Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Kembangkan Pewarna Batik dan Tekstil dari Limbah Kayu Merbau

JAYAPURA-Pemerintah Kota Jayapura bekerjasama dengan Indonesia Natural Dye Institut (INDI) Universitas Gajah Mada (UGM) dan CV Karui melaksanakan kegiatan workshop potensi pengembangan pewarna dan tekstil di Kota Jayapura dengan peserta dari TP PKK Kota Jayapura, DWP dan GOW Kota Jayapura, Senin (19/9).

  Ketua TP PKK Kota Jayapura Ny. Maria Y, Gobay Pekey mengakui, kegiatan ini bekerjasama antara INDI UGM dan Pemkot Jayapura yang turut melibatkan semua organisasi TP PKK, GOW, DWP dan juga beberapa  ibu-ibu bergerak UMKM di bawah pembinaan Disperindagkop dalam pembuatan  batik.

  Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi dan memberdayakan kaum ibu dapat memanfaatkan peluang usaha ini untuk meningkatkan perekonomian keluarga terlebih kegiatan ini sangat penting sekali. Sebab, ramah terhadap lingkungan, karena hasil dari gergaji bahan kayu merbau atau limbahnya dapat digunakan untuk pewarna alami. Selain itu,  ampas sebagai bahan pewarna alami bisa digunakan bahan bakar juga.

Baca Juga :  Pemuda haru Bisa Berkolaborasi dengan Pemerintah

  “Sebelum kita praktik dalam melakukan pewarnaan untuk kain batik ini, kami sebelumnya juga telah diberikan teori lebih dahulu untuk bisa paham sebelum praktik dan saya sangat berterimakasih karena workshop pelatihan ini sangat bermanfaat dan membantu kami dan  kerjasama ini memang kali pertama dilakukan,” jelasnya.

   Koordinator Kelompok Riset INDI UGM Profesor Dr. Ir.Edia Rahayu Ningsih, M.Si, IPU mengatakan, INDI adalah kelompok peneliti pewarna di UGM sudah melakukan riset dan pengabdian masyarakat untuk pembuatan pewarna alami mulai dari identifikasi tumbuhan yang potensial jadi pewarna alami dan membuat pewarna, serta telah mengaplikasikan kepada

masyarakat dan ini menjadi Gerakan INDI UGM yang tersistem dari hulu sampai hilir dengan tujuan Indonesia sehat generasi sehat dan Indonesia berdaulat dalam pewarna alami.

Baca Juga :  Dijual Kucing-kucingan, Miras Ilegal Masih Marak

  “Kami memilih Papua, karena Papua memiliki tumbuhan sangat potensial untuk dijadikan pewarna alami, salah satunya dari limbah kayu merbau yang selama ini dibuang, mencemari lingkungan. Padahal jika dibuat pewarna alami sangat amat cantik dan bisa menghasilkan beberapa pilihan warna, tergantung dengan bahan campuran alami yang dicampurkan

dan ini tidak berbahaya untuk tubuh,’’jelasnya.

   Oleh karena itu, dengan workshop pelatihan ini, diharapkan bisa memberikan ilmu dan pembelajaran bagi ibu-ibu yang ingin membuat usaha batik atau pakaian dengan menggunakan pewarna alami tumbuhan-tumbuhan dari limbah merbau bisa karena tahan lama bertahun-tahun, tidak ada campuran zat kimia sehingga aman dalam pembuatan dan saat dipakai, serta banyak pilihan warna, modal sedikit sehingga bisa memberikan nilai perekonomian yang lebih tinggi. (dil/tri)

JAYAPURA-Pemerintah Kota Jayapura bekerjasama dengan Indonesia Natural Dye Institut (INDI) Universitas Gajah Mada (UGM) dan CV Karui melaksanakan kegiatan workshop potensi pengembangan pewarna dan tekstil di Kota Jayapura dengan peserta dari TP PKK Kota Jayapura, DWP dan GOW Kota Jayapura, Senin (19/9).

  Ketua TP PKK Kota Jayapura Ny. Maria Y, Gobay Pekey mengakui, kegiatan ini bekerjasama antara INDI UGM dan Pemkot Jayapura yang turut melibatkan semua organisasi TP PKK, GOW, DWP dan juga beberapa  ibu-ibu bergerak UMKM di bawah pembinaan Disperindagkop dalam pembuatan  batik.

  Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi dan memberdayakan kaum ibu dapat memanfaatkan peluang usaha ini untuk meningkatkan perekonomian keluarga terlebih kegiatan ini sangat penting sekali. Sebab, ramah terhadap lingkungan, karena hasil dari gergaji bahan kayu merbau atau limbahnya dapat digunakan untuk pewarna alami. Selain itu,  ampas sebagai bahan pewarna alami bisa digunakan bahan bakar juga.

Baca Juga :  Pemuda haru Bisa Berkolaborasi dengan Pemerintah

  “Sebelum kita praktik dalam melakukan pewarnaan untuk kain batik ini, kami sebelumnya juga telah diberikan teori lebih dahulu untuk bisa paham sebelum praktik dan saya sangat berterimakasih karena workshop pelatihan ini sangat bermanfaat dan membantu kami dan  kerjasama ini memang kali pertama dilakukan,” jelasnya.

   Koordinator Kelompok Riset INDI UGM Profesor Dr. Ir.Edia Rahayu Ningsih, M.Si, IPU mengatakan, INDI adalah kelompok peneliti pewarna di UGM sudah melakukan riset dan pengabdian masyarakat untuk pembuatan pewarna alami mulai dari identifikasi tumbuhan yang potensial jadi pewarna alami dan membuat pewarna, serta telah mengaplikasikan kepada

masyarakat dan ini menjadi Gerakan INDI UGM yang tersistem dari hulu sampai hilir dengan tujuan Indonesia sehat generasi sehat dan Indonesia berdaulat dalam pewarna alami.

Baca Juga :  Realisasi Fisik Pekerjaan di Dinas PUPR Capai 62 Persen

  “Kami memilih Papua, karena Papua memiliki tumbuhan sangat potensial untuk dijadikan pewarna alami, salah satunya dari limbah kayu merbau yang selama ini dibuang, mencemari lingkungan. Padahal jika dibuat pewarna alami sangat amat cantik dan bisa menghasilkan beberapa pilihan warna, tergantung dengan bahan campuran alami yang dicampurkan

dan ini tidak berbahaya untuk tubuh,’’jelasnya.

   Oleh karena itu, dengan workshop pelatihan ini, diharapkan bisa memberikan ilmu dan pembelajaran bagi ibu-ibu yang ingin membuat usaha batik atau pakaian dengan menggunakan pewarna alami tumbuhan-tumbuhan dari limbah merbau bisa karena tahan lama bertahun-tahun, tidak ada campuran zat kimia sehingga aman dalam pembuatan dan saat dipakai, serta banyak pilihan warna, modal sedikit sehingga bisa memberikan nilai perekonomian yang lebih tinggi. (dil/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya