GELAR KONGRES – Sekum Pemuda Adat Papua (PAP), Cristian Arebo (tengah) didampingi Ruben Magai dan Nathan Ansanay ketika memberi keterangan di Jayapura terkait rencana kongres pemuda adat, Jumat (8/3).( FOTO : Gamel Cepos)
Christian Arebo : Stop Menjual Kesulungan Papua
JAYAPURA – Pemuda Adat Papua (PAP) mengagendakan akan menggelar kongres untuk membentuk kepengurusan definitif setelah pemimpin sebelumnya meninggal. Kongres ini akan dilakukan di Hotel Aston pada 23-25 Maret dengan mengundang perwakilan pemuda adat yang tak hanya dari 29 kabupaten/kota tetapi 34 provinsi di Indonesia. Bahkan menurut Sekretaris Pemuda Adat Papua, Christian Arebo jika memungkinkan pihaknya juga akan mengundang perwakilan pemuda adat dari beberapa negara tetangga.
“Jadi agendanya selain mencari ketua terpilih, kami juga akan membahas soal persoalan ada. Saat ini banyak sekali status anak adat, tokoh ada yang mudah sekali diberikan kepada orang luar. Harusnya tak boleh seperti itu,” kata Arebo didampingi Ruben Magai dan Nathan Ansanay di Jayapura, Jumat (8/3). Ia menyinggung soal penolakan kedatangan Tomi Suharto di Wamena yang juga akan dibahas. Kongres ini dipastikan berbobot karena suara dari pemuda adat masing-masing daerah akan ikut didengar. “Kami akan bersurat ke LMA dan meminta perwakilan maisng-masing 3 orang untuk hadir,” tambahnya. Kegiatan tersebut lanjut Arebo rencananya akan dibuka oleh presiden agar bisa semakin menyatukan pemuda adat.
Pihaknya ingin menyampaikan pesan bagaimana melindungi hak-hak adat orang Papua terutama kepentingan politik agar tidak masuk ke adat. “Banyak hal yang mulai melenceng hanya karena kepentingan, ini yang perlu kami ingatkan,” tambahnya. Hanya lanjut Arebo hingga kini pihaknya belum mengantongi dukungan sehingga ia berharap pemerintah provinsi bisa ikut andil. Ditambahkan mantan Ketua Komisi 1 DPR Papua, Ruben Magai bahwa masyarakat harus menjaga jatidiri dari kepentingan apapun. “Ini bicara kehidupan sebuah kelompok masyarakat yang memahami kehidupan mereka sendiri. Jika saya hidup di Jawa saya tak bisa kendalikan masyarakat disana untuk mengikuti kemauan saya dan LMA maupun orang adat harus bisa menjaga kehidupannya,” kata Ruben.
Orang Wamena tak bisa jadi orang Mee karena tatanannya sudah ditakdirkan seperti itu. Jangan orang luar menyatakan diri sebagai kepala suku besar di Papua. Jika mengurus paguyuban kata Ruben hal tersebut masih masuk akal. “Setiap tamu harus menghargai, jangan dengan 1000 rupiah akhirnya adat tergadai. 35 tahun orang Indonesia ikut tertindas dan saya bisa bilang Tomi ini kehilangan urat malunya.,” tambahnya. Ruben juga menyinggung soal kasus di Wamena yang terjadi karena mencampuradukkan kepentingan politik dan adat. “PAP harus konsisten,” tegasnya.
Ditambahkan Nathan Ansanay dari Dewan Penasehat PAP bahwa saat ini nilai adat di Papua banyak yang tercoreng karema dengan mudahnya mudahnya mengangkat seseorang sebagai tokoh di Papua. “Ketika terjadi seperti di Wamena kemarin, kami pemuda adat bisa menuntut jadi tolong hargai kami sebab kami tidak keluar untuk mengacaukan tatanan adat di luar Papua. Kami berharap Ketua LMA Papua bisa memanggil ketua LMA Jayawijaya dan sekretarisnya untuk menjelaskan tugas dan fungsi, jangan karena satu dua hal akhirnya adat terganggu,” pungkasnya. (ade)
GELAR KONGRES – Sekum Pemuda Adat Papua (PAP), Cristian Arebo (tengah) didampingi Ruben Magai dan Nathan Ansanay ketika memberi keterangan di Jayapura terkait rencana kongres pemuda adat, Jumat (8/3).( FOTO : Gamel Cepos)
Christian Arebo : Stop Menjual Kesulungan Papua
JAYAPURA – Pemuda Adat Papua (PAP) mengagendakan akan menggelar kongres untuk membentuk kepengurusan definitif setelah pemimpin sebelumnya meninggal. Kongres ini akan dilakukan di Hotel Aston pada 23-25 Maret dengan mengundang perwakilan pemuda adat yang tak hanya dari 29 kabupaten/kota tetapi 34 provinsi di Indonesia. Bahkan menurut Sekretaris Pemuda Adat Papua, Christian Arebo jika memungkinkan pihaknya juga akan mengundang perwakilan pemuda adat dari beberapa negara tetangga.
“Jadi agendanya selain mencari ketua terpilih, kami juga akan membahas soal persoalan ada. Saat ini banyak sekali status anak adat, tokoh ada yang mudah sekali diberikan kepada orang luar. Harusnya tak boleh seperti itu,” kata Arebo didampingi Ruben Magai dan Nathan Ansanay di Jayapura, Jumat (8/3). Ia menyinggung soal penolakan kedatangan Tomi Suharto di Wamena yang juga akan dibahas. Kongres ini dipastikan berbobot karena suara dari pemuda adat masing-masing daerah akan ikut didengar. “Kami akan bersurat ke LMA dan meminta perwakilan maisng-masing 3 orang untuk hadir,” tambahnya. Kegiatan tersebut lanjut Arebo rencananya akan dibuka oleh presiden agar bisa semakin menyatukan pemuda adat.
Pihaknya ingin menyampaikan pesan bagaimana melindungi hak-hak adat orang Papua terutama kepentingan politik agar tidak masuk ke adat. “Banyak hal yang mulai melenceng hanya karena kepentingan, ini yang perlu kami ingatkan,” tambahnya. Hanya lanjut Arebo hingga kini pihaknya belum mengantongi dukungan sehingga ia berharap pemerintah provinsi bisa ikut andil. Ditambahkan mantan Ketua Komisi 1 DPR Papua, Ruben Magai bahwa masyarakat harus menjaga jatidiri dari kepentingan apapun. “Ini bicara kehidupan sebuah kelompok masyarakat yang memahami kehidupan mereka sendiri. Jika saya hidup di Jawa saya tak bisa kendalikan masyarakat disana untuk mengikuti kemauan saya dan LMA maupun orang adat harus bisa menjaga kehidupannya,” kata Ruben.
Orang Wamena tak bisa jadi orang Mee karena tatanannya sudah ditakdirkan seperti itu. Jangan orang luar menyatakan diri sebagai kepala suku besar di Papua. Jika mengurus paguyuban kata Ruben hal tersebut masih masuk akal. “Setiap tamu harus menghargai, jangan dengan 1000 rupiah akhirnya adat tergadai. 35 tahun orang Indonesia ikut tertindas dan saya bisa bilang Tomi ini kehilangan urat malunya.,” tambahnya. Ruben juga menyinggung soal kasus di Wamena yang terjadi karena mencampuradukkan kepentingan politik dan adat. “PAP harus konsisten,” tegasnya.
Ditambahkan Nathan Ansanay dari Dewan Penasehat PAP bahwa saat ini nilai adat di Papua banyak yang tercoreng karema dengan mudahnya mudahnya mengangkat seseorang sebagai tokoh di Papua. “Ketika terjadi seperti di Wamena kemarin, kami pemuda adat bisa menuntut jadi tolong hargai kami sebab kami tidak keluar untuk mengacaukan tatanan adat di luar Papua. Kami berharap Ketua LMA Papua bisa memanggil ketua LMA Jayawijaya dan sekretarisnya untuk menjelaskan tugas dan fungsi, jangan karena satu dua hal akhirnya adat terganggu,” pungkasnya. (ade)