Melihat aktivitas anak anak Papua di Rum Fararur Production milik Epo D Fenomeno
Tak selamanya anak-anak Papua berharap pekerjaan kantor atau sebagai pegawai negeri. Rum Fararur Production milik Epo D Fenomeno menjadi bukti, bahwa generasi muda Papua juga mempunyai talenta menjanjikan di bidang industri atau ekonomi kreatif.
Laporan: Elfira_Jayapura
Suara music terdengar dari balik dinding rumah warga, saat Cenderawasih Pos menyambangi Rum Fararur Production milik Epo D Fenomeno, penyanyi Rap Papua yang telah menghasilkan ratusan lagu selama 15 tahun berkarier.
Di tengah kesibukannya, Pria bernama asli Onesias Chelvox Urbinas ini turut mendampingi anak-anak yang sedang berlatih dance yang berlokasi di Kotaraja.
Di ruang kreatif yang diberi nama Rum Fararur Space ini, di dalamnya terdapat Kelas Dance yang diberi nama “Tabolabale”, label musik dan manajemen artist “RF Studio record” komunitas visual “Jayapura Graffiti” dan membuka liga BeatBox diberi nama “Jay Beatbox League” dan liga Rap profesional “Papua Baribut”
Kata Epo, Rum Fararur Production lebih kepada ekonomi kreatif. Membuka ruang ruang kreatif yang bisa menunjang perekononian melalui penjualan jasa keterampilan, sebagai anak muda. Seperti sub sektor musik, production atau studio musik, dance hingga Jayapura Graffiti.
“Saya membuat ruang supaya anak muda di Papua tidak berpikir monoton seakan sebuah pekerjaan sebatas kerja dalam kantor dengan menggunakan seragam. Padahal, dunia ini sudah cukup berkembang, dengan kearifan lokal keterampilan bisa didorong menjadi sebuah industri dan itu menjadi pemasukan dan membuka lapangan pekerjaan,” beber laki-laki yang pernah menyabet Juara 3 Beef Rap Battle Indonesia 2018 di Jakarta.
Dengan mendirikan Rum Fararur Production, Epo ingin membuka mimpi mimpi baru anak Muda Papua. Ketika ekonominya tidak stabil untuk orang tua, namun anak tersebut memiliki keterampilan, maka akan dilatih, dan tergantung anak tersebut dia bisa mengembangkan keterampilan yang dimilikinya atau tidak.
Adapun yang beraktivitas di Rum Fararur Production berjumlah lebih dari 30 orang. Terdiri dari pelajar, mahasiswa, bahkan ada yang putus sekolah hingga lanjut usia. Rum Fararur Production dalam bahasa Biak Numfor berarti ’rumah untuk bekerja’
Yang melatar belakangi Epo mendirikan Rum Fararur Production sejak tahun 2020 lalu lantaran dirinya yang tidak bisa menyelesaikan dunia akademisinya.“Yang melatar belakangi saya mendirikan Rum Fararur Production adalah kegagalan saya menyelesaikan pendidikan. Tapi saya percaya bahwa ilmu bisa kita dapat dari luar,” ucap pria yang pernah menjadi Perwakilan Indonesia dalam Abu TV Song Festival 2020.
Melalui Rum Fararur Production, Epo ingin membuka mimpi mimpi dan kesempatan lapangan kerja bagi anak muda Papua. Termasuk menabrak standar normal bahwa kategori sukses adalah kuliah setelah itu masuk kerja di kantor.
“Anak anak ini kita dorong dari arah yang lain, sehingga ada aspek aspek di Papua yang tidak kosong. Ketika kita tampung mereka di Rum Fararur Production (RFP), saya mendorong mereka bahwa waktu latihan dan waktu berkarya. Namun waktu di akademisi harus diselesaikan, dan bagusnya mereka rata-rata menyelesaikan pendidikan dengan sangat baik dan saya tetap mendampingi,” bebernya.
Epo mengaku sejauh ini tak ada kendala, bahkan orang tua sangat mendukung anak anak mereka yang latihan di tempatnya. Terlebih di Jayapura graffity ada kelas anak anak dan biasanya orang tua yang langsung titipkan anaknya belajar di RFP.
“Bahkan beberapa sekolah di Jayapura memanggil anak anak dari Jayapura Graffity untuk melakukan kolaborasi,” kata Epo.
Lantas mau dibawa kemana RFP kedepan? Epo memaparkan bahwa ia akan melakukan upgrade, jika saat ini sebatas bermodalkan halaman, dimungkinkan ke depan mereka bisa memiliki studio dance, membangun studio music, bukan hanya untuk rekaman. Melainkan studio musik live dan lebih kepada ada satu ruang pertunjukan (pusat kesenian).
Epo mengaku sejauh ini tak ada dukungan dari pemerintah setempat, mereka berdiri secara indenpenden. Namun ia berharap, anak anak ini bisa dilibatkan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Yang bergabung di RFP sendiri dari berbagai kalangan usia, bahkan ada anak usia lima tahun. Selama belajar di sana, mereka tidak dipungut biaya atau kata lainnya gratis. “Harapan saya, anak anak yang lahir dari RFP menjadi seniman profesional. Bekerja dalam seni,” ucapnya.
Kedepan, Epo berencana akan mendatangi Kabupaten Sarmi dan Keerom. Mereka akan memberikan pelatihan yang sama kepada anak anak di dua kabupaten ini. (*/tri)