Sunday, November 24, 2024
24.7 C
Jayapura

Ada Posko Ternak, Pakan, dan Belasan Dokter Hewan yang Siap Memeriksa

Menempuh Risiko demi Bebek, Ayam, dan Kambing

Warga rela menempuh jalan memutar untuk menghindari petugas agar bisa memberi makan ternak mereka. Sudah puluhan kambing dan sapi yang berhasil dievakuasi petugas, tapi yang menjadi korban awan panas dan abu vulkanis Semeru juga tak kalah banyak.

AZAMI RAMADHAN, Lumajang

UNTUK bisa kembali ke rumahnya, pria itu harus memilih jalan memutar lewat dusun sebelah. Semata agar bisa melewati halangan petugas. Semua dilakukan demi bebek dan ayam peliharaannya.

”Bade ningali bebek kalian pitik kulo. Nyukani pakan. (Mau lihat kondisi ayam dan bebek saya. Mau kasih makan, Red),” kata Pak Min, pria tersebut, ketika diboncengkan anggota Kodim 0821 Lumajang Serka Pribawono dan beriringan dengan Jawa Pos.

Rumah Pak Min berada di Dusun Kampung Renteng. Dusun di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu termasuk yang terparah terkena dampak erupsi Semeru. Nyaris terkubur pasir dan abu vulkanis. Ada ancaman terperosok. Juga semburan awan panas guguran lanjutan. Karena itu, warga dilarang memasukinya.

Namun, demi bebek, ayam, dan kambing mereka, sebagian warga yang tengah berada di posko pengungsian pun rela menempuh bahaya itu. ”Bapak ini tadi sedang lihat ternak katanya pas saya melihatnya. Langsung saya ajak untuk meninggalkan tempat,” ujar Serka Pribawono sembari memboncengkan Pak Min.

Sama dengan Pak Min, Pribawono masuk ke Kampung Renteng melalui akses Kebondeli. Dia memang bertugas melakukan pencarian dan menyisir warga yang tengah masuk ke wilayah berbahaya. ”Kan warga nggak tahu mana pijakan yang aman. Soalnya, kalau salah, bisa keblowok (terperosok). Padahal, dalamnya panas,” jelasnya.

Baca Juga :  Yang Belum Bisa Tertangani, Diusulkan Untuk Dibantu Pemerintah Pusat

Pribawono menyatakan menghalau banyak warga yang nekat masuk ke Dusun Kampung Renteng. Termasuk dua warga seperti Pak Min yang berniat memberi makan ayam dan bebek mereka.

Sejumlah warga yang ditemui Jawa Pos di beberapa posko pengungsian memang rata-rata mengkhawatirkan kondisi ternak mereka. Saat mereka mengungsi pada Sabtu (4/12) sore, kondisi serbapanik. Jadi, yang terpikirkan adalah menyelamatkan diri dulu. Tak sempat membawa serta ternak mereka.

Sanima, warga Kampung Renteng lainnya, juga masih rutin memberi makan 14 ekor kambing yang berhasil diselamatkan. Kambing-kambing itu ditempatkannya di tempat yang aman: di perbatasan antara Dusun Kampung Renteng dan Dusun Kebonagung.

”Saya punya empat. Sisanya ini milik tetangga. Orangnya nggak ada (belum ditemukan),” ucapnya lirih.

Pasir, kebun, dan hewan ternak adalah dunia kecil warga Dusun Kampung Renteng dan telatah lain di sekitar lereng Semeru. Karena itu, meski badan mereka di posko pengungsian, pikiran mereka tetap saja di dusun mereka memikirkan nasib ternak.

Agar warga secara psikis tak khawatir, Dinas Pertanian Lumajang pun membentuk posko hewan dan posko pangan ternak. Selain di Dusun Krajan, Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, posko itu didirikan di Dusun Kebonagung, Desa Sumberwuluh, di kecamatan yang sama.

Baca Juga :  Lagu Selamat Ulang Tahun Diganti Indonesia Raya

Disiapkan pula belasan dokter hewan untuk mengecek kondisi hewan ternak milik warga yang berada di posko hewan. ”Di posko Dusun Kebonagung, ada 25 kambing dan 17 sapi. Di kandang warga juga ada dan tetap kami pantau,” jelas drh Yusuf Riska dari Dinas Pertanian Lumajang.

Pihaknya juga melakukan evakuasi dan perawatan hewan ternak. Pada Minggu (5/12), misalnya, 72 ekor sapi dan 8 ekor kambing berhasil dievakuasi ke posko Dusun Krajan, Desa Sumber Mujur.

”Dari jumlah kambing itu, mayoritas sehat. Tapi, ada yang luka bakar juga. Ada pula yang kaki depannya patah,” ungkap Farid Firman, inseminator dari Dinas Pertanian Lumajang.

Meski telah menyelamatkan puluhan ekor kambing, Firman juga sempat menyaksikan ratusan bangkai ternak milik warga. Baik yang tewas karena terkena awan panas maupun terkubur debu vulkanis.

Sebagaimana untuk para pemiliknya, bantuan untuk para ternak yang tengah mengungsi itu terus mengalir. Ada sekitar 48 ton pakan ternak yang terdiri atas pakan hijau-hijauan, konsentrat, silase, dan obat-obatan.

”Besok (hari ini) ada dokter lagi yang datang. Rencananya, kami cek satu per satu hewan ternak warga yang masih berada di kandang warga biar pemiliknya tenang,” papar Yusuf. (*/c14/ttg/JPG)

Menempuh Risiko demi Bebek, Ayam, dan Kambing

Warga rela menempuh jalan memutar untuk menghindari petugas agar bisa memberi makan ternak mereka. Sudah puluhan kambing dan sapi yang berhasil dievakuasi petugas, tapi yang menjadi korban awan panas dan abu vulkanis Semeru juga tak kalah banyak.

AZAMI RAMADHAN, Lumajang

UNTUK bisa kembali ke rumahnya, pria itu harus memilih jalan memutar lewat dusun sebelah. Semata agar bisa melewati halangan petugas. Semua dilakukan demi bebek dan ayam peliharaannya.

”Bade ningali bebek kalian pitik kulo. Nyukani pakan. (Mau lihat kondisi ayam dan bebek saya. Mau kasih makan, Red),” kata Pak Min, pria tersebut, ketika diboncengkan anggota Kodim 0821 Lumajang Serka Pribawono dan beriringan dengan Jawa Pos.

Rumah Pak Min berada di Dusun Kampung Renteng. Dusun di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu termasuk yang terparah terkena dampak erupsi Semeru. Nyaris terkubur pasir dan abu vulkanis. Ada ancaman terperosok. Juga semburan awan panas guguran lanjutan. Karena itu, warga dilarang memasukinya.

Namun, demi bebek, ayam, dan kambing mereka, sebagian warga yang tengah berada di posko pengungsian pun rela menempuh bahaya itu. ”Bapak ini tadi sedang lihat ternak katanya pas saya melihatnya. Langsung saya ajak untuk meninggalkan tempat,” ujar Serka Pribawono sembari memboncengkan Pak Min.

Sama dengan Pak Min, Pribawono masuk ke Kampung Renteng melalui akses Kebondeli. Dia memang bertugas melakukan pencarian dan menyisir warga yang tengah masuk ke wilayah berbahaya. ”Kan warga nggak tahu mana pijakan yang aman. Soalnya, kalau salah, bisa keblowok (terperosok). Padahal, dalamnya panas,” jelasnya.

Baca Juga :  Terbitkan 1.042 Sertifikat HaKI, Pendaftaran HaKI Untuk OAP Gratis

Pribawono menyatakan menghalau banyak warga yang nekat masuk ke Dusun Kampung Renteng. Termasuk dua warga seperti Pak Min yang berniat memberi makan ayam dan bebek mereka.

Sejumlah warga yang ditemui Jawa Pos di beberapa posko pengungsian memang rata-rata mengkhawatirkan kondisi ternak mereka. Saat mereka mengungsi pada Sabtu (4/12) sore, kondisi serbapanik. Jadi, yang terpikirkan adalah menyelamatkan diri dulu. Tak sempat membawa serta ternak mereka.

Sanima, warga Kampung Renteng lainnya, juga masih rutin memberi makan 14 ekor kambing yang berhasil diselamatkan. Kambing-kambing itu ditempatkannya di tempat yang aman: di perbatasan antara Dusun Kampung Renteng dan Dusun Kebonagung.

”Saya punya empat. Sisanya ini milik tetangga. Orangnya nggak ada (belum ditemukan),” ucapnya lirih.

Pasir, kebun, dan hewan ternak adalah dunia kecil warga Dusun Kampung Renteng dan telatah lain di sekitar lereng Semeru. Karena itu, meski badan mereka di posko pengungsian, pikiran mereka tetap saja di dusun mereka memikirkan nasib ternak.

Agar warga secara psikis tak khawatir, Dinas Pertanian Lumajang pun membentuk posko hewan dan posko pangan ternak. Selain di Dusun Krajan, Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, posko itu didirikan di Dusun Kebonagung, Desa Sumberwuluh, di kecamatan yang sama.

Baca Juga :  Belajar Secara Otodidak, Berharap Ruang Berekspresi Diperbanyak

Disiapkan pula belasan dokter hewan untuk mengecek kondisi hewan ternak milik warga yang berada di posko hewan. ”Di posko Dusun Kebonagung, ada 25 kambing dan 17 sapi. Di kandang warga juga ada dan tetap kami pantau,” jelas drh Yusuf Riska dari Dinas Pertanian Lumajang.

Pihaknya juga melakukan evakuasi dan perawatan hewan ternak. Pada Minggu (5/12), misalnya, 72 ekor sapi dan 8 ekor kambing berhasil dievakuasi ke posko Dusun Krajan, Desa Sumber Mujur.

”Dari jumlah kambing itu, mayoritas sehat. Tapi, ada yang luka bakar juga. Ada pula yang kaki depannya patah,” ungkap Farid Firman, inseminator dari Dinas Pertanian Lumajang.

Meski telah menyelamatkan puluhan ekor kambing, Firman juga sempat menyaksikan ratusan bangkai ternak milik warga. Baik yang tewas karena terkena awan panas maupun terkubur debu vulkanis.

Sebagaimana untuk para pemiliknya, bantuan untuk para ternak yang tengah mengungsi itu terus mengalir. Ada sekitar 48 ton pakan ternak yang terdiri atas pakan hijau-hijauan, konsentrat, silase, dan obat-obatan.

”Besok (hari ini) ada dokter lagi yang datang. Rencananya, kami cek satu per satu hewan ternak warga yang masih berada di kandang warga biar pemiliknya tenang,” papar Yusuf. (*/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya