
MERAUKE- Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi Papua Laurens Wantik, S.Pd, M.Pd, mengungkapkan, tantangan pendidikan di era digital semakin berat sehingga mau tidak mau dunia pendidikan khususnya di Papua harus mengimbangi dan mengikuti perkembanngan pendidikan di era digital tersebut.
“Kalau kita tidak mengikuti dan mengimbangi maka kita akan ketinggalan. Jadi harus dan wajib diikuti,’’ kata Laurens Wantik kepada media ini di Merauke seusai mengunjungi SMA Enterpreneuship Chevalier Anasai Merauke, di Kampung Matara, Distrik Semangga-Merauke, Selasa (3/12) malam.
Menurut Laurens Wantik, yang sekarang dilatih di SMK, kemungkinan besok tidak ada lagi lapangan pekerjaanya dan akan hilang. “Misalnya di SMK, ini dan itu. Besok semua pekerjaan itu diambil mesin. Nah, kita harus antisipasi pendidikan itu bagaimana pekerjaan yang besok itu tidak bisa dikerjakan oleh mesin. Itu yang harus kita pikirkan. Kalau kita tidak antisipasi, maka anak-anak yang lulus tidak bisa kerja karena semua diambil alih oleh mesin,’’ katanya.
Karena itu, lanjut Laurens, konsep belajar dalam kelas kedepan akan hilang akibat dari perkembangan di era digital. Di Merauke, kata Laurens Wantik seperti disampaikan Staf Ahli Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Hubungan Pusat dan Daerah DR. James Modouw bahwa banyak ide yang muncul dari Merauke. Salah satunya sekarang yang ditemukan, lanjut Laurens Wantik adalah sekolah yang dikelolah Yayasan Katolik bernama SMA Enterpreneuship Chevalier di Kampung Matara Distrik Semangga. ‘’Sekolah itu bagus. Dalam kunjungan kami ke sana tadi, kami hampir berada sekitar 1 jam. Sekolah ini akan banyak menjadi tehnologi yang saya sampaikan tersebut. Karena konsep di sekolah itu, anak-anak tidak perlu ruang kelas lagi. Tapi mereka lebih banyak belajar di luar. Pulang sekolah, anak-anak ini bekerja. Ada peternakan, perikanan dan ada juga pertanian,’’ jelasnya.
Menurut Laurens, di sekolah ini ada deteksi dini terhadap anak-anak di sekolah dia akan kemana setelah lulus sesuai dengan kemampuan mereka. ‘’Mereka sudah tahu. Misalnya, ada beberapa anak besok yang akan masuk ke kedokteran dan ada yang masuk ke pertanian. Itu sudah terbaca dari awal. Itu yang akan difasilitasi dengan internet, sehingga konsep anak belajar dimana saja itu ada disini,’’ jelasnya.
Selain mengunjungi SMA Enterpreneuship Chevalier Anasai tersebut, tambah Laurens Wantik, pihaknya juga mengunjungi sekolah inklusif yang dikelola oleh Sergius Womsiwor di SDN 2 Merauke. Anak-anak yang dididik disini, adalah anak-anak asli Papua yang putus sekolah dan belum bisa baca, tulis, dan hitung. (ulo/tri)