Friday, December 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Harusnya Adat yang Mendominasi

JAYAPURA-Pelaksanaan   Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) sejatinya harus bisa memberi angin segar bagi keberadaan masyarakat adat di Papua. Ada banyak momentum untuk saling sharing dan mengoreksi apa yang menjadi ganjalan selama ini. Hanya saya pada hari kedua ini sudah ada tokoh adat yang  kecewa. Bukan pada KMAN nya melainkan panitia yang menggelar.

Ini disampaikan Ketua Dewan Adat Suku Sentani (DAS), Orgenes Kawai kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di gedung DPR Papua, Selasa (25/10).  “Saya pikir dari sisi KMAN ini sudah bagus, tapi kalau ditanya soal kebangkitan adat kami pikir ini berat juga, sebab dengan KMAN hari ini, adat seakan – akan hanya sebagai simbol pelengkap dan tidak ada perhatian khusus,” beber Orgenes.

Baca Juga :  Anggaran Berkurang Banyak, Harus Kreatif Cari Sumber Lain

   Ia menyatakan bahwa KMAN merupakan acara yang kental dengan masyarakat adat dan itu bagiannya adat. Namun yang terjadi justru ditangani oleh OPD – OPD, hingga terjadi masalah di kampung – kampung.

“Ini sesuatu yang memalukan, sebab masyarakat datang dari seluruh nusantara dan kami berharap KMAN bisa merubah keadaan di masyarakat adat tapi belum bisa juga. Saya sendiri merasa malu soal yang kemarin ramai di media social terkait  tim yang dimasukkan ke dalam ruangan tanpa alas tidur dan semua kosong,” singgung Orgenes yang berharap ke depan ini dibenahi.

Ia menceritakan bahwa di tempatnya di Kampung Bambar, Sentani juga menjadi tempat serasehan, namun semua berakhir dengan kekecewaan. Pasalnya lokasi di Bambar telah disiapkan oleh masyarakat kampung untuk menerima sekitar 300 orang. Namun jelang saresehan panitia menyampaikan hanya 250 orang dan terakhir hanya 148 orang. Lalu yang membuatnya kecewa adalah Bambar hanya dijadikan lokasi serasehan, bukan untuk tempat tinggal kontingen dari luar.

Baca Juga :  42 Asli OAP Namun Minta Keterwakilan Perempuan Diperhatikan

  “Padahal kalau mau dibilang dari 10 tempat yang lain, kamilah yang paling siap. Kami pastikan peserta aman, nyaman dan tidak akan  kecewa. Tapi panitia datang malah bilang hanya jadi tempat serasehan, jadi  tadi saya sempat marah karena seakan tidak menghargai adat dan mengatur adat seenaknya. Saya punya harga diri,” tegasnya. “Tadi pagi saya sempat melarang dan menggembok pintu balai adat tapi saya mengalah karena ada tamu,” tutupnya. (ade/tri)

JAYAPURA-Pelaksanaan   Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) sejatinya harus bisa memberi angin segar bagi keberadaan masyarakat adat di Papua. Ada banyak momentum untuk saling sharing dan mengoreksi apa yang menjadi ganjalan selama ini. Hanya saya pada hari kedua ini sudah ada tokoh adat yang  kecewa. Bukan pada KMAN nya melainkan panitia yang menggelar.

Ini disampaikan Ketua Dewan Adat Suku Sentani (DAS), Orgenes Kawai kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di gedung DPR Papua, Selasa (25/10).  “Saya pikir dari sisi KMAN ini sudah bagus, tapi kalau ditanya soal kebangkitan adat kami pikir ini berat juga, sebab dengan KMAN hari ini, adat seakan – akan hanya sebagai simbol pelengkap dan tidak ada perhatian khusus,” beber Orgenes.

Baca Juga :  Sudak Fix, Jumlah Kursi DPRD Kota  35 Kursi

   Ia menyatakan bahwa KMAN merupakan acara yang kental dengan masyarakat adat dan itu bagiannya adat. Namun yang terjadi justru ditangani oleh OPD – OPD, hingga terjadi masalah di kampung – kampung.

“Ini sesuatu yang memalukan, sebab masyarakat datang dari seluruh nusantara dan kami berharap KMAN bisa merubah keadaan di masyarakat adat tapi belum bisa juga. Saya sendiri merasa malu soal yang kemarin ramai di media social terkait  tim yang dimasukkan ke dalam ruangan tanpa alas tidur dan semua kosong,” singgung Orgenes yang berharap ke depan ini dibenahi.

Ia menceritakan bahwa di tempatnya di Kampung Bambar, Sentani juga menjadi tempat serasehan, namun semua berakhir dengan kekecewaan. Pasalnya lokasi di Bambar telah disiapkan oleh masyarakat kampung untuk menerima sekitar 300 orang. Namun jelang saresehan panitia menyampaikan hanya 250 orang dan terakhir hanya 148 orang. Lalu yang membuatnya kecewa adalah Bambar hanya dijadikan lokasi serasehan, bukan untuk tempat tinggal kontingen dari luar.

Baca Juga :  Pemilu Jangan Sampai Merusak Persaudaraan

  “Padahal kalau mau dibilang dari 10 tempat yang lain, kamilah yang paling siap. Kami pastikan peserta aman, nyaman dan tidak akan  kecewa. Tapi panitia datang malah bilang hanya jadi tempat serasehan, jadi  tadi saya sempat marah karena seakan tidak menghargai adat dan mengatur adat seenaknya. Saya punya harga diri,” tegasnya. “Tadi pagi saya sempat melarang dan menggembok pintu balai adat tapi saya mengalah karena ada tamu,” tutupnya. (ade/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya