Thursday, December 18, 2025
25 C
Jayapura

Sejak 1982 Tiga Kali Ganti Nama, Tak Lagi Muda Namun Tetap Miliki Kharisma

“Kalau mengiringi artis besar, tantangannya beda. Ada rasa deg-degan sekaligus bangga. Tapi ketika mereka puas dengan permainan kami, itulah kepuasan tertinggi seorang musisi,” tutur Adi. Perjalanan Adi menjadi musisi profesional ditempuh lewat latihan tanpa henti dan berbagai kompetisi sejak remaja. Ia percaya, kualitas musik lahir dari disiplin dan jam terbang. “Main musik itu harus tiap hari. Kalau berhenti lama, rasanya seperti kehilangan sesuatu,” ujarnya.

Kata Adi, jika dibandingkan dengan tahun dulu dengan saat ini grub band bermain musik untuk mencari uang justru lebih mudah, karena saat ini banyak cafe dan restoran yang menyajikan live musik, sehingga membutuhkan grup band dalam mengisi live musik tersebut.

Baca Juga :  Sampah Dimana-mana, Warga Ngaku Pasrah dan Nyaman karena Terbiasa

Adi juga mengaku, tantangan dan kendala dunia musik saat ini semakin besar. Banyaknya grup band baru justru membuat kualitas profesionalisme di panggung mulai tergerus, karena sebagian hanya mengejar jam terbang atau bayaran yang cocok, bukan kualitas penampilan. Padahal, menjadi musisi profesional seharusnya sejalan dengan kemampuan dan tanggung jawab dalam bermusik. Kualitas permainan menentukan nilai, termasuk dari sisi penghargaan dan pembiayaan.

“Sekarang ini siapa pun bisa tampil, asal bayaran cocok, meski hasilnya belum maksimal. Seharusnya ada keseimbangan, kalau ingin tampil dengan harga, maka kualitas juga harus sepadan,” ujarnya tegas. Kini di usia 51 tahun, selain bermusik menjalan usaha di dunia entertainment memiliki usaha rental studio dan sound lighting dan stage termasuk masih tampil di berbagai panggung, ia juga memanfaatkan media sosial TikTok untuk berbagi musik dan menjaga eksistensi.

Baca Juga :  Sektor Barang dan Jasa Jadi Penyumbang PAD Terbesar di Kota Jayapura

“Kalau mengiringi artis besar, tantangannya beda. Ada rasa deg-degan sekaligus bangga. Tapi ketika mereka puas dengan permainan kami, itulah kepuasan tertinggi seorang musisi,” tutur Adi. Perjalanan Adi menjadi musisi profesional ditempuh lewat latihan tanpa henti dan berbagai kompetisi sejak remaja. Ia percaya, kualitas musik lahir dari disiplin dan jam terbang. “Main musik itu harus tiap hari. Kalau berhenti lama, rasanya seperti kehilangan sesuatu,” ujarnya.

Kata Adi, jika dibandingkan dengan tahun dulu dengan saat ini grub band bermain musik untuk mencari uang justru lebih mudah, karena saat ini banyak cafe dan restoran yang menyajikan live musik, sehingga membutuhkan grup band dalam mengisi live musik tersebut.

Baca Juga :  Jangankan Jemaah Indonesia, Jemaah Afghanistan pun Dibantu

Adi juga mengaku, tantangan dan kendala dunia musik saat ini semakin besar. Banyaknya grup band baru justru membuat kualitas profesionalisme di panggung mulai tergerus, karena sebagian hanya mengejar jam terbang atau bayaran yang cocok, bukan kualitas penampilan. Padahal, menjadi musisi profesional seharusnya sejalan dengan kemampuan dan tanggung jawab dalam bermusik. Kualitas permainan menentukan nilai, termasuk dari sisi penghargaan dan pembiayaan.

“Sekarang ini siapa pun bisa tampil, asal bayaran cocok, meski hasilnya belum maksimal. Seharusnya ada keseimbangan, kalau ingin tampil dengan harga, maka kualitas juga harus sepadan,” ujarnya tegas. Kini di usia 51 tahun, selain bermusik menjalan usaha di dunia entertainment memiliki usaha rental studio dan sound lighting dan stage termasuk masih tampil di berbagai panggung, ia juga memanfaatkan media sosial TikTok untuk berbagi musik dan menjaga eksistensi.

Baca Juga :  115 Tahun Kota Jayapuraa, Dari Holandia Sampai Jayapura

Berita Terbaru

Artikel Lainnya