Mobilitas Turun, Kasus Landai
JAKARTA-Kemarin (15/11) Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Natal dan Tahun baru masih menjadi perhatian. Sebab dikhawatirkan akan terjadi kenaikan kasus.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, PPKM Jawa Bali dan luar Jawa Bali masih diperpanjang hingga 22 November. Beberapa indikator pandemi memang terus konsisten mengalami perbaikan dari minggu sebelumnya, namun ada sedikit kenaikan dari sisi angka reproduksi kasus efektif di beberapa pulau.
Berdasarkan data per 14 November 2021, jumlah kasus aktif sebesar 9.018 kasus atau 0,2 persen dari total kasus. Ini jauh lebih baik daripada rata-rata global yang sebesar 7,4 persen.
Angka Reproduksi Kasus Efektif (Rt) Covid-19 Indonesia mengalami sedikit peningkatan dari 0,95 (pada 5 November 2021) menjadi 0,96 (pada 11 November 2021), namun masih di bawah 1,00 (terkendali). ‘’Potensi peningkatan kasus, walaupun kecil akan terus dimonitor dan diwaspadai oleh Pemerintah,’’ jelasnya.
Jika diperhatikan per pulau, Rt semua pulau sudah berada di bawah 1 (terkendali). Namun di Pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan Rt-nya naik tipis selama sepekan terakhir ini. Rt Jawa naik dari 0,93 menjadi 0,95, sedangkan Bali naik dari 0,97 menjadi 0,98, dan Rt Kalimantan dari 0,96 menjadi 0,98. Kemudian, ada 4 pulau yang Rt-nya tetap yakni Sumatera (0,96), Papua (0,98), Nusa Tenggara (0,98), dan Sulawesi (0,95). Sedangkan, yang turun adalah Rt Maluku dari 1,01 menjadi 1,00.
Airlangga melanjutkan, Presiden Jokowi memberi arahan untuk harus terus memperhatikan kunjungan warna negara asing ke Indonesia. ‘’Tingkat kasus di negara lain juga harus terus dimonitor sebelum membuka (kunjungan dari dan ke) negara-negara lain. Kalau untuk persiapan libur Nataru, akan didalami kembali seminggu ke depan, sebelum diumumkan ke masyarakat,’’ ucapnya.
Sementara untuk luar Jawa Bali, dari 27 provinsi di luar Pulau Jawa Bali tidak ada yang level berada pada PPKM level 3 dan 4. Rinciaannya ada 25 provinsi berada pada PPKM level 2 dan 2 provinsi di level 1.
Begitu pula pada tingkat kabupaten dan kota, tidak ada yang berada pada PPKM level 4. ‘’Kabupaten kota yang di level 4 adalah 0. Kemudian untuk di level 3 ada 5 kabupaten kota yaitu Tana Tidung, Gayo, Gayo Lues, Sorong, Subulussalam dan Teluk Bintuni. Kemudian yang di level 2 ada 207 dan di level 1 ada 174,’’ jelas Airlangga.
Sementara itu, pemerintah terus gencar melakukan vaksinasi Covid-19 terutama di luar Jawa Bali. Termasuk, Papua. Merujuk data Kemenkes, pprogres vaksinasi di Papua per 12 November, vaksinasi tahap pertama telah mencapai 654.125 penduduk atau 25,23 persen. Sementara, untuk vaksinasi tahap kedua sebanyak 496.727 penduduk atau 18,18 persen.
Dipastikan, proses vaksinasi Covid-19 masih on the track. Dengan target, Desember 2021, 291,6 juta orang sudah mendapatkan vaksin. Di mana, 80,9 persen merupakan penerima dosis pertama dan 59,1 persen untuk dosis kedua.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan, pelaksanaan vaksinasi di Provinsi Papua, khususnya Kota Jayapura secara umum telah mencapai kemajuan pesat. Di Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura, Papua misalnya.
Vaksinasi tahap pertama sudah 60 persen lebih dan tahap kedua telah mencapai 30 persen lebih. Sementara, di Kota Jayapura, vaksinasi tahap pertama sudah mencapai 166.873 penduduk atau 71,97 persen. Kemudian, untuk tahap kedua sudah mencapai 113.738 penduduk atau 49,05 persen.
Pelaksanaan vaksinasi untuk anak-anak usia 12-17 tahun pun telah mulai dilakukan di Papua. ”Sekarang juga sudah mulai memvaksin anak-anak di atas 11 tahun,” ungkapnya.
Dia menekankan, jika pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak sama pentingnya dengan vaksinasi pada orang dewasa. Menurutnya, hal itu akan membuat anak lebih aman dan siap menghadapi pembelajar tatap muka (PTM) terbatas. ”Ini suatu hal yang penting agar anak-anak mendapatkan pendidikan yang setara, yang sama dengan mereka yang dewasa,” tutur Mantan Mendikbud tersebut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa kasus Covid-19 memang sudah turun. Namun, ini tidak memuat lengah. Dia meminta seluruh pihak untuk waspada. Terutama menghadapi masa natal dan tahun baru (Nataru).
”Presidne menekankan pada lima provinsi yang jumla kasusnya mulai melandai namun ada indikasi kenaikan kenaikan kasus dan harus dimonitor dengan ketat,” ucapnya. Budi menegaskan bahwa lima provinsi ini ada di Pulau Jawa.
Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi perminggu. Pada laporan minggu lalu, ada 126 kabupaten kota yang mengalami kenaikan kasus. Bahkan ada tiga kota yang selama beberapa minggu menunjukkan tren kenaikan kasus. ”Kenaikannya terjadi karena adanya kasus positif di sekolah dan takziah,” ucapnya.
Untuk itu, Kemenkes dan Kemendikbudristek tengah melakukan konsolidasi. Mereka ingin agar ada surveilan yang ketat dan proaktif. ”Rencana minggu ini bisa selesai. Dimana kita tetap melaksanakan PTM tapi dengan surveilan,” katanya.
Sementara itu, sejalan dengan perbaikan angka kasus Covid-19, mobilitas masyarakat pun turut membaik. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menuturkan, mobilitas masyarakat pada Oktober 2021 membaik jika dibandingkan dengan periode September 2021.
Margo menyebut, perbaikan itu salah satunya tercermin dari penurunan aktivitas masyarakat di rumah. Hal itu dibarengi dengan naiknya mobilitas masyarakat di beberapa tempat umum.
‘’Untuk aktivitas di rumah sudah mulai ada penurunan, di mana September angkanya 6,3 persen dan Oktober 5 persen. Artinya, mobilitas atau aktivitas di rumah semakin menurun,’’ ujarnya, kemarin.
Sebaliknya, aktivitas penduduk di beberapa lokasi umum seperti tempat perdagangan dan rekreasi juga terus naik. Jika dibandingkan dengan kondisi normal, angkanya tercatat naik 4,3 persen. Padahal pada September masih turun -1,9 persen.
Aktivitas di tempat belanja dan kebutuhan sehari-hari, itu meningkat dibanding September 2021, yang angkanya pada Oktober 24,6 persen. ‘’Dan itu lebih tinggi dari kondisi normal di 2020,’’ ujar Margo.
Membaiknya mobilitas itu disebutnya akan berdampak pada perbaikan ekonomi. Meski dia mengimbau agar masyarakat tetap menjaga prokes. ‘’Jadi ini adalah capaian baik terkait pemulihan kesehatan, dan kita wajib menjaganya ke depan sehingga ke depan pemulihan ekonomi bisa dilakukan,’’ tuturnya.
Seiring pelonggaran mobilitas, ritel fashion online berani membuka toko offline. Salah satunya Voila.id yang telah membuka flagship store di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Di toko tersebut terdapat berbagai koleksi tas, sepatu, pakaian ready-to-wear, hingga aksesoris brand ternama di dunia.
Store Manager Voila.id Jessica Surjadinata menuturkan, hadirnya toko offline membuka peluang baru saat pandemi berangsur membaik. Sebagai one stop destination for all, pihaknya menyediakan layanan pengiriman bagi pelanggan yang masih enggan mengunjungi butik kami. “Jika Anda tidak bisa datang kepada kami, maka kami akan kirimkan. Cukup menelepon ke toko kami, kemudian sales advisor kami akan menghubungi mereka secara pribadi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,” jelasnya kepada Jawa Pos, kemarin.
Jessica mengklaim, kehadiran toko offline Voila.id mendapat antusiasme tinggi dari para pelanggan. Baik pelanggan baru maupun yang sudah mengenal Voila.id melalui e-commerce maupun media sosial. Meski demikian, dia mengakui tantangan terbesarnya adalah harus mendapatkan kepercayaan pelanggan untuk mengunjungi toko.
Dia memastikan, toko menerapkan protokol kesehatan. Seprrti memakai masker, sarung tangan, hand sanitizer, air purifier disediakan, dan semua staf sudah divaksinasi. Kebersihan dan rasa nyaman adalah hal terpenting. “Sehingga pelanggan aman tidak hanya untuk berkunjung, tetapi juga menghabiskan waktu dan berbelanja di toko kami,” tandas Jessica.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga, khususnya di sektor ritel, masih menjadi penyumbang tertinggi dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yakni sekitar 58,9 persen. Pelaku industri peritel, baik yang berdiri sendiri maupun yang berada di pusat perbelanjaan atau mal, dinilai pemerintah memiliki kontribusi penting dalam mendorong pemulihan konsumsi rumah tangga.
Oke tak menampik bahwa industri ritel sangat rentan terhadap perkembangan pandemi Covid-19. Saat mobilitas dibatasi, industri ritel juga ikut turun. Karenanya, peritel modern juga perlu mengikuti perubahan perilaku konsumen dengan menjalankan strategi offline-to-online atau O2O. ”Sebutan O2O bukan lagi merupakan dikotomi, tetapi suatu keniscayaan untuk dikembangkannya sinergisitas,” ujar Oke.
Menurut Oke, penjualan eceran pada Oktober sampai November 2021 diperkirakan akan tumbuh meningkat, baik secara secara bulanan maupun tahunan. Hal ini tidak terlepas dari penanganan Covid-19 yang semakin baik. Sebelumnya di September 2021, hasil survei penjualan eceran mengindikasikan kinerja penjualan eceran mengalami kontraksi pertumbuhan. ”Dengan kinerja penanganan masalah kesehatan yang semakin bagus di setiap daerah, maka pemerintah telah memberikan kelonggaran untuk kegiatan perdagangan, disesuaikan dengan PPKM per level,” pungkas Oke. (dee/han/agf/mia/lyn/JPG)