Ungkapan Warga yang Tinggal di Posko Penampungan Dampak Dari Gempa
Bencana Gempa bumi yang terjadi di Kota Jayapura pada Kamis (9/2) lalu, membuat trauma warga dan kerugian materil juga banyak. Karena itu, dibuat Posko tenda penampungan warga di beberapa titik di Kota Jayapura. Lalu apa harapan warga kepada pemerintah?
Laporan: Priyadi_Jayapura
Selasa (14/2) kemarin, dari pukul 08.00 WIT pagi, anak-anak sudah dikumpulkan di salah satu posko tenda pengungsian dampak gempa bumi di Kota Jayapura. Yah, karena lokasi dekat di jalan raya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini berkunjung ke Kota Jayapura untuk menyerahkan santunan kepada 4 korban meninggal dunia, dampak dari bencana gempa bumi Kamis lalu, dan menemui warga yang berada di posko tenda pengungsian di samping Bank BTN Jayapura, maupun melihat kondisi Kota Jayapura pasca gempa bumi.
Sebelum Menteri Sosial datang, anak-anak sudah diberikan trauma healing untuk tetap senang dan semangat tidak lagi memikirkan dampak gempa. Di salah satu Posko tenda penampungan yang ada di sebelah Bank BTN Jayapura ada sekira 30 anak-anak dikumpulkan untuk diajak bernyanyi, membuat yel-yel untuk menyambut Menteri Sosial, sehingga anak-anak juga tetap semangat dalam menghadapi bencana gempa bumi tidak ada lagi rasa trauma walaupun ada rumah mereka yang rusak akibat gempa bumi, kemudian saat tinggal di pokso tenda penampungan juga tidak mengeluh.
Dari wawancara Cenderawasih Pos dengan dua orang warga yang ada di Posko Tenda Pengungsian samping Bank BTN Jayapura, Karsi dan Maryati mengungkapkan, dampak gempa bumi yang terjadi hari Kamis lalu, membuat mereka trauma dan takut jika ada gempa susulan lagi.
Sebab, rumah pribadi yang mereka tinggal maupun yang ia sewa terdampak karena tembok sudah retak parah, sehingga mereka memutuskan untuk hari Jumatnya sampai saat ini tinggal di posko tenda penampungan.
“Kami sudah tinggal di posko ini empat hari pasca gempa hari Kamis karena dampaknya luar biasa akhirnya warga takut dan memilih tinggal di posko tenda pengungsian,’’kata mereka.
Menurut mereka, selama ada di posko tenda penampungan untuk masalah makan, minum, pelayanan kesehatan tidak ada masalah karena dilayani dengan baik. Bahkan warga juga diberikan Kasur lipat supaya bisa tidur.
Walaupun demikian, mereka juga tidak merasa nyaman, jika pada siang hari karena tenda panas dan jika mau buang air besar tidak bisa di sana hanya menyiapkan tempat untuk mandi, cuci tangan dan kencing untuk buang air besar terpaksa harus cari tempat sendiri.
Menurut Karsi yang sudah tinggal 40 tahun di Papua dan memiliki tempat tinggal di dekat PLTD Yarmok belakang Bank BTN Jayapura, kejadian gempa bumi ini sangat luar biasa dampaknya mengakibatkan tembok rumahnya banyak yang retak dan mengkhawatirkan jika di diami terlebih jika ada gempa susulan.
Untuk itu, ia hanya pasrah dan tinggal di tenda pengungsian, sedangkan suaminya tetap berjaga-jaga di rumah takutnya ada barangnya yang hilang jika tidak dijaga namun tetap dengan waspada dan hati-hati jika ada lagi gempa susulan.
Ia berharap dampak gempa dirinya bisa diberikan bantuan oleh pemerintah dalam bentuk apa saja untuk meringankan beban yang dialami, karena saat ini ia juga belum bisa membangun kembali rumahnya yang rusak dampak dari gempa.
“Memang saat ini kami sudah dapat bantuan bisa tinggal di posko tenda pengungsian dan dibantu makan, namun ini sifatnya memang penanggulangan pasca gempa, tapi kedepannya kami juga berharap ada bantuan dalam bentuk lainnya,’’pintanya.
Hal senada juga dikatakan Maryati, ia masih trauma dan takut adanya gempa pada hari Kamis lalu, apalagi ia memiliki anak kecil jadi ia terpaksa selama 4 hari ini selalu tinggal di posko tenda pengungsian bersama anaknya.
Dengan kondisi tinggal di posko tentu ia tidak nyaman karena berkumpul dengan banyak orang kalau siang pasti panas dan kalau malam yang tinggal di posko pasti banyak, jadi beda dengan ia tinggal di tempat kosnya.
Maryati berharap, gempa sudah tidak ada lagi sehingga rasa trauma juga tidak ada lagi, hal lain yang Maryati harapkan semoga Pemerintah juga memberikan bantuan kepada warga yang kosnya terdampak dengan memberikan sembako dan alat dapur atau rumah tangga, karena dampak dari gempa barang-barang mereka juga ada yang rusak.
Apalagi dengan kondisi ekonomi yang sulit, jika membeli perabot rumah tangga lagi tentu akan menambah beban pengeluaran lagi.
“Kami berharap pemerintah bisa bantu kami entah itu sembako atau alat masak kita yang rusak terdampak gempa,’’pintanya.
Menurut Maryati, jika masih ada gempa susulan tentu sangat menghawatirkan karena tidak tahu kapan bisa terjadi, ia berharap gempa sudah tidak ada lagi, karena anak-anak jika sering tinggal di tenda pengungsian juga kasian mereka tidak bisa nyaman seperti tinggal di rumah sendiri.
Hal senada juga dikatakan Eko warga yang ikut tinggal di tenda pengungsian, ia berharap gempa sudah tidak ada lagi, supaya warga bisa tinggal kembali di rumah atau tempat sewanya dengan nyaman.
Sebab, jika terlalu lama tinggal di tenda pengungsian tentu kasihan beda tinggal di rumah sendiri karena mau apa saja pasti bebas beda di tenda pengungsian termasuk saat makan juga. Namun ia tetap bersyukur karena Pemkot telah cepat membangun tenda penampungan warga yang mengungsi akibat gempa, jika tidak tentu warga malah lebih sedih lagi mau tinggal dimana.
Diakui, untuk tinggal di tenda pengungsian biasanya ia lakukan hanya pada malam hari karena pada pagi dan siang hari ia kerja dan malam hari karena masih takut jika terjadi gempa susulan maka ia lebih memilih tinggal di dalam tenda pengungsian bersama warga dikompleknya.
Menurutnya, jika memang dirasa gempa susulan sudah tidak ada atau masa tanggap darurat sudah dicabut ia tentu kembali tinggal di rumahnya, karena bagaimanampun lebih nyaman jika tinggal di rumah sendiri atau rumah sewa segala aktivitas tidak bisa dilihat beda dengan tinggal di tenda pengungsian.(*/tri)