Sunday, April 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Puas Melihat Senyum dan Acungan Jempol, Bungkus Pangsit untuk Dibawa Pulang

Sate Hadori, Bandung dan Bakmi GM, Kesukaan Presiden B.J. Habibie (9)

Presiden Ke-3 RI B.J. Habibie memiliki kuliner favorit sate kambing dan bakmi. Sate Hadori menjadi sate lezat kesukaan BJ Habibie dan Bakmi GM menjadi tempat bersantap favorit Presiden Ketiga RI ini.

AGFI SAGITTIAN & KHAFIDLUL ULUM, Jakarta

WARUNG Sate Hadori terletak di dekat pintu selatan Stasiun Bandung. Dibutuhkan sedikit usaha untuk menemukannya. Namun, semua usaha itu akan terbayar setelah mencicipi sajiannya. Tidak rugi jalan jauh dan nanya kanan-kiri karena sate yang disajikan di warung yang berdiri sejak 1940-an tersebut sangat istimewa. Terutama sate kambingnya.

Jawa Pos mencicipi langsung sate kambing yang tersohor dari warung tersebut pada 8 Maret lalu. Sate Hadori menyajikan enam menu yang bisa dipilih. Sate sinereut, sate kambing polos, sate kambing campur lemak, sate sapi, sate ayam, dan gulai kambing. Sate kambing polos merupakan menu favorit.

Begitu selesai dibakar, sate segera disajikan. Saat itu yang Jawa Pos pilih adalah sate kambing polos. Khusus menu ini, tidak ada campuran lemak dalam daging kambing yang ditusuk, lantas dibakar. Yang lebih penting, tidak ada aroma khas daging kambing. Bagi sebagian orang, aroma semacam itu dianggap mengganggu dan bahkan bisa memadamkan selera makan.

Daging kambingnya sangat empuk. Tidak ada ”perlawanan” saat digigit. Untuk melengkapi sensasi makan sate yang nikmat, Sate Hadori menyediakan dua pilihan bumbu. Yang pertama adalah bumbu kacang. Berikutnya adalah bumbu kecap yang dicampur irisan cabai rawit. Pelanggan bisa memilih bumbu yang mereka sukai. Bahkan, mereka boleh menambah bumbu lagi jika kehabisan di tengah-tengah menyantap sate.

Bila menikmati sate kambing polos dan bumbu kacang sudah membuat Anda senang, bersiaplah terkesima dengan sate sinereut. ”Biasanya, dalam sehari hanya tersedia maksimal 30 tusuk. Jadi, memang sangat limited,” kata Fauzan tentang sate sinereut. Sate dengan rasa ultimate itu, menurut dia, sangat spesial.

LEGENDARIS: Suasana Bakmi GM Pondok Indah Mall, Jakarta. Foto kiri, menu favorit bakmi spesial, mi goreng, pangsit goreng, dan nasi goreng

Sebenarnya dagingnya sama-sama diambilkan dari bagian paha. Namun, khusus untuk sate sinereut, hanya daging paha bagian belakang. Daging pada bagian tersebut adalah yang paling lembut. Dengan demikian, sate yang dihasilkan dari daging yang lembut itu juga sangat empuk dan gurih. Sebab, semua bumbu meresap dengan sempurna.

Fauzan tahu banyak tentang daging. Sebab, lelaki 23 tahun yang menjadi penerus Sate Hadori itu belajar tentang daging kambing sebelum berfokus sebagai pengelola bisnis keluarga tersebut. Sebagai satu di antara total sembilan cucu Hadori yang ikut mengelola Sate Hadori, dia tahu benar kambing seperti apa yang dagingnya pas untuk dijadikan sate.

”Kambing sudah pasti harus kambing muda dan mayoritas yang diambil adalah daging bagian paha,” jelas Fauzan tentang langkah pertama memilih daging berkualitas.

Usia kambing yang paling ideal untuk disembelih adalah sekitar 1 tahun. Atau, maksimal 1,5 tahun. Selain usia kambing, teknik memotong juga berpengaruh pada serat daging. Nanti itu berdampak pula pada tingkat keempukan sate. ”Ada trik sendiri dalam cara membakarnya,” ujar Fauzan.

Ciri khas Sate Hadori yang menjadi daya tarik bagi pelanggan adalah ”aksesori” di dekat meja kasir. Sejak era sang kakek, Fauzan menyatakan bahwa daging-daging kambing digantungkan di area yang selalu dikunjungi pelanggan setelah makan itu. Di area tersebut pula, pegawai memotong daging dan kemudian menyusunnya dalam tusukan. Aktivitas itu menjadi atraksi bagi pelanggan. Sembari menunggu pesanannya jadi, mereka bisa melihat langsung proses membuat sate dari daging yang masih fresh.

Fauzan mengungkapkan, sejak dirinya masih kecil, sang kakek memperkenalkan aktivitas warung kepadanya. Sebab, Sate Hadori memang dimaksudkan menjadi bisnis keluarga. Selain Fauzan, cucu-cucu yang lain juga diperkenalkan pada segala hal tentang sate oleh sang kakek.

”Jadi, meski sekarang berposisi pengelola, saya juga bisa motong daging kambing, nusuk daging kambing, membakar daging, dan sebagainya. Itu semua diajarkan langsung oleh kakek,” paparnya.

Sate Hadori kini berada di tangan generasi ketiga. Namun, teknik memasak dan resep bumbunya masih tetap sama. Karena itulah, cita rasanya bertahan. Demikian juga ketenarannya. Sate Hadori pernah menjadi buah bibir media ketika Habibie berkunjung ke sana. Bahkan, presiden yang juga dikenal sebagai cendekiawan itu menyantap sate di warungnya langsung. Selain Habibie, Presiden Joko Widodo (Widodo) juga pernah bertandang ke Sate Hadori.

”Pak Habibie datang bersama rombongan. Seingat saya, semua menu beliau pesan. Tapi, tetap yang paling diburu sate kambingnya,” ujar Rohman, salah seorang pegawai tertua Sate Hadori. Dia menjadi pegawai di warung sate tersebut sejak 1966. Karena itu, dia bisa bercerita tentang kunjungan Habibie ke warung.

Baca Juga :  Pak Harto Gemar Mi Godok Pedas dan tanpa Acar

Fauzan yang ketika itu masih sangat belia juga ingat tentang lawatan Habibie. Dia menuturkan, ketika itu sang presiden tidak berkomentar banyak tentang sate kambing yang disajikan. Namun, ekspresi Habibie cukup membuat semua pegawai Sate Hadori puas sekaligus lega. ”Beliau tersenyum sambil acungkan jempol,” katanya.

Sate Hadori mempertahankan warung yang kali pertama dibangun kakek Fauzan. Bangunannya berdiri di atas lahan berukuran 16 x 4 meter. Sejak dulu sampai sekarang, warung hanya satu kali direnovasi. Tepatnya pada 2015–2016. ”Selebihnya, kami mempertahankan orisinalitasnya. Selain itu, tidak ada keinginan untuk pindah tempat karena sudah dikenal baik di sini,” terang Fauzan.

Sate Hadori buka setiap hari mulai pukul 10.00 sampai pukul 00.00. Setiap hari mereka mengolah 50–70 kilogram daging kambing. Sebelum pandemi Covid-19, jam buka warung tersebut lebih lama. Bahkan bisa sampai 24 jam. Per hari kira-kira 100 kilogram daging diolah menjadi sate dan gulai. Kini jam operasional maupun berat daging berkurang.

Sementara itu, Bakmi GM juga menjadi tempat bersantap favorit Presiden Ketiga RI Bacharuddin Jusuf (B.J.) Habibie. Menu kesukaannya adalah bakmi special GM dan pangsit goreng. Setelah tidak lagi menjadi kepala negara, Habibie masih sering datang ke restoran cepat saji tersebut untuk menikmati kuliner kesukaannya bersama istri tercinta, Hasri Ainun Besari.

Presiden B.J. Habibie selalu berkunjung ke restoran Bakmi GM di Jalan M.H. Thamrin setiap makan siang. Kala itu dia masih menjabat kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sekira 1974. Habibie datang bersama stafnya dan kadang dengan pejabat lainnya. Jika berada di kantornya, dia selalu melakukan ritual makan siang di restoran Bakmi GM.

Para karyawan restoran itu pun hafal dengan kebiasaan pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, tersebut. Ya, dia selalu datang ketika makan siang. Apakah Habibie tidak bosan? Jawabannya, tidak. Sebab, dia masih selalu datang. Menu favoritnya adalah bakmi special GM dan pangsit goreng. Atau, di waktu lain, kadang dia memesan bakmi goreng dan pangsit goreng. ”Pokoknya pangsit goreng tidak pernah ketinggalan,” kata General Manager Operational Bakmi GM Budi Purnama.

Bahkan, Habibie kadang membungkus pangsit goreng untuk kembali dibawa ke kantor atau pulang ke rumah. Pangsit goreng Bakmi GM memang beda. Jika pangsit goreng pada umumnya kriuk seperti kerupuk atau keripik, pangsit goreng Bakmi GM sangat lembut.

Bakmi special GM juga bercita rasa khas. Campurannya sangat sederhana, mi, potongan ayam, jamur, dan sayur sawi. Walau sederhana, menu itu lezat dan menggoyang lidah. Tidak heran jika Habibie sangat menyukai makanan tersebut.

Setelah naik jabatan menjadi menteri negara riset dan teknologi, Habibie juga masih sering datang. Bahkan, kadang dia datang dengan menteri atau pejabat tinggi lain. Meski menjadi pejabat negara, dia makan seperti pengunjung biasa. Habibie tidak ingin dibeda-bedakan dengan pengunjung lain yang sedang menikmati kuliner di tempat makan tersebut.

Ketika menjabat wakil presiden mendampingi Presiden Soeharto, Habibie juga masih sering datang bersama sejumlah menteri. Tentu tidak sesering ketika menjabat kepala BPPT atau menteri riset dan teknologi. Menu yang dipesan tetap sama, bakmi special GM dan pangsit goreng. Atau, sesekali bakmi goreng dan pangsit goreng. Tidak pernah berpaling ke menu lain.

Saat terpilih menjadi presiden untuk menggantikan Soeharto, Habibie jarang datang langsung makan di restoran Bakmi GM. Menurut Budi, hanya sekali Habibie datang langsung untuk menikmati makanan kesukaannya. Namun, setiap minggu dia selalu pesan bakmi untuk dikirimkan ke rumahnya.

Bakmi GM pun dibuat repot dengan kehadiran Presiden Habibie saat itu. Sebab, Habibie tidak mau makan di tempat khusus. Dia ingin makan di bagian tengah restoran, sama dengan pengunjung lainnya. ”Paspampres mengalami kesulitan. Kami juga ikut kerepotan,” ujar Budi.

Saat itu Habibie datang bersama sang istri tercinta, Hasri Ainun Besari. Sama dengan suaminya, Ainun memesan bakmi special GM. Walau menjadi pusat perhatian, keduanya betul-betul menikmati kuliner tersebut.

Setelah tidak menjabat presiden, Habibie mulai sering lagi datang makan di restoran. ”Paling sering datang di sini dan Bakmi GM Pondok Indah Mall,” terang Budi saat ditemui di restoran Bakmi GM Pondok Indah Mall Jumat (18/3).

Baca Juga :  Agar Program Tepat Sasaran,  Perencanaan di Sekolah Harus Berbasis data

Dia datang bersama Ainun dan keponakannya, Adrie Subono, selepas magrib atau kadang menjelang asar. Setelah Ainun meninggal, Habibie datang ke restoran Bakmi GM bersama Adrie.

Habibie pernah menyampaikan alasannya sangat senang dengan bakmi tersebut kepada manajemen Bakmi GM. ”Menurut beliau, cita rasa Bakmi GM sesuai dengan selera Pak Habibie jika dibandingkan dengan bakmi lain atau makanan lain,” jelas Budi.

Sebelum Habibie, sekitar 1960 Presiden Pertama RI Soekarno juga pernah datang langsung ke Bakmi GM di Jalan Gajah Mada 77, Jakarta Pusat. Menu yang dipesan adalah bakmi ayam biasa. Sebab, saat itu belum ada menu bakmi special GM. Bung Karno –sapaan Soekarno– sering makan di tempat bersama anaknya, Megawati Soekarnoputri, yang akhirnya menjadi presiden ke-5 RI.

Di warung yang cukup sederhana itu, Bung Karno menikmati kuliner Nusantara tersebut. Setelah Bung Karno wafat, Megawati masih sering mengunjungi restoran tersebut. ”Bu Megawati biasanya datang ke Bakmi GM Jalan Sunda karena dekat dengan kediaman beliau,” papar Budi.

Bagaimana dengan Presiden Soeharto? Soeharto pun sering menikmati Bakmi GM. Namun, dia tidak pernah datang langsung ke restoran. Biasanya, para ajudan yang datang mengambil bakmi. Mereka membawa sendiri alat katering untuk mengangkut makanan tersebut. Kuliner itu diambil dari Bakmi GM Jalan Sunda, lalu diantar ke kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Tidak pernah ada karyawan Bakmi GM yang datang ke Cendana karena semua makanan diambil sendiri oleh para ajudan dan staf presiden. Soeharto biasanya pesan untuk jamuan makan bersama keluarga dan kerabatnya.

Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menikmati Bakmi GM. SBY pernah datang langsung ke restoran Bakmi GM dengan pengawalan ketat. Sehari sebelum kedatangannya, pengawal presiden datang dan masuk ke dapur restoran untuk mengecek makanan yang akan disajikan. Ketika hari kedatangan SBY, restoran pun diseterilkan.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo beberapa kali datang langsung ke restoran ketika masih menjabat gubernur DKI Jakarta. Jokowi datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Dia makan seperti pengunjung yang lain. Manajemen restoran pun kaget dengan kedatangan sang gubernur. ”Setelah jadi presiden, Pak Jokowi belum pernah datang langsung. Sebaliknya, Ibu Negara Iriana pernah datang ke restoran Bakmi GM,” ujar Budi.

Selain presiden, sejumlah menteri juga menjadi pelanggan setia Bakmi GM. Salah satunya, Emil Salim, mantan menteri lingkungan hidup yang juga ekonom. Bahkan, Emil sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Sebab, dia pernah sangat berjasa bagi restoran tersebut. Dia ikut menyelesaikan masalah yang dihadapi Bakmi GM.

Peristiwa itu terjadi pada 1980-an. Saat itu Bakmi GM mendapat fitnah dan tudingan menggunakan cara mistis dalam menjalankan usahanya. Setelah dilakukan investigasi, ternyata yang menyebar fitnah itu adalah kompetitor. Emil Salim membela Bakmi GM dan menjelaskan kepada publik bahwa itu hanya fitnah.

Bakmi GM berdiri sejak 1959 di Jalan Gajah Mada Nomor 77. Usaha itu dirintis pasangan suami istri, Tjhai Sioe dan Ibu Loei Kwai Fong. Saat itu keduanya memakai gerobak dalam melayani pelanggannya. Menunya hanya bakmi ayam. Namun, yang datang cukup banyak. Keduanya dibantu 11 anaknya.

Ketika usaha itu semakin berkembang, mereka membuka cabang pertama di Jalan Melawai pada 1971. Keduanya membangun gedung tiga lantai untuk pengembangan bisnis. Lantai pertama digunakan untuk restoran, sedangkan lantai kedua dan ketiga disewakan untuk bisnis. Yaitu, diperuntukkan bridal dan toko elektronik.

Bakmi GM pun semakin terkenal. Selanjutnya, mereka membuka cabang di Jalan M.H. Thamrin dan lokasi lainnya. Menurut Budi, sampai saat ini Bakmi GM sudah memiliki 52 cabang dengan 1.200 karyawan. Cabangnya tersebar di beberapa kota. Mulai Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Bali. ”Yang paling banyak di Jakarta,” tuturnya.

Perusahaan kuliner itu terus menjaga cita rasa makanan yang disajikan. Caranya, menerapkan sistem training yang sentralistis. Semua karyawan belajar dengan satu modul standar. Perusahaan itu juga menerapkan kontrol dan monitoring ketat untuk memastikan produk yang masuk restoran sesuai dengan standar.

Budi menyatakan, pihaknya akan terus mengembangkan usaha kuliner. Karena tren bisnis online semakin berkembang, Bakmi GM bakal berfokus mengembangkan kuliner berbasis teknologi. ”Pengembangan kami ke arah goes kitchen dan delivery,” jelas Budi. (*/c14/hep/dra/JPG)

Sate Hadori, Bandung dan Bakmi GM, Kesukaan Presiden B.J. Habibie (9)

Presiden Ke-3 RI B.J. Habibie memiliki kuliner favorit sate kambing dan bakmi. Sate Hadori menjadi sate lezat kesukaan BJ Habibie dan Bakmi GM menjadi tempat bersantap favorit Presiden Ketiga RI ini.

AGFI SAGITTIAN & KHAFIDLUL ULUM, Jakarta

WARUNG Sate Hadori terletak di dekat pintu selatan Stasiun Bandung. Dibutuhkan sedikit usaha untuk menemukannya. Namun, semua usaha itu akan terbayar setelah mencicipi sajiannya. Tidak rugi jalan jauh dan nanya kanan-kiri karena sate yang disajikan di warung yang berdiri sejak 1940-an tersebut sangat istimewa. Terutama sate kambingnya.

Jawa Pos mencicipi langsung sate kambing yang tersohor dari warung tersebut pada 8 Maret lalu. Sate Hadori menyajikan enam menu yang bisa dipilih. Sate sinereut, sate kambing polos, sate kambing campur lemak, sate sapi, sate ayam, dan gulai kambing. Sate kambing polos merupakan menu favorit.

Begitu selesai dibakar, sate segera disajikan. Saat itu yang Jawa Pos pilih adalah sate kambing polos. Khusus menu ini, tidak ada campuran lemak dalam daging kambing yang ditusuk, lantas dibakar. Yang lebih penting, tidak ada aroma khas daging kambing. Bagi sebagian orang, aroma semacam itu dianggap mengganggu dan bahkan bisa memadamkan selera makan.

Daging kambingnya sangat empuk. Tidak ada ”perlawanan” saat digigit. Untuk melengkapi sensasi makan sate yang nikmat, Sate Hadori menyediakan dua pilihan bumbu. Yang pertama adalah bumbu kacang. Berikutnya adalah bumbu kecap yang dicampur irisan cabai rawit. Pelanggan bisa memilih bumbu yang mereka sukai. Bahkan, mereka boleh menambah bumbu lagi jika kehabisan di tengah-tengah menyantap sate.

Bila menikmati sate kambing polos dan bumbu kacang sudah membuat Anda senang, bersiaplah terkesima dengan sate sinereut. ”Biasanya, dalam sehari hanya tersedia maksimal 30 tusuk. Jadi, memang sangat limited,” kata Fauzan tentang sate sinereut. Sate dengan rasa ultimate itu, menurut dia, sangat spesial.

LEGENDARIS: Suasana Bakmi GM Pondok Indah Mall, Jakarta. Foto kiri, menu favorit bakmi spesial, mi goreng, pangsit goreng, dan nasi goreng

Sebenarnya dagingnya sama-sama diambilkan dari bagian paha. Namun, khusus untuk sate sinereut, hanya daging paha bagian belakang. Daging pada bagian tersebut adalah yang paling lembut. Dengan demikian, sate yang dihasilkan dari daging yang lembut itu juga sangat empuk dan gurih. Sebab, semua bumbu meresap dengan sempurna.

Fauzan tahu banyak tentang daging. Sebab, lelaki 23 tahun yang menjadi penerus Sate Hadori itu belajar tentang daging kambing sebelum berfokus sebagai pengelola bisnis keluarga tersebut. Sebagai satu di antara total sembilan cucu Hadori yang ikut mengelola Sate Hadori, dia tahu benar kambing seperti apa yang dagingnya pas untuk dijadikan sate.

”Kambing sudah pasti harus kambing muda dan mayoritas yang diambil adalah daging bagian paha,” jelas Fauzan tentang langkah pertama memilih daging berkualitas.

Usia kambing yang paling ideal untuk disembelih adalah sekitar 1 tahun. Atau, maksimal 1,5 tahun. Selain usia kambing, teknik memotong juga berpengaruh pada serat daging. Nanti itu berdampak pula pada tingkat keempukan sate. ”Ada trik sendiri dalam cara membakarnya,” ujar Fauzan.

Ciri khas Sate Hadori yang menjadi daya tarik bagi pelanggan adalah ”aksesori” di dekat meja kasir. Sejak era sang kakek, Fauzan menyatakan bahwa daging-daging kambing digantungkan di area yang selalu dikunjungi pelanggan setelah makan itu. Di area tersebut pula, pegawai memotong daging dan kemudian menyusunnya dalam tusukan. Aktivitas itu menjadi atraksi bagi pelanggan. Sembari menunggu pesanannya jadi, mereka bisa melihat langsung proses membuat sate dari daging yang masih fresh.

Fauzan mengungkapkan, sejak dirinya masih kecil, sang kakek memperkenalkan aktivitas warung kepadanya. Sebab, Sate Hadori memang dimaksudkan menjadi bisnis keluarga. Selain Fauzan, cucu-cucu yang lain juga diperkenalkan pada segala hal tentang sate oleh sang kakek.

”Jadi, meski sekarang berposisi pengelola, saya juga bisa motong daging kambing, nusuk daging kambing, membakar daging, dan sebagainya. Itu semua diajarkan langsung oleh kakek,” paparnya.

Sate Hadori kini berada di tangan generasi ketiga. Namun, teknik memasak dan resep bumbunya masih tetap sama. Karena itulah, cita rasanya bertahan. Demikian juga ketenarannya. Sate Hadori pernah menjadi buah bibir media ketika Habibie berkunjung ke sana. Bahkan, presiden yang juga dikenal sebagai cendekiawan itu menyantap sate di warungnya langsung. Selain Habibie, Presiden Joko Widodo (Widodo) juga pernah bertandang ke Sate Hadori.

”Pak Habibie datang bersama rombongan. Seingat saya, semua menu beliau pesan. Tapi, tetap yang paling diburu sate kambingnya,” ujar Rohman, salah seorang pegawai tertua Sate Hadori. Dia menjadi pegawai di warung sate tersebut sejak 1966. Karena itu, dia bisa bercerita tentang kunjungan Habibie ke warung.

Baca Juga :  Gedung Terdiri 9 Lantai, Ada Auditorium dan Tempat Gym di Lantai Atas

Fauzan yang ketika itu masih sangat belia juga ingat tentang lawatan Habibie. Dia menuturkan, ketika itu sang presiden tidak berkomentar banyak tentang sate kambing yang disajikan. Namun, ekspresi Habibie cukup membuat semua pegawai Sate Hadori puas sekaligus lega. ”Beliau tersenyum sambil acungkan jempol,” katanya.

Sate Hadori mempertahankan warung yang kali pertama dibangun kakek Fauzan. Bangunannya berdiri di atas lahan berukuran 16 x 4 meter. Sejak dulu sampai sekarang, warung hanya satu kali direnovasi. Tepatnya pada 2015–2016. ”Selebihnya, kami mempertahankan orisinalitasnya. Selain itu, tidak ada keinginan untuk pindah tempat karena sudah dikenal baik di sini,” terang Fauzan.

Sate Hadori buka setiap hari mulai pukul 10.00 sampai pukul 00.00. Setiap hari mereka mengolah 50–70 kilogram daging kambing. Sebelum pandemi Covid-19, jam buka warung tersebut lebih lama. Bahkan bisa sampai 24 jam. Per hari kira-kira 100 kilogram daging diolah menjadi sate dan gulai. Kini jam operasional maupun berat daging berkurang.

Sementara itu, Bakmi GM juga menjadi tempat bersantap favorit Presiden Ketiga RI Bacharuddin Jusuf (B.J.) Habibie. Menu kesukaannya adalah bakmi special GM dan pangsit goreng. Setelah tidak lagi menjadi kepala negara, Habibie masih sering datang ke restoran cepat saji tersebut untuk menikmati kuliner kesukaannya bersama istri tercinta, Hasri Ainun Besari.

Presiden B.J. Habibie selalu berkunjung ke restoran Bakmi GM di Jalan M.H. Thamrin setiap makan siang. Kala itu dia masih menjabat kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sekira 1974. Habibie datang bersama stafnya dan kadang dengan pejabat lainnya. Jika berada di kantornya, dia selalu melakukan ritual makan siang di restoran Bakmi GM.

Para karyawan restoran itu pun hafal dengan kebiasaan pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, tersebut. Ya, dia selalu datang ketika makan siang. Apakah Habibie tidak bosan? Jawabannya, tidak. Sebab, dia masih selalu datang. Menu favoritnya adalah bakmi special GM dan pangsit goreng. Atau, di waktu lain, kadang dia memesan bakmi goreng dan pangsit goreng. ”Pokoknya pangsit goreng tidak pernah ketinggalan,” kata General Manager Operational Bakmi GM Budi Purnama.

Bahkan, Habibie kadang membungkus pangsit goreng untuk kembali dibawa ke kantor atau pulang ke rumah. Pangsit goreng Bakmi GM memang beda. Jika pangsit goreng pada umumnya kriuk seperti kerupuk atau keripik, pangsit goreng Bakmi GM sangat lembut.

Bakmi special GM juga bercita rasa khas. Campurannya sangat sederhana, mi, potongan ayam, jamur, dan sayur sawi. Walau sederhana, menu itu lezat dan menggoyang lidah. Tidak heran jika Habibie sangat menyukai makanan tersebut.

Setelah naik jabatan menjadi menteri negara riset dan teknologi, Habibie juga masih sering datang. Bahkan, kadang dia datang dengan menteri atau pejabat tinggi lain. Meski menjadi pejabat negara, dia makan seperti pengunjung biasa. Habibie tidak ingin dibeda-bedakan dengan pengunjung lain yang sedang menikmati kuliner di tempat makan tersebut.

Ketika menjabat wakil presiden mendampingi Presiden Soeharto, Habibie juga masih sering datang bersama sejumlah menteri. Tentu tidak sesering ketika menjabat kepala BPPT atau menteri riset dan teknologi. Menu yang dipesan tetap sama, bakmi special GM dan pangsit goreng. Atau, sesekali bakmi goreng dan pangsit goreng. Tidak pernah berpaling ke menu lain.

Saat terpilih menjadi presiden untuk menggantikan Soeharto, Habibie jarang datang langsung makan di restoran Bakmi GM. Menurut Budi, hanya sekali Habibie datang langsung untuk menikmati makanan kesukaannya. Namun, setiap minggu dia selalu pesan bakmi untuk dikirimkan ke rumahnya.

Bakmi GM pun dibuat repot dengan kehadiran Presiden Habibie saat itu. Sebab, Habibie tidak mau makan di tempat khusus. Dia ingin makan di bagian tengah restoran, sama dengan pengunjung lainnya. ”Paspampres mengalami kesulitan. Kami juga ikut kerepotan,” ujar Budi.

Saat itu Habibie datang bersama sang istri tercinta, Hasri Ainun Besari. Sama dengan suaminya, Ainun memesan bakmi special GM. Walau menjadi pusat perhatian, keduanya betul-betul menikmati kuliner tersebut.

Setelah tidak menjabat presiden, Habibie mulai sering lagi datang makan di restoran. ”Paling sering datang di sini dan Bakmi GM Pondok Indah Mall,” terang Budi saat ditemui di restoran Bakmi GM Pondok Indah Mall Jumat (18/3).

Baca Juga :  Jangan Hanya Bangunan yang Megah, Tapi Pelayanan juga Diperhatikan

Dia datang bersama Ainun dan keponakannya, Adrie Subono, selepas magrib atau kadang menjelang asar. Setelah Ainun meninggal, Habibie datang ke restoran Bakmi GM bersama Adrie.

Habibie pernah menyampaikan alasannya sangat senang dengan bakmi tersebut kepada manajemen Bakmi GM. ”Menurut beliau, cita rasa Bakmi GM sesuai dengan selera Pak Habibie jika dibandingkan dengan bakmi lain atau makanan lain,” jelas Budi.

Sebelum Habibie, sekitar 1960 Presiden Pertama RI Soekarno juga pernah datang langsung ke Bakmi GM di Jalan Gajah Mada 77, Jakarta Pusat. Menu yang dipesan adalah bakmi ayam biasa. Sebab, saat itu belum ada menu bakmi special GM. Bung Karno –sapaan Soekarno– sering makan di tempat bersama anaknya, Megawati Soekarnoputri, yang akhirnya menjadi presiden ke-5 RI.

Di warung yang cukup sederhana itu, Bung Karno menikmati kuliner Nusantara tersebut. Setelah Bung Karno wafat, Megawati masih sering mengunjungi restoran tersebut. ”Bu Megawati biasanya datang ke Bakmi GM Jalan Sunda karena dekat dengan kediaman beliau,” papar Budi.

Bagaimana dengan Presiden Soeharto? Soeharto pun sering menikmati Bakmi GM. Namun, dia tidak pernah datang langsung ke restoran. Biasanya, para ajudan yang datang mengambil bakmi. Mereka membawa sendiri alat katering untuk mengangkut makanan tersebut. Kuliner itu diambil dari Bakmi GM Jalan Sunda, lalu diantar ke kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Tidak pernah ada karyawan Bakmi GM yang datang ke Cendana karena semua makanan diambil sendiri oleh para ajudan dan staf presiden. Soeharto biasanya pesan untuk jamuan makan bersama keluarga dan kerabatnya.

Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menikmati Bakmi GM. SBY pernah datang langsung ke restoran Bakmi GM dengan pengawalan ketat. Sehari sebelum kedatangannya, pengawal presiden datang dan masuk ke dapur restoran untuk mengecek makanan yang akan disajikan. Ketika hari kedatangan SBY, restoran pun diseterilkan.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo beberapa kali datang langsung ke restoran ketika masih menjabat gubernur DKI Jakarta. Jokowi datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Dia makan seperti pengunjung yang lain. Manajemen restoran pun kaget dengan kedatangan sang gubernur. ”Setelah jadi presiden, Pak Jokowi belum pernah datang langsung. Sebaliknya, Ibu Negara Iriana pernah datang ke restoran Bakmi GM,” ujar Budi.

Selain presiden, sejumlah menteri juga menjadi pelanggan setia Bakmi GM. Salah satunya, Emil Salim, mantan menteri lingkungan hidup yang juga ekonom. Bahkan, Emil sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Sebab, dia pernah sangat berjasa bagi restoran tersebut. Dia ikut menyelesaikan masalah yang dihadapi Bakmi GM.

Peristiwa itu terjadi pada 1980-an. Saat itu Bakmi GM mendapat fitnah dan tudingan menggunakan cara mistis dalam menjalankan usahanya. Setelah dilakukan investigasi, ternyata yang menyebar fitnah itu adalah kompetitor. Emil Salim membela Bakmi GM dan menjelaskan kepada publik bahwa itu hanya fitnah.

Bakmi GM berdiri sejak 1959 di Jalan Gajah Mada Nomor 77. Usaha itu dirintis pasangan suami istri, Tjhai Sioe dan Ibu Loei Kwai Fong. Saat itu keduanya memakai gerobak dalam melayani pelanggannya. Menunya hanya bakmi ayam. Namun, yang datang cukup banyak. Keduanya dibantu 11 anaknya.

Ketika usaha itu semakin berkembang, mereka membuka cabang pertama di Jalan Melawai pada 1971. Keduanya membangun gedung tiga lantai untuk pengembangan bisnis. Lantai pertama digunakan untuk restoran, sedangkan lantai kedua dan ketiga disewakan untuk bisnis. Yaitu, diperuntukkan bridal dan toko elektronik.

Bakmi GM pun semakin terkenal. Selanjutnya, mereka membuka cabang di Jalan M.H. Thamrin dan lokasi lainnya. Menurut Budi, sampai saat ini Bakmi GM sudah memiliki 52 cabang dengan 1.200 karyawan. Cabangnya tersebar di beberapa kota. Mulai Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Bali. ”Yang paling banyak di Jakarta,” tuturnya.

Perusahaan kuliner itu terus menjaga cita rasa makanan yang disajikan. Caranya, menerapkan sistem training yang sentralistis. Semua karyawan belajar dengan satu modul standar. Perusahaan itu juga menerapkan kontrol dan monitoring ketat untuk memastikan produk yang masuk restoran sesuai dengan standar.

Budi menyatakan, pihaknya akan terus mengembangkan usaha kuliner. Karena tren bisnis online semakin berkembang, Bakmi GM bakal berfokus mengembangkan kuliner berbasis teknologi. ”Pengembangan kami ke arah goes kitchen dan delivery,” jelas Budi. (*/c14/hep/dra/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya