Menurutnya, di setiap tempat layanan itu terdapat pegawai perpustakaan atau pustakawan untuk mendata setiap para pengunjung yang datang. Selain itu peran pustakawan sebagai garda terdepan layanan informasi sangat penting.
Mereka tidak hanya bertugas melayani sirkulasi buku, melainkan juga berperan sebagai fasilitator literasi, pengelola informasi digital, bahkan edukator masyarakat dalam menghadapi arus informasi di era digital.
“Untuk pusatnya ada di Otonom. Untuk masyarakat yang tidak sempat ke perpustakaan untuk membaca dan mencari informasi bisa mengakses melalui perpustakaan digital,” ingatnya.
Tidak hanya dilakukan secara digital, perpustakaan daerah Papua terus rutin menjalankan perpustakaan keliling. Ini dilakukan untuk memberikan akses informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat di daerah terpencil atau belum terjangkau perpustakaan permanen.
Selain itu untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi, menyediakan sarana pendidikan informal, serta menjangkau masyarakat dengan keterbatasan mobilitas untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi.
“Tetap kita jalankan, lancar malah. Beberapa daerah kita lakukan itu. Di kabupaten Jayapura kita mendirikan perpustakaan kampung, kemudian layanan keliling untuk semua sekolah-sekolah terus berjalan,” jelasnya.
Tak bisa dipungkiri, perpustakaan sebagai pusat informasi harus terus bergerak maju. Kehadiran layanan digital seperti e-book dan e-jurnal menjadi jawaban atas kebutuhan generasi muda yang akrab dengan teknologi.
“Literasi tidak lagi sebatas membaca buku fisik di rak, tetapi juga melalui berbagai media daring yang mudah diakses di mana saja dan kapan saja,”pungkasnya. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos