TIMIKA – Salat Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah yang jatuh pada Sabtu (22/4) di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah dilaksanakan di 77 titik, salah satunya di halaman Graha Eme Neme Yauware (ENY).
Halaman Graha ENY menjadi salah satu lokasi yang dipadati umat untuk melaksanakan salat berjamaah. Diperkirakan ada ribuan orang yang hadir. Pasalnya halaman dalam area gedung tidak mampu menampung, sehingga sebagian jamaah terpaksa mengikuti salat dari luar pagar tepatnya di jalan raya.
Salat dipimpin oleh Ust H Muslimin, SAg selaku imam dan Ust H M Amin Ar, SAg SPd MM sebagai khotib. Adapun Salat Id terdiri dari dua rangkaian yaitu salat dua rakaat dan khotbah. Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM juga tampak hadir sebelum Salat Id dimulai.
Kapolres Mimika, AKBP I Gede Putra juga turun langsung memantau proses pengamanan. Tidak hanya dari TNI dan Polri, pemuda lintas agama di Mimika juga turut mengamankan Salat Id.
Ust Amin dalam khotbahnya mengatakan berakhirnya ramadan menandakan datangnya bulan Syawal sebagai tanda kemenangan. Ibarat menyambut pejuang dari medan perang yang membawa kemenangan disambut dengan sukacita. Demikian pula umat Islam menyambut Idul Fitri dengan sukacita.
Ust Amin menguraikan ada tiga bentuk kemenangan yang diraih umat Islam selama ramadan. Pertama, kemenangan spritual yaitu kemenangan jiwa yang selalu bersih dan suci dari berbagai noda dan penyakit syirik, sombong dan dengki. “Sungguh telah menang dan beruntung orang yang sucikan jiwa dan raganya,” katanya.
Jiwa yang menang lanjutnya, adalah jiwa yang berupaya bentengi diri dari berbagai penyimpangan terhadap aturan yang ditetapkan Allah SWT. Ini menjadi hakikat taqwa sesungguhnya yang ingin dicapai.
“Apabila sifat taqwa sudah tumbuh subur maka dia rela senang hati dan menerima aturan Rasul apapun konsekuensinya meskipun korbankan sesuatu yg dicintai atas nama cinta kepada Allah dan Rasul. Jika berhasil maka ia merayakan puncak kemenangan spiritual,” terang Ust Amin.
Kemenangan kedua adalah kemenangan emosional. Ibadah ramadan membimbing umat Islam menuju kemenangan emosional. Itu dalat diraih jika mampu mengendalikan emosi. Sabar dalam Islam bukan kelemahan tapi menjadi kekuatan.
Ketiga, kemenangan intelektual. Ramadan melahirkan pribadi muslim yang menang secara intelektual. Ditandai dengan kecerdasan memahami realita yang memberi keseimbangan pada dirinya ditandai dengan selalu bisa bedakan halal dan haram. Bisa pertimbangkan manfaat dan mudarat serta mengerti hak dan kewajiban.(ryu/tho)