Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

Terparah Sejak Tahun 2012

BANJIR PARAH: Tampak kondisi genangan air di Pasar Youtefa, Sabtu (23/2). Banjir yang melanda Pasar Youtefa, akhir pekan kemarin merupakan yang terparah sejak  banjir tahun 2012.  (FOTO : Gamel/Cenderawasih Pos)

Genangan Air di Pasar Youtefa Capai 2 Meter

JAYAPURA-Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya sejak Jumat (22/2) malam hingga Sabtu (23/2) dini hari menimbulkan fenomena banjir yang tak biasa. 

Beberapa lokasi yang dulu tak pernah tersentuh banjir kini harus tergenang. Bahkan bisa dibilang dari lima distrik di Kota Jayapura, tiga distrik di antaranya yakni Distrik Heram, Distrik Abepura dan Jayapura Selatan mendapatkan imbas banjir. 

Banjir juga menimbulkan sejumlah kerusakan infrastruktur karena ada talud yang  jebol termasuk jalan di depan CV Thomas Entrop juga harus terkelupas.

Banjir parah juga terjadi di Pasar Youtefa yang selama ini menjadi langganan banjir dan banjir yang terjadi akhir pekan kemarin merupakan banjir terparah pasca banjir tahun 2012 lalu. 

Eron salah seorang petugas Pasar Youtefa kepada Cenderawasih Pos mengakui bahwa banjir yang terjadi di Pasar Youtefa kali ini merupakan yang terparah pasca banjir tahun 2012. Dimana sebanyak 200 lebih unit kios terendam banjir setinggi 2 meter.

“Ini banjir tertinggi setelah tahun 2012 silam, biasanya Pasar Youtefa memang banjir namun tidak separah saat ini,” tuturnya.

Eron menyebutkan hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (22/2) malam hingga Sabtu (23/2) dini hari  dan diperparah dengan pasangnya air laut, mengakibatkan banjir parah di Pasar Youtefa. 

“Banjir yang terjadi bertepatan dengan air laut yang pasang sehingga genangan air cukup tinggi. Akibatnya pasar ikan dan PKL tergenang,” tambahnya. 

 Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Kota Jayapura, Ir. Ketty Kailola juga mengaku heran dengan banjir kali ini. Meski tak ada korban jiwa namun banyak warga yang dirugikan. “Saya juga bingung kenapa banjir bisa seperti ini. Tidak seperti biasanya. Kadang sederas apapun air akan segera surut setelah 30 menit  tapi kali ini tempat-tempat yang tak pernah terkena banjir juga merasakan dampaknya,” kata Ketty di Kotaraja, Sabtu malam kemarin. Lokasi yang jarang terkena banjir semisal di Tanah Hitam, RS Dian Harapan, perumahan TNI di Waena  termasuk kawasan sekitar Kampkey Abepura. 

Baca Juga :  Belum Ditemukan Pasien Virus Korona

 Ketty melihat banjir ini disebabkan tingginya intensitas hujan sementara sarana untuk menampung debit ini tidak mencukupi sehingga air banyak naik ke badan jalan atau tempat yang lebih rendah. Air semakin tak terkontrol akibat curah hujan yang turun dengan intentitas waktu cukup lama. Seorang warga menulis di beranda media sosial bahwa kediamannya di Kotaraja juga tenggelam. “Lantai satu sudah terendam jadi kami sementara mengungsi di lantai 2,” kata Magdalena. 

Ketty melihat satu persoalan lainnya adalah banyaknya sampah yang masuk ke saluran air atau drainase hingga memenuhi ruang  drainase yang seharusnya dilewati air.  “Drainase sudah tidak mampu menampung jadi air banyak yang keluar,” jelasnya. 

Sementara ada beberapa lokasi yang cukup parah dari banjir  pekan kemarin yaitu Perum Organda Padang Bulan, Pasar Youtefa, dan kompleks SMAN 4 Jayapura. “Yang lolos dari banjir hanya Jayapura Utara dan dua hari terakhir kami dengan Pak Wali Kota turun dari subuh sampai kembali pukul 5 sore dan memang sampah juga banyak sekali,” imbuhnya. 

Sementara itu  Priyo salah seorang warga kompleks SMAN 4 Entrop Jayapura mengatakan, musibah banjir yang terjadi di kompleks SMAN 4 Entrop paling terparah dibanding banjir yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.

Baca Juga :  Di Jalan Baru Sentani Polisi Ungkap Penyimpanan Ratusan Peluru 

Pasalnya tinggi genangan air menurut Priyo mencapai dada orang dewasa. Kondisi ini menyebabkan banyak warga mengalami kerugian akibat barang-barang mereka terendam air. 

 “Banjir  kali ini sangat parah sekali. Apalagi terjadia sekira pukul 03.00 WIT, dimana warga masih lelap tidur. Jadi barang-barang banyak yang tidak bisa diselamatkan,” ungkap Priyo ketika membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. 

Derasnya air menurut Priyo mengakibatkan tembok pembatas sungai di kompleks SMAN 4 jebol. Hal ini yang mengakibatkan air megalir deras ke rumah warga. 

H. Tahir warga kompleks SMAN 4 Jayapura yang mengaku sudah puluhan tahun tinggal di daerah tersebut juga mengakui banjir kali ini merupakan yang terparah. 

Tingginya genangan air yang melanda perumahan warga mengakibatkan banyak barang milik warga yang tidak bisa diselamatkan dan terpaksa dibuang karena sudah tidak bisa dipakai lagi. 

Secara terpisah, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, Petrus Demon Sili menyebutkan bulan Januari hingga Februari 2019 merupakan puncak musim hujan. Dimana frekuensi kejadian hujan akan meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga Maret nanti. Untuk tiga hari ke depan, BMKG memprediksi  kondisi cuaca umumnya cerah berawan hingga berawan. Dimana akan terjadi potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Papua bagian utara pada siang, malam dan dini hari. Potensi hujan ringan hingga lebat di wilayah Teluk Cenderawasih dan Papua bagian tengah pada malam dan dini hari,” ungkapnya. 

Untuk tinggi gelombang, Petrus menyebutkan di perairan utara Papua diperkirakan berkisar antar 0,5 meter hingga 3,5 meter. Sementara di perairan selatan Papua tinggi gelombang diperkirakan berkisar 0,25 hingga 1 meter.

“Terkait hal ini, kami mengimbau dunia pelayaran untuk lebih berhati-hati. Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran,” pungkasnya. (ade/fia/kim/dil/nat)

BANJIR PARAH: Tampak kondisi genangan air di Pasar Youtefa, Sabtu (23/2). Banjir yang melanda Pasar Youtefa, akhir pekan kemarin merupakan yang terparah sejak  banjir tahun 2012.  (FOTO : Gamel/Cenderawasih Pos)

Genangan Air di Pasar Youtefa Capai 2 Meter

JAYAPURA-Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya sejak Jumat (22/2) malam hingga Sabtu (23/2) dini hari menimbulkan fenomena banjir yang tak biasa. 

Beberapa lokasi yang dulu tak pernah tersentuh banjir kini harus tergenang. Bahkan bisa dibilang dari lima distrik di Kota Jayapura, tiga distrik di antaranya yakni Distrik Heram, Distrik Abepura dan Jayapura Selatan mendapatkan imbas banjir. 

Banjir juga menimbulkan sejumlah kerusakan infrastruktur karena ada talud yang  jebol termasuk jalan di depan CV Thomas Entrop juga harus terkelupas.

Banjir parah juga terjadi di Pasar Youtefa yang selama ini menjadi langganan banjir dan banjir yang terjadi akhir pekan kemarin merupakan banjir terparah pasca banjir tahun 2012 lalu. 

Eron salah seorang petugas Pasar Youtefa kepada Cenderawasih Pos mengakui bahwa banjir yang terjadi di Pasar Youtefa kali ini merupakan yang terparah pasca banjir tahun 2012. Dimana sebanyak 200 lebih unit kios terendam banjir setinggi 2 meter.

“Ini banjir tertinggi setelah tahun 2012 silam, biasanya Pasar Youtefa memang banjir namun tidak separah saat ini,” tuturnya.

Eron menyebutkan hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (22/2) malam hingga Sabtu (23/2) dini hari  dan diperparah dengan pasangnya air laut, mengakibatkan banjir parah di Pasar Youtefa. 

“Banjir yang terjadi bertepatan dengan air laut yang pasang sehingga genangan air cukup tinggi. Akibatnya pasar ikan dan PKL tergenang,” tambahnya. 

 Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Kota Jayapura, Ir. Ketty Kailola juga mengaku heran dengan banjir kali ini. Meski tak ada korban jiwa namun banyak warga yang dirugikan. “Saya juga bingung kenapa banjir bisa seperti ini. Tidak seperti biasanya. Kadang sederas apapun air akan segera surut setelah 30 menit  tapi kali ini tempat-tempat yang tak pernah terkena banjir juga merasakan dampaknya,” kata Ketty di Kotaraja, Sabtu malam kemarin. Lokasi yang jarang terkena banjir semisal di Tanah Hitam, RS Dian Harapan, perumahan TNI di Waena  termasuk kawasan sekitar Kampkey Abepura. 

Baca Juga :  Belum Ditemukan Pasien Virus Korona

 Ketty melihat banjir ini disebabkan tingginya intensitas hujan sementara sarana untuk menampung debit ini tidak mencukupi sehingga air banyak naik ke badan jalan atau tempat yang lebih rendah. Air semakin tak terkontrol akibat curah hujan yang turun dengan intentitas waktu cukup lama. Seorang warga menulis di beranda media sosial bahwa kediamannya di Kotaraja juga tenggelam. “Lantai satu sudah terendam jadi kami sementara mengungsi di lantai 2,” kata Magdalena. 

Ketty melihat satu persoalan lainnya adalah banyaknya sampah yang masuk ke saluran air atau drainase hingga memenuhi ruang  drainase yang seharusnya dilewati air.  “Drainase sudah tidak mampu menampung jadi air banyak yang keluar,” jelasnya. 

Sementara ada beberapa lokasi yang cukup parah dari banjir  pekan kemarin yaitu Perum Organda Padang Bulan, Pasar Youtefa, dan kompleks SMAN 4 Jayapura. “Yang lolos dari banjir hanya Jayapura Utara dan dua hari terakhir kami dengan Pak Wali Kota turun dari subuh sampai kembali pukul 5 sore dan memang sampah juga banyak sekali,” imbuhnya. 

Sementara itu  Priyo salah seorang warga kompleks SMAN 4 Entrop Jayapura mengatakan, musibah banjir yang terjadi di kompleks SMAN 4 Entrop paling terparah dibanding banjir yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.

Baca Juga :  Diancam Pakai Parang, Seorang Gadis Diperkosa Bapaknya

Pasalnya tinggi genangan air menurut Priyo mencapai dada orang dewasa. Kondisi ini menyebabkan banyak warga mengalami kerugian akibat barang-barang mereka terendam air. 

 “Banjir  kali ini sangat parah sekali. Apalagi terjadia sekira pukul 03.00 WIT, dimana warga masih lelap tidur. Jadi barang-barang banyak yang tidak bisa diselamatkan,” ungkap Priyo ketika membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. 

Derasnya air menurut Priyo mengakibatkan tembok pembatas sungai di kompleks SMAN 4 jebol. Hal ini yang mengakibatkan air megalir deras ke rumah warga. 

H. Tahir warga kompleks SMAN 4 Jayapura yang mengaku sudah puluhan tahun tinggal di daerah tersebut juga mengakui banjir kali ini merupakan yang terparah. 

Tingginya genangan air yang melanda perumahan warga mengakibatkan banyak barang milik warga yang tidak bisa diselamatkan dan terpaksa dibuang karena sudah tidak bisa dipakai lagi. 

Secara terpisah, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, Petrus Demon Sili menyebutkan bulan Januari hingga Februari 2019 merupakan puncak musim hujan. Dimana frekuensi kejadian hujan akan meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga Maret nanti. Untuk tiga hari ke depan, BMKG memprediksi  kondisi cuaca umumnya cerah berawan hingga berawan. Dimana akan terjadi potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Papua bagian utara pada siang, malam dan dini hari. Potensi hujan ringan hingga lebat di wilayah Teluk Cenderawasih dan Papua bagian tengah pada malam dan dini hari,” ungkapnya. 

Untuk tinggi gelombang, Petrus menyebutkan di perairan utara Papua diperkirakan berkisar antar 0,5 meter hingga 3,5 meter. Sementara di perairan selatan Papua tinggi gelombang diperkirakan berkisar 0,25 hingga 1 meter.

“Terkait hal ini, kami mengimbau dunia pelayaran untuk lebih berhati-hati. Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran,” pungkasnya. (ade/fia/kim/dil/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya