Tuesday, September 30, 2025
22.4 C
Jayapura

Ganti Baju di Toilet, Tak Lupa Persepuluhan dan Uang Belanja Orang Tua

Baginya berbicara soal mekanik alat berat bukan hanya sekedar bongkar dan pasang tetapi bagaimana mempelajari banyak hal mulai dari ketekunan, koordinasi, soliditas dan memastikan bahwa semua alat yang ditangani bisa digunakan secara baik. Hingga ke titik ini bukan berarti tanpa sebuah cerita perjuangan, Nehemia mengaku saat masih SMP ia sempat “nyambi” bekerja part time di Mal Jayapura.

“Ketika itu saya jadi sales, menawarkan barang-barang elektronik dan dibayar atau digaji dari apa yang berhasil saya jual. Misal jika terjual Rp 2 juta saya bisa mendapat beberapa puluh ribu di situ, tidak banyak tapi harus saya lakukan karena saya ingin membantu orang tua,” ceritanya. Ia mengkisahkan bahwa ketika dirinya duduk di bangku kelas III SMP, ia sempat ikut bekerja menjadi sales tadi.

Dari rumah ia sudah menyelipkan pakaian ganti. Jadi ketika pulang sekolah jam 12 siang, ia langsung menuju Mal Jayapura untuk bekerja. “Saya ganti pakaian di toilet dan cuci muka lalu bekerja, itu saya lakukan cukup lama dan akhirnya saya mundur karena harus fokus ujian kelulusan,” tambahnya.

Baca Juga :  Kunker ke Biak, Anggota DPD RI Sambangi SMKS 1 Pariwisata

Dan upah terbesar yang pernah didapat adalah ketika berhasil menjual motor mini seharpa Rp 8 juta lebih. “Di situ saya dikasi hampir Rp 100 ribu, saya senang sekali. Saya pulang tapi mampir ke pasar dulu untuk beli sayur lalu bawa pulang dan mama masak, kami pun makan sama-sama,” kenangnya. “Saya juga pernah kasi mama Rp 500 ribu dan mama senang sekali,” tambahnya.

Namun siapa sangka, dengan hasil yang tak seberapa, Nehemia tak lupa menyelipkan sedikit untuk perpuluhan. Malah menurutnya itu yang utama. “Saya tidak bisa tinggalkan itu, kalau saya dapat upah maka pertama saya harus ke gereja mengisi uang perpuluhan (kotak amal jika di masjid) lalu sisanya kasi ke mama. Bagian saya itu nanti. Bagi saya Tuhan yang utama lalu orang tua, sedangkan kekuatan kita manusia itu nomor tiga. Ini yang menjadi prinsip bagi saya,” tegasnya.

Baca Juga :  Sempat Gugup, Akhirnya Bisa Kalahkan Pesaing dari  Sekolah Unggulan di Jakarta 

Sementara Environment Healt Savety Social and Responsibility UT Cabang Jayapura, Yusril Isha Pahala Nur menambahkan bahwa UT School merupakan ruang bagi generasi muda yang memiliki visi ikut membangun negeri. UT School menjadi lab bagi putera puteri bangsa yang siap terjun ke dunia kerja dengan keterampilan yang mumpuni.

“Untuk UT Cabang Jayapura sendiri memprioritaskan potensi putera puteri asli Papua dan persentasenya 70 persen putera puteri asli Papua dan sisanya umum. Saat ini kami mendidik beberapa siswa dan hasilnya sangat memuaskan. Ada penggemblengan membentuk sikap lebih dulu yang dibantu oleh TNI. Jadi kedisiplinannya jangan diragukan,” singkat Yusril. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Baginya berbicara soal mekanik alat berat bukan hanya sekedar bongkar dan pasang tetapi bagaimana mempelajari banyak hal mulai dari ketekunan, koordinasi, soliditas dan memastikan bahwa semua alat yang ditangani bisa digunakan secara baik. Hingga ke titik ini bukan berarti tanpa sebuah cerita perjuangan, Nehemia mengaku saat masih SMP ia sempat “nyambi” bekerja part time di Mal Jayapura.

“Ketika itu saya jadi sales, menawarkan barang-barang elektronik dan dibayar atau digaji dari apa yang berhasil saya jual. Misal jika terjual Rp 2 juta saya bisa mendapat beberapa puluh ribu di situ, tidak banyak tapi harus saya lakukan karena saya ingin membantu orang tua,” ceritanya. Ia mengkisahkan bahwa ketika dirinya duduk di bangku kelas III SMP, ia sempat ikut bekerja menjadi sales tadi.

Dari rumah ia sudah menyelipkan pakaian ganti. Jadi ketika pulang sekolah jam 12 siang, ia langsung menuju Mal Jayapura untuk bekerja. “Saya ganti pakaian di toilet dan cuci muka lalu bekerja, itu saya lakukan cukup lama dan akhirnya saya mundur karena harus fokus ujian kelulusan,” tambahnya.

Baca Juga :  SMP 45 Jayapura Didorong Jadi Role Model Tertib Berlalulintas

Dan upah terbesar yang pernah didapat adalah ketika berhasil menjual motor mini seharpa Rp 8 juta lebih. “Di situ saya dikasi hampir Rp 100 ribu, saya senang sekali. Saya pulang tapi mampir ke pasar dulu untuk beli sayur lalu bawa pulang dan mama masak, kami pun makan sama-sama,” kenangnya. “Saya juga pernah kasi mama Rp 500 ribu dan mama senang sekali,” tambahnya.

Namun siapa sangka, dengan hasil yang tak seberapa, Nehemia tak lupa menyelipkan sedikit untuk perpuluhan. Malah menurutnya itu yang utama. “Saya tidak bisa tinggalkan itu, kalau saya dapat upah maka pertama saya harus ke gereja mengisi uang perpuluhan (kotak amal jika di masjid) lalu sisanya kasi ke mama. Bagian saya itu nanti. Bagi saya Tuhan yang utama lalu orang tua, sedangkan kekuatan kita manusia itu nomor tiga. Ini yang menjadi prinsip bagi saya,” tegasnya.

Baca Juga :  Partisipasi Guru dan Pelajar di Pemilu Menentukan Arah Pembangunan ke Depan

Sementara Environment Healt Savety Social and Responsibility UT Cabang Jayapura, Yusril Isha Pahala Nur menambahkan bahwa UT School merupakan ruang bagi generasi muda yang memiliki visi ikut membangun negeri. UT School menjadi lab bagi putera puteri bangsa yang siap terjun ke dunia kerja dengan keterampilan yang mumpuni.

“Untuk UT Cabang Jayapura sendiri memprioritaskan potensi putera puteri asli Papua dan persentasenya 70 persen putera puteri asli Papua dan sisanya umum. Saat ini kami mendidik beberapa siswa dan hasilnya sangat memuaskan. Ada penggemblengan membentuk sikap lebih dulu yang dibantu oleh TNI. Jadi kedisiplinannya jangan diragukan,” singkat Yusril. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya