Wednesday, November 19, 2025
25.8 C
Jayapura

Koridor Sempit dan Titik Gelap Ciptakan “ruang peluang” Kejahatan

Tak lupa aparat kepolisian atau pemerintah juga membangun kolaborasi yang sehat dengan admin grup warga. Jika ini ditopang panduan etika berbagi informasi termasuk mencegah normalisasi ujaran kebencian serta ajakan kekerasan maka perlahan-lahan publik akan memahami mana informasi yang valid atau real dan maka yang hoax atau fake.

Dengan mengikat tiga lapis intervensi yakni rekayasa ruang kota, penguatan ekonomi-sosial, dan higienitas informasi—Jayapura tentunya bisa menekan peluang curas sekaligus memulihkan ekosistem kepercayaan publik karena merasa aman di jalan dan tenang di gawai.

Melyana mencatat bahwa keamanan Jayapura tidak bisa dipulihkan hanya dengan razia dan patroli, karena akar persoalannya ada pada lintas-sektor. “Dengan lensa ‘keamanan manusia’ ala Barry Buzan, adanya begal atau curas mencerminkan gejala dari tata kelola yang belum inklusif, peluang ekonomi pemuda yang sempit, desain ruang kota yang memberi celah kejahatan, serta ekosistem informasi yang rawan disinformasi,” imbuhnya.

Baca Juga :  Tangani Perkara Pidana Pilkada, PN Jayapura Siapkan Tiga Majelis  Hakim

Jadi ia menyarankan untuk jalan keluarnya diterapkan harus simultan. Mulai dari pemerintahan yang transparan dan berbasis data, penguatan ekonomi malam yang aman dan berizin, rekayasa lingkungan mulai yakni penerangan, CCTV, jalur pulang aman, community policing yang memulihkan kepercayaan, serta layanan pemulihan korban yang manusiawi.

Lalu disaat yang sama, patroli informasi menjadi kunci untuk memutus kepanikan dan hoaks WhatsApp yang memperluas rasa takut melebihi risiko faktual. Pemerintah kota, kepolisian, dan komunitas perlu menyajikan kanal resmi cepat, klarifikasi berbasis data, serta literasi digital yang praktis di tingkat RT/kelurahan, kampus, dan kelompok pemuda.

“Kombinasi inisiatif ruang, ekonomi, sosial, dan informasi inilah yang akan mengerem peluang terjadinya tindak kriminal di jalanan sembari menumbuhkan kembali rasa aman dimana martabat warga dilindungi dan kepercayaan publik bisa menjadi fondasi kehidupan kota setelah senja,” tutup Melyana. (*)

Baca Juga :  Apresiasi Media,  Ajak Wartawan Kunjungi TSO dan Spot-spot Menarik

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Tak lupa aparat kepolisian atau pemerintah juga membangun kolaborasi yang sehat dengan admin grup warga. Jika ini ditopang panduan etika berbagi informasi termasuk mencegah normalisasi ujaran kebencian serta ajakan kekerasan maka perlahan-lahan publik akan memahami mana informasi yang valid atau real dan maka yang hoax atau fake.

Dengan mengikat tiga lapis intervensi yakni rekayasa ruang kota, penguatan ekonomi-sosial, dan higienitas informasi—Jayapura tentunya bisa menekan peluang curas sekaligus memulihkan ekosistem kepercayaan publik karena merasa aman di jalan dan tenang di gawai.

Melyana mencatat bahwa keamanan Jayapura tidak bisa dipulihkan hanya dengan razia dan patroli, karena akar persoalannya ada pada lintas-sektor. “Dengan lensa ‘keamanan manusia’ ala Barry Buzan, adanya begal atau curas mencerminkan gejala dari tata kelola yang belum inklusif, peluang ekonomi pemuda yang sempit, desain ruang kota yang memberi celah kejahatan, serta ekosistem informasi yang rawan disinformasi,” imbuhnya.

Baca Juga :  Fungsi UPTD Samsat Dioptimalkan Untuk dapat Mendongkrak Pendapatan Pajak

Jadi ia menyarankan untuk jalan keluarnya diterapkan harus simultan. Mulai dari pemerintahan yang transparan dan berbasis data, penguatan ekonomi malam yang aman dan berizin, rekayasa lingkungan mulai yakni penerangan, CCTV, jalur pulang aman, community policing yang memulihkan kepercayaan, serta layanan pemulihan korban yang manusiawi.

Lalu disaat yang sama, patroli informasi menjadi kunci untuk memutus kepanikan dan hoaks WhatsApp yang memperluas rasa takut melebihi risiko faktual. Pemerintah kota, kepolisian, dan komunitas perlu menyajikan kanal resmi cepat, klarifikasi berbasis data, serta literasi digital yang praktis di tingkat RT/kelurahan, kampus, dan kelompok pemuda.

“Kombinasi inisiatif ruang, ekonomi, sosial, dan informasi inilah yang akan mengerem peluang terjadinya tindak kriminal di jalanan sembari menumbuhkan kembali rasa aman dimana martabat warga dilindungi dan kepercayaan publik bisa menjadi fondasi kehidupan kota setelah senja,” tutup Melyana. (*)

Baca Juga :  Tidak Hanya Makan Ikan Gratis, Sejumlah Lomba Tradisional Juga Digelar

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya