Wednesday, April 30, 2025
24.7 C
Jayapura

Berkumpul dan Bercerita Tentang Kegelisahan, Tantangan, Perjuangan dan Hidup

Jelasnya, setiap cerita yang diangkat oleh narasumber dapat membawa inspirasi tersendiri, misalnya kisah Deli Lusyana Watak yang bekerja sebagai seorang pengacara sebelum akhirnya menjabat sebagai Ketua Komisi D Kota Jayapura menghadapi banyak tantangan terlebih ketika berkecimpung memberikan perhatian pada masalah perempuan dan anak.

Ia juga berkecimpung dalam sebuah yayasan yakni Noken Peduli Papua yang setiap bulannya memiliki agenda menyambangi orang-orang yang kurang beruntung dan memberikan bantuan.

“Kegiatan ini sangat menarik karena sebagai sesama perempuan sepatutnya saling mensuport sebab banyak perempuan di luar sana yang merasa tidak berdaya karena beberapa hal semisal kondisi ekonomi atau yang dengan keterbatasan yang lain,” jelas Adelia usai kegiatan.

Iapun berharap kegiatan diskusi ini bisa dilakukan secara rutin agar perempuan dimanapun bisa merasakan bahwa mereka tak sendiri.

Baca Juga :  Tidak Mengurangi Nilai Adat dan Budaya Masyarakat Lapago

“Tidak semua perempuan punya cerita yang baik, selama ini dari  pengalaman saya banyak cerita yang tidak bagus itu di perempuan. Posisi menjadi single parent, single mother yang mengharuskan ia mencari uang. Ini harus memiliki teman cerita yang positif agar tidak patah semangat,” tambahnya.

Ia berpendapat bahwa perempuan harus memiliki semangat dan daya juang tinggi untuk membutikan bahwa mereka tak lemah. 

“Saya  lahir dari keluarga yang tegas dimana kami dituntut untuk bisa hidup di atas kaki sendiri meski secara finansial orang tua saya mampu. Ini akhirnya bisa saya buktikan,” tutupnya.

Begitupula kisah menarik yang disampaikan oleh Pretty Syull Rogi, bagaimana ia berjuang melakukan penelitian gender di Kota Wamena hingga menghasilkan karya buku. Lain lagi kisah Lusy Sampary Umbora dan Rina Djafar, sebagai seorang Single Parents yang sering dipandang sebelah mata namun tetap konsisten, tekun dan terus berjuang dalam profesi yang digeluti.

Baca Juga :  Sekali Jalan Keliling Rp  8 Juta, Ada Sejumlah Spot Menarik untuk Dikunjungi

Nunung Kusmiaty yang bekerja sebagai jurnalis tiga jaman, membagikan kisah bagaimana ia tetap eksis menghadapi tantangan perubahan teknologi. Ia memulai karir sebagai wartawan jaman menulis masih menggunakan mesin tik, kemudian beralih menggunakan Pc/ laptop dan saat ini masih terus menulis di era media sosial. “Dulu tugas wartawan tidak semuda seperti saat ini yang banyak didukung teknologi. Dulu susah sekali dan belum ada Hp,” tambahnya.

Jelasnya, setiap cerita yang diangkat oleh narasumber dapat membawa inspirasi tersendiri, misalnya kisah Deli Lusyana Watak yang bekerja sebagai seorang pengacara sebelum akhirnya menjabat sebagai Ketua Komisi D Kota Jayapura menghadapi banyak tantangan terlebih ketika berkecimpung memberikan perhatian pada masalah perempuan dan anak.

Ia juga berkecimpung dalam sebuah yayasan yakni Noken Peduli Papua yang setiap bulannya memiliki agenda menyambangi orang-orang yang kurang beruntung dan memberikan bantuan.

“Kegiatan ini sangat menarik karena sebagai sesama perempuan sepatutnya saling mensuport sebab banyak perempuan di luar sana yang merasa tidak berdaya karena beberapa hal semisal kondisi ekonomi atau yang dengan keterbatasan yang lain,” jelas Adelia usai kegiatan.

Iapun berharap kegiatan diskusi ini bisa dilakukan secara rutin agar perempuan dimanapun bisa merasakan bahwa mereka tak sendiri.

Baca Juga :  Perlu Strategi Lebih Tangani Ganja, Sosialisasi Lewat Gereja Dianggap Efektif

“Tidak semua perempuan punya cerita yang baik, selama ini dari  pengalaman saya banyak cerita yang tidak bagus itu di perempuan. Posisi menjadi single parent, single mother yang mengharuskan ia mencari uang. Ini harus memiliki teman cerita yang positif agar tidak patah semangat,” tambahnya.

Ia berpendapat bahwa perempuan harus memiliki semangat dan daya juang tinggi untuk membutikan bahwa mereka tak lemah. 

“Saya  lahir dari keluarga yang tegas dimana kami dituntut untuk bisa hidup di atas kaki sendiri meski secara finansial orang tua saya mampu. Ini akhirnya bisa saya buktikan,” tutupnya.

Begitupula kisah menarik yang disampaikan oleh Pretty Syull Rogi, bagaimana ia berjuang melakukan penelitian gender di Kota Wamena hingga menghasilkan karya buku. Lain lagi kisah Lusy Sampary Umbora dan Rina Djafar, sebagai seorang Single Parents yang sering dipandang sebelah mata namun tetap konsisten, tekun dan terus berjuang dalam profesi yang digeluti.

Baca Juga :  Celaka Akibat Fasum Rusak, Masyarakat Bisa Tuntut Pemerintah

Nunung Kusmiaty yang bekerja sebagai jurnalis tiga jaman, membagikan kisah bagaimana ia tetap eksis menghadapi tantangan perubahan teknologi. Ia memulai karir sebagai wartawan jaman menulis masih menggunakan mesin tik, kemudian beralih menggunakan Pc/ laptop dan saat ini masih terus menulis di era media sosial. “Dulu tugas wartawan tidak semuda seperti saat ini yang banyak didukung teknologi. Dulu susah sekali dan belum ada Hp,” tambahnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya