya beli turun dan pasti UMKM omzetnya turun. Ini kalau nggak kita siapkan bantalannya, akan timbul problem sosial politik. Ini situasi yang sulit,’’ jelasnya.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan, dominasi UMKM terhadap ekonomi Indonesia sangat besar. Bank tentu melakukan kurasi terhadap sektor yang potensial. Agar bankable, tentu UMKM membutuhkan proses dan track record. ’’Memang tidak mudah. Tapi, kita sudah rangkul beberapa UMKM sebagai pilot project, kita coba roll out. Ini memang proyek jangka panjang, tapi kami serius,’’ ucapnya.

Hingga semester I 2024, kredit UKM BCA naik 12,7 persen year-on-year (YoY) hingga menyentuh Rp 114,4 triliun. Menurut Jahja, permintaan kredit UMKM agak lesu. Sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja.

Mengingat, pembiayaan digunakan pelaku usaha sebagai modal kerja. Ketika produksi ekspansif, permintaan kredit akan banyak. Namun sebaliknya, saat pesanan produksi tidak ada, tidak butuh pembiayaan. ’’Kondisi alamnya tidak memungkinkan untuk agresif. Kredit itu harus melihat kondisi makro situasi juga. Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga nggak ada (permintaan). Jadi, kredit itu bergantung modal kerja. Kalau nggak ada kerjaan atau menurun kerjaannya, mereka nggak perlu tambahan kredit, bebernya. (han/c7/dio)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version