Site icon Cenderawasih Pos

Lagu Selamat Ulang Tahun Diganti Indonesia Raya

Kakek Maurits Rumaropen bersama Lea sang anak dan cucunya saat ditemui di rumahnya, di Kampung Ambroben, Kamis (15/8). (foto: Ismail/Cenderawasih Pos)

Mengunjungi Tete Maurits Rumaropen, Pria Asal Biak yang Ulang Tahunnya Dirayakan Seluruh Warga Indonesia

Laporan : Ismail – Biak Numfor

Nyanyian lagu Indonesia Raya menjadi lagu ulang tahun Maurits Rumaropen. Sangat spesial tentunya mengingat pria ini lahir pada hari kemerdekaan pertama dikumandang, 17 Agustus 1945. Artinya setiap ulang tahunnya pasti ikut dirayakan seluruh warga masyarakat Indonesia.

Sangat jarang tentunya sebab jika ingin mencari orang yang memiliki kelahiran pada 17 Agustus tentu sangat banyak. Biasanya yang lahir pada tanggal dan bulan itu kerap mendapatkan hadiah dari pemerintah  dalam upacara – upacara bendera.

Namun untuk mencari orang yang lahir bersamaan dengan moment proklamasi dibacakan yakni 17 Agustus 1945 tentu sangat sedikit. Malah bisa saja hanya hitungan jari. Tapi siapa sangka di pulau kecil, Kabupaten Biak Provinsi Papua ternyata ada seorang kakek yang memiliki waktu kelahiran persis bertepatan dengan moment 17 Agustus 1945.

Setelah mendengar soal waktu kelahiran Tete Maurits ini, Cenderawasih Pos mencoba mencaritahu tempat tinggalnya dan berhasil menemui dan mengobrol santai dengannya. Tete Maurits sendiri memiliki 8 anak, 32 cucu dan 16 cicit. Ia tinggal di Kampung Ambroben, Kabupaten Biak.

Tete Maurits kini tinggal bersama anaknya bernama Lea dan lebih banyak istirahat di rumah. Ia akan keluar rumah apabila akan melakukan ibadah minggu. Tete Maurits sendiri memiliki karakter tenang dan penyabar. Karakter inilah yang kini menular kepada anak cucunya.

Hanya saja meski berusia 79 tahun namun Tete Maurits nampak masih kuat berjalan. Ini terlihat ketika ia menghampiri anaknya setelah bangun dari duduk. Lea sendiri sehari-hari bekerja mengurus rumah tangga. Saat disambangi ia nampak sedang beberes rumah.

Akan tetapi agak sulit berkomunikasi dengan tete mengingat saat ini dirinya memiliki gangguan  pendengaran meski secara fisik tete terlihat sangat sehat. Saat ditanya terkait apa yang diharapkan dari pemerintah atas hari kelahirannya yang sama dengan hari kemerdekaan Indonesia.

Tete lewat anaknya Lea menyampaikan bahwa ia berharap dengan usia yang semakin senja ini sang kakek atau tete bisa diajak mengikuti upacara bendera di ibukota baru, IKN, Kalimantan Timur.

Namun jika belum mendapat sempatan tersebut, Lea mengungkapkan bahwa tete berharap bisa diberikan kesempatan untuk hadir di upacara HUT RI di Biak, Kampung halamannya sendiri. “Tidak apa – apa, tete tidak memaksa. Dia menerima semua keadaan dan untuk 17 Agustus tahun ini jika ada yang mengundang ke IKN tentu sangat senang tapi jika tidak bisa hadir dalam upacara di Biak saja tete juga senang sekali,” beber Lea saat ditemui, Kamis (15/8).

Tete Maurits Rumaropen sejak dulu termasuk orang tua yang sangat sabar dan juga penuh dengan ketenangan. Inilah, menurut Lea karakter yang selalu dia syukuri. Karena dengan begitu, dalam hati kecil Lea, Tete bisa terus menikmati berkat dari Tuhan dari sisa-sisa nafas penghidupan Tuhan kepada ayahnya itu.

Disini kata Lea meski berusia 79 tahun namun ia bersyukur karena sang ayah tidak terlalu banyak mengeluh. Pasalnya secara kesehatan, sang ayah tidak ada riwayat gula darah, lalu belum ada satupun gigi yang tanggal dan masih bisa berangkat mengikuti ibadah di gereja saat minggu.

“Kami sangat bersyukur hingga saat ini, Tete Maurits hidup sederhana, tidak neko – neko dan tidak suka memaksa anak – anaknya untuk memenuhi kebutuhannya,” beber Lea.  Namun justru hal ini juga yang kadang membuatnya sedih. Pasalnya terkadang Tete Maurits ingin dibelikan sesuatu namun namun tidak dapat dipenuhi olehnya.

Ini dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang pas pasan dan hidup ala kadarnya. “Kadang tete minta sesuatu tapi kami belum bisa penuhi. Saya sedih juga karena memang ekonomi belum baik tapi kami bangga karena tete tidak pernah protes kalau keinginannya tidak terpenuhi.  Tete orangnya sabar sekali,” cerita Lea.

Lalu cerita tentang perjuangan ketika masa kemerdekaan, Lea bercerita bahwa masa transisi kemerdekaan RI dan juga pembebasan Irian Barat kala itu, Tete Maurits Rumaropen pernah menceritakan bahwa ia dulu pernah bersembunyi dari kejaran tentara-tentara asing. Tete Maurits sendiri dulunya bekerja sebagai karyawan di Merpati Air Lines.

Di dalam hutan di Kampung Anjereuw. “Hanya itu yang tete pernah bercerita. Tete dan keluarga berlari menghindari kejaran tentang Belanda dan  mereka masuk ke hutan,” tambahnya. Lea mengaku hidup bersama ayahnya ini banyak diberikan nasehat-nasehat.

Belajar dari pengalaman hidup  tanpa harus mengingat-ingat sesuatu yang membuat  kita sedih apalagi  penuh penyesalan. Sebagai anak yang kini merawat kebutuan Tete Maurits, Lea bangga karena meski sudah sepuh dan kurang  mendengar namun ayahnya adalah orang yang masih aktif berkegiatan di gereja.

Lea sendiri menempelkan penanda kecil di kalender setiap hari ulang tahun ayahnya. “Kami tetap bahagia meski berada di kampung kecil sebab setiap ulang tahun tete selalu ada 283 juta penduduk Indonesia  yang akan merayakan dan menyanyikan selamat ulang tahun,” imbuhnya.

Lea juga pernah diceritakan oleh ayahnya  bahwa angka kelahiran yang bertepatan dengan HUT RI ke 79 bukan semata-mata suatu kebetulan. Tete Maurits mengatakan, setiap senandung lagu yang dinyanyikan dalam upacara ibarat lagu Ulang Tahun yang diberikan untuknya. “Setiap doa yang dipanjatkan juga menjadi harapan untuk dirinya tetep bertahan dan semangat menjalani hidup,” sambung Lea.

“Biasanya keluarga disini kumpul untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya ada yang nyanyikan selamat ulang tahun buat Bapa. Bapa senang, dalam diri bapa itu, lagu Indonesia Raya itu lagunya, semua orang menyanyi buat dia, itu yang bapa tanamkan dari dulu sampai sekarang ini,” ungkap Lea.

Untuk kado ulang tahun yang ke 80 nanti, Lea mengungkapkan bahwa bukan kado yang diperlukan melainkan semua bisa ikut mendoakan kesehatan sang ayah. Sedangkan untuk pemerintah, Lea berharap  bisa ada bantuan membutuhkan suplemen kesehatan dan juga alat bantu dengar yang baru. “Bapa sulit mendengar dan alat bantu dengar yang saat ini dipakai sudah rusak,” bebernya.

“Anak, cucu dan cicit semua berdoa untuk kesehatan bapa. Meski hidup  pas – pasan namun tete memberi banyak motivasi hidup untuk kami di kampung. Semoga lagu Indonesia Raya itu juga menjadi bagian dari doa bahwa ada orang – orang yang punya dedikasi yang masih bertahan dengan keadaan apa adanya,” tutup Lea. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version