Monday, April 29, 2024
26.7 C
Jayapura

DAP:  Hak Masyarakat Adat Papua Tidak Diakui 

JAYAPURA-Ketua Umum Dewan Adat Papua Domingus Sorabut mengatakan Tanah adalah Mama Bumi dan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dirawat dengan baik untuk kebahagiaan dan anak cucu masyarakat adat Papua. Namun, menurutnya eksistensi Masyarakat Adat Papua tidak diakui oleh pemerintah Indonesia.

  “Hal ini yang membuat mudah memunculkan justifikasi yang mengarah pada aktifitas separatis dan makar. Oleh sebab itu, cara bermartabat penyelesaian dan  atau mengakhiri konflik kekerasan, maka saya mengajak Presiden Republik  Indonesia Ir. Joko Widodo, yang sedang memimpin negara yang demokratis telah  diakui dunia internasional, untuk duduk bersama para pemimpin Papua yang bersatu dalam ULMWP menyelesaikan secara damai konflik kekerasan di Papua,” kata Domingus Sorabut dalam sambutanya pada puncak peringatan Hari masyarakat adat Pribumi Se Dunia di Lapangan Sakeus, Padang Bulan, Selasa, (9/8).

  Dalam acara yang ditandai dengan ibadah syukuran dengan dikawal aparat kemanan itu, Dominggus mengatakan, kini ada lebih dari 476 juta masyarakat adat yang tinggal di 90 negara di  seluruh dunia, 6,2 persen dari populasi global. Masyarakat adat adalah pemegang

Baca Juga :  Walikota Akui ODGJ Mulai Meresahkan

keragaman budaya, tradisi, bahasa dan sistem pengetahuan yang unik.

  “Masyarakat adat di seluruh dunia sudah lama memiliki pemerintahan sendiri dan beberapa telah berhasil membangun otonomi. Pengakuan terhadap sistem dan tata aturan  masyarakat adat sangat sulit didapatkan oleh Pemerintah, masyarakat adat terus tidak mendapat ruang, masih berada di bawah bayang-bayang tekanan dan kekuasaan pemerintah dengan menjalankan kontrol atas tanah, wilayah, dan sumber daya mereka,” katanya.

  Dikatakan, tema perayaan tahun 2022 adalah “Peran Perempuan Adat dalam Pelestarian dan Transmisi Pengetahuan Tradisional”. memberikan ruang khusus kepada  perempuan adat dalam memperjuangkan keberlanjutan kehidupan dan lingkungan.  Perempuan adat adalah tulang punggung masyarakat adat yang berperan aktif

  “Pesan Sekretaris Jenderal PBB, dalam perayaan 9 Agustus, Dunia Harus Memperkuat Suara Perempuan Adat, dalam melestarikan hutan dan mewariskan pengetahuan tradisional adat. Perempuan adat adalah penjaga  pengetahuan sistem makanan dan obat-obatan tradisional. Perempuan adat  berjuang membela lingkungan dan hak asasi manusia pada masyarakat adat. Untuk  itu, dalam membangun keadilan di masa depan yang berkelanjutan merangkul dan  memperkuat suara perempuan adat.  Pengetahuan tradisional dapat menawarkan solusi untuk banyak tantangan kita  bersama.”bebernya.

Baca Juga :  Budaya Tujuh Wilayah Adat Papua Diperkenalkan ke Anak PAUD

  Ia meminta, kepada semua pihak yang berkepentingan baik itu Pemerintah, komponen perjuangan,  LSM, Gereja, Aktivis, Pemuda dan Mahasiswa serta masyarakat adat Papua

mengambil bagian secara terbuka dan secara personal untuk berjuang dan  mendoakan ancaman kehidupan perempuan adat dan mama bumi yang amat serius

“Perempuan Adat Papua adalah rumah bagi orang Papua dan sumber kehidupan  mama bumi. Perempuan Adat Papua mulai sekarang bukan lagi jadi objek, jadi  pendengar, atau jadi penerima hasil oleh pihak laki-laki. Melainkan perempuan  Papua berdiri dan bertindak setara dengan laki-laki secara proporsional dan  melibatkan penuh dalam perencanaan hak-hak dasar dan keberlanjutan kehidupan  masyarakat adat,” katanya. (oel/tri)

JAYAPURA-Ketua Umum Dewan Adat Papua Domingus Sorabut mengatakan Tanah adalah Mama Bumi dan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dirawat dengan baik untuk kebahagiaan dan anak cucu masyarakat adat Papua. Namun, menurutnya eksistensi Masyarakat Adat Papua tidak diakui oleh pemerintah Indonesia.

  “Hal ini yang membuat mudah memunculkan justifikasi yang mengarah pada aktifitas separatis dan makar. Oleh sebab itu, cara bermartabat penyelesaian dan  atau mengakhiri konflik kekerasan, maka saya mengajak Presiden Republik  Indonesia Ir. Joko Widodo, yang sedang memimpin negara yang demokratis telah  diakui dunia internasional, untuk duduk bersama para pemimpin Papua yang bersatu dalam ULMWP menyelesaikan secara damai konflik kekerasan di Papua,” kata Domingus Sorabut dalam sambutanya pada puncak peringatan Hari masyarakat adat Pribumi Se Dunia di Lapangan Sakeus, Padang Bulan, Selasa, (9/8).

  Dalam acara yang ditandai dengan ibadah syukuran dengan dikawal aparat kemanan itu, Dominggus mengatakan, kini ada lebih dari 476 juta masyarakat adat yang tinggal di 90 negara di  seluruh dunia, 6,2 persen dari populasi global. Masyarakat adat adalah pemegang

Baca Juga :  Penghapusan Honorer Belum Pasti, Pengangkatan P3K Dilakukan Bertahap

keragaman budaya, tradisi, bahasa dan sistem pengetahuan yang unik.

  “Masyarakat adat di seluruh dunia sudah lama memiliki pemerintahan sendiri dan beberapa telah berhasil membangun otonomi. Pengakuan terhadap sistem dan tata aturan  masyarakat adat sangat sulit didapatkan oleh Pemerintah, masyarakat adat terus tidak mendapat ruang, masih berada di bawah bayang-bayang tekanan dan kekuasaan pemerintah dengan menjalankan kontrol atas tanah, wilayah, dan sumber daya mereka,” katanya.

  Dikatakan, tema perayaan tahun 2022 adalah “Peran Perempuan Adat dalam Pelestarian dan Transmisi Pengetahuan Tradisional”. memberikan ruang khusus kepada  perempuan adat dalam memperjuangkan keberlanjutan kehidupan dan lingkungan.  Perempuan adat adalah tulang punggung masyarakat adat yang berperan aktif

  “Pesan Sekretaris Jenderal PBB, dalam perayaan 9 Agustus, Dunia Harus Memperkuat Suara Perempuan Adat, dalam melestarikan hutan dan mewariskan pengetahuan tradisional adat. Perempuan adat adalah penjaga  pengetahuan sistem makanan dan obat-obatan tradisional. Perempuan adat  berjuang membela lingkungan dan hak asasi manusia pada masyarakat adat. Untuk  itu, dalam membangun keadilan di masa depan yang berkelanjutan merangkul dan  memperkuat suara perempuan adat.  Pengetahuan tradisional dapat menawarkan solusi untuk banyak tantangan kita  bersama.”bebernya.

Baca Juga :  Pastikan Stok Obat di RSUD Abepura Aman

  Ia meminta, kepada semua pihak yang berkepentingan baik itu Pemerintah, komponen perjuangan,  LSM, Gereja, Aktivis, Pemuda dan Mahasiswa serta masyarakat adat Papua

mengambil bagian secara terbuka dan secara personal untuk berjuang dan  mendoakan ancaman kehidupan perempuan adat dan mama bumi yang amat serius

“Perempuan Adat Papua adalah rumah bagi orang Papua dan sumber kehidupan  mama bumi. Perempuan Adat Papua mulai sekarang bukan lagi jadi objek, jadi  pendengar, atau jadi penerima hasil oleh pihak laki-laki. Melainkan perempuan  Papua berdiri dan bertindak setara dengan laki-laki secara proporsional dan  melibatkan penuh dalam perencanaan hak-hak dasar dan keberlanjutan kehidupan  masyarakat adat,” katanya. (oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya