Jens Raven, Bintang Indonesia U-19 yang Telah Kantongi Lisensi Kepelatihan
Masa depan Jens Raven di sepak bola dirancang sejak dini. Di usia masih 19 tahun, dia punya UEFA B Licence sejak akhir Juni lalu.
FARID S. MAULANA, Surabaya
DARAH sepak bola memang mengalir dalam diri Jens Raven sejak dilahirkan pada 12 Oktober 2005 di Belanda. Ayahnya, Bjorn Raven, mantan pesepak bola profesional.
Sejumlah klub di Belanda pernah dibela pria yang dulu bermain di posisi bek tersebut. Di antaranya, PSV Eindhoven, FC Zwolle, VV Katwijk, Dordrecht, SVV Scheveningen, dan Excelsior Maassluis.
Bjorn mengawali karier profesional di PSV U-19. Dia juga tercatat pernah membela Belanda U-15. “Ya sejak kecil, aku selalu berlatih dengan ayahku,’’ tutur Raven seusai mengantarkan Indonesia U-19 menjuarai Piala ASEAN U-19 pada Minggu (30/7) malam di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Meskipun sang ayah berposisi sebagai bek, sejak kecil Raven mengaku suka posisi striker. ’’Dia banyak memberikan feedback dan pengalamannya. Saya bangga dengan itu,’’ ujar pemain naturalisasi tersebut.
Tapi, sang ayah diakuinya tipe pelatih keras. Bjorn dulunya tipikal pesepak bola yang sangat disiplin.
Raven pun mengaku sangat sering diomeli, bahkan terkena ’’hairdryer treatment’’ jika permainan atau cara latihannya tidak sesuai dengan keinginan sang ayah.
’’Saya sering berdiskusi, beberapa tahun terakhir sangat intens. Saya bertekad lebih baik darinya di masa depan,’’ paparnya.
Menurut pemain yang dinaturalisasi pada 27 Juni lalu itu, sang ayah juga sangat disiplin di luar sepak bola. Itulah alasan kenapa dirinya bisa dikatakan ’’good boy’’ di keluarga.
’’Saya lebih memilih mengembangkan talenta yang ada dibandingkan melakukan hal-hal seperti itu (negatif). Ayah saya selalu membimbing,’’ bebernya.
Pengalaman sepak bola sang ayah juga yang membuatnya lantas menyadari untuk ’’meningkatkan ilmu’’-nya di sepak bola. Tidak cukup hanya berlatih mandiri dan bersama klubnya saat ini, Dordrecht, Raven pun mengambil lisensi kepelatihan di usia muda.
Mulai Junior Licence, UEFA C Licence, hingga akhir Juni lalu, UEFA B Licence. Dia menganggap ilmu yang didapatnya di kursus kepelatihan sangat berguna dalam memahami taktikal yang diinginkan pelatih di lapangan.
Selain itu, dia sudah sadar karier seorang pesepak bola tidak panjang. Mungkin hanya berhenti di usia 35 tahun ke atas. Karena itu, dia sudah mempersiapkan masa depan di saat karier sepak bolanya baru dimulai.
Penyerang yang mengidolakan Lionel Messi itu menyebut lisensi kepelatihan adalah wujud kecintaannya terhadap sepak bola. ’’Saya hobi dengan sepak bola. Saya juga melatih beberapa anak di Belanda,’’ terangnya.
Tentang raihannya bersama Indonesia U-19, dia mengaku bangga bisa memberikan prestasi di turnamen pertamanya sejak berpaspor Indonesia bulan lalu. ’’Saya bangga dengan negara ini. Nenek saya dari Jogjakarta, darah Indonesia saya dari situ. Semua berlangsung cepat, tapi saya bahagia bisa bersama Indonesia sekarang,’’ ungkapnya. (*/c7/ttg)