Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

Sukses berkat Warisan Budaya India dari Ibu

Kamala Harris, Wapres Perempuan Pertama di Amerika Serikat

Kemenangan Joe Biden tidak terlepas dari kiprah cawapresnya, Kamala Harris. Sosok perempuan 56 tahun itu dianggap mereprentasikan keberagaman yang menjadi warna Amerika.

Wakil Presiden terpilih Kamala Harris tiba untuk menyampaikan sambutan di Wilmington, Delaware, (7/11), setelah dia dan Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden. (Foto oleh Jim WATSON / AFP)

WARGA Desa Thulasendrapuram, India, bersorak-sorai kemarin (8/11). Penduduk di desa dengan populasi 350 jiwa itu menyalakan kembang api. Mereka lantas beramai-ramai pergi ke kuil untuk berdoa.

Sumber kebahagiaan mereka adalah artikel yang dimuat di koran India. Kamala Harris dipastikan bakal menempati kursi wakil presiden (Wapres) AS. ”Kami menunggu kabar ini. Selamat,” kata pejabat desa Aulmozhi Sudhakar kepada Associated Press.

Harris punya tempat spesial di hati masyarakat Thulasendrapuram. Saat pemilu, Sudhakar mengajak warga berdoa di kuil. Mereka memohon kemenangan Harris pada pemilu AS. Semua itu dilakukan karena mereka merasa desa tersebut merupakan tanah leluhur Harris. ”Kamala Harris adalah putri kebanggaan desa kami,” tuturnya.

Yang tertinggal di desa itu mungkin hanya kenangan dan saudara jauh. Lebih tepatnya, desa tersebut adalah tempat kelahiran Puthen Veettil Gopalan, kakek Harris. Gopalan pindah dari desa tersebut menuju Chennai, ibu kota Negara Bagian Tamil Nadu, berpuluh-puluh tahun lalu.

Namun, itu tidak penting. Seluruh India memang menyebut Harris sebagai putri kebanggaan mereka. Termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi. ”Keberhasilan Harris merupakan kebanggaan semua India. Saya harap hubungan India-AS makin kuat dengan dukungannya,” ujarnya menurut South China Morning Post.

Baca Juga :  Hanya Penambahan Rp 716 Miliar Lebih

Harris memang bukan warga India. Dia lahir di Oakland, California, pada 20 Oktober 1964. Namun, dalam nadinya mengalir darah Jamaika dan India. Ayahnya, Donald Harris, merupakan ekonom asal Jamaika yang datang ke AS pada 1961. Sang ibu, Shyamala Gopalan, adalah peneliti medis asal India yang datang ke AS pada 1960.

Donald dan Shyamala bercerai saat Harris berusia 7 tahun. Karena itu, Harris mengakui bahwa pengaruh ibu yang membesarkannya dengan sang adik, Maya, sangat besar. Harris menuturkan bahwa warisan budaya yang diterima dari ibunya merupakan salah satu kunci keberhasilannya. Harris juga sering diajak ke Chennai untuk bertemu dengan sang kakek. ”Saya ingat Kamala sering bertanya banyak hal kepada ayah,” ungkap Balachandran Gopalan, paman Harris.

Keluarga Gopalan termasuk kaum Brahma di Tamil Nadu. Namun, Balachandran dan Harris menyatakan bahwa Gopalan bukanlah keluarga darah biru yang kolot. Gopalan yang bekerja sebagai pegawai negeri menganggap pendidikan bukan sekadar untuk mencari pekerjaan, tetapi juga untuk membantu orang lain.

Baca Juga :  Motoris Pemasok Senjata dan Amunisi Bagi KKB Diamankan

”Mantra keluarga besar kami adalah membantu orang lain akan membantu dirimu sendiri. Keluarga kami juga mendidik perempuan sebagai pihak terkuat,” paparnya.

Harris dekat dengan keluarga besar ibunya. Saat mengejar kursi Senat AS, dia meminta bibinya di India memecah 108 kelapa di Kuil Varasiddhi Vinayagar. Ritual Hindu tersebut dilakukan untuk mendoakan seseorang agar berhasil.

Pada saat yang sama, Harris diajak ibunya mengikuti ibadat di gereja setiap Minggu. Sejak kecil, mantan Jaksa Agung California itu diajarkan untuk merangkul semua unsur budaya. ”Ibunya memang punya pengaruh terbesar bagi Kamala. Salah satunya, prinsip untuk tak membedakan orang dari agama, makanan, atau status sosial,” ungkap Balachandran.

Dengan bekal itu, dia dinikahi Douglas Emhoff, seorang Yahudi yang berstatus duda beranak dua. Kini Harris mewakili mosaik kebudayaan di AS. Karena itu, dia mendapat perhatian lebih daripada Joe Biden. Apalagi, statusnya sebagai perempuan mendobrak sejarah. Selama ini sosok perempuan tidak pernah lolos dari kontestasi pilpres. Hillary Clinton, Carly Fiorina, dan Sarah Palin sudah mencoba dan gagal. ”Saya mungkin yang pertama. Tapi, saya pastikan bahwa saya bukan yang terakhir,” tegas Harris. (bil/c14/oni/JPG)

Kamala Harris, Wapres Perempuan Pertama di Amerika Serikat

Kemenangan Joe Biden tidak terlepas dari kiprah cawapresnya, Kamala Harris. Sosok perempuan 56 tahun itu dianggap mereprentasikan keberagaman yang menjadi warna Amerika.

Wakil Presiden terpilih Kamala Harris tiba untuk menyampaikan sambutan di Wilmington, Delaware, (7/11), setelah dia dan Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden. (Foto oleh Jim WATSON / AFP)

WARGA Desa Thulasendrapuram, India, bersorak-sorai kemarin (8/11). Penduduk di desa dengan populasi 350 jiwa itu menyalakan kembang api. Mereka lantas beramai-ramai pergi ke kuil untuk berdoa.

Sumber kebahagiaan mereka adalah artikel yang dimuat di koran India. Kamala Harris dipastikan bakal menempati kursi wakil presiden (Wapres) AS. ”Kami menunggu kabar ini. Selamat,” kata pejabat desa Aulmozhi Sudhakar kepada Associated Press.

Harris punya tempat spesial di hati masyarakat Thulasendrapuram. Saat pemilu, Sudhakar mengajak warga berdoa di kuil. Mereka memohon kemenangan Harris pada pemilu AS. Semua itu dilakukan karena mereka merasa desa tersebut merupakan tanah leluhur Harris. ”Kamala Harris adalah putri kebanggaan desa kami,” tuturnya.

Yang tertinggal di desa itu mungkin hanya kenangan dan saudara jauh. Lebih tepatnya, desa tersebut adalah tempat kelahiran Puthen Veettil Gopalan, kakek Harris. Gopalan pindah dari desa tersebut menuju Chennai, ibu kota Negara Bagian Tamil Nadu, berpuluh-puluh tahun lalu.

Namun, itu tidak penting. Seluruh India memang menyebut Harris sebagai putri kebanggaan mereka. Termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi. ”Keberhasilan Harris merupakan kebanggaan semua India. Saya harap hubungan India-AS makin kuat dengan dukungannya,” ujarnya menurut South China Morning Post.

Baca Juga :  Belum Ada Tanda – tanda Omicron

Harris memang bukan warga India. Dia lahir di Oakland, California, pada 20 Oktober 1964. Namun, dalam nadinya mengalir darah Jamaika dan India. Ayahnya, Donald Harris, merupakan ekonom asal Jamaika yang datang ke AS pada 1961. Sang ibu, Shyamala Gopalan, adalah peneliti medis asal India yang datang ke AS pada 1960.

Donald dan Shyamala bercerai saat Harris berusia 7 tahun. Karena itu, Harris mengakui bahwa pengaruh ibu yang membesarkannya dengan sang adik, Maya, sangat besar. Harris menuturkan bahwa warisan budaya yang diterima dari ibunya merupakan salah satu kunci keberhasilannya. Harris juga sering diajak ke Chennai untuk bertemu dengan sang kakek. ”Saya ingat Kamala sering bertanya banyak hal kepada ayah,” ungkap Balachandran Gopalan, paman Harris.

Keluarga Gopalan termasuk kaum Brahma di Tamil Nadu. Namun, Balachandran dan Harris menyatakan bahwa Gopalan bukanlah keluarga darah biru yang kolot. Gopalan yang bekerja sebagai pegawai negeri menganggap pendidikan bukan sekadar untuk mencari pekerjaan, tetapi juga untuk membantu orang lain.

Baca Juga :  Bantu Polri Perkuat Keamanan di Intan Jaya

”Mantra keluarga besar kami adalah membantu orang lain akan membantu dirimu sendiri. Keluarga kami juga mendidik perempuan sebagai pihak terkuat,” paparnya.

Harris dekat dengan keluarga besar ibunya. Saat mengejar kursi Senat AS, dia meminta bibinya di India memecah 108 kelapa di Kuil Varasiddhi Vinayagar. Ritual Hindu tersebut dilakukan untuk mendoakan seseorang agar berhasil.

Pada saat yang sama, Harris diajak ibunya mengikuti ibadat di gereja setiap Minggu. Sejak kecil, mantan Jaksa Agung California itu diajarkan untuk merangkul semua unsur budaya. ”Ibunya memang punya pengaruh terbesar bagi Kamala. Salah satunya, prinsip untuk tak membedakan orang dari agama, makanan, atau status sosial,” ungkap Balachandran.

Dengan bekal itu, dia dinikahi Douglas Emhoff, seorang Yahudi yang berstatus duda beranak dua. Kini Harris mewakili mosaik kebudayaan di AS. Karena itu, dia mendapat perhatian lebih daripada Joe Biden. Apalagi, statusnya sebagai perempuan mendobrak sejarah. Selama ini sosok perempuan tidak pernah lolos dari kontestasi pilpres. Hillary Clinton, Carly Fiorina, dan Sarah Palin sudah mencoba dan gagal. ”Saya mungkin yang pertama. Tapi, saya pastikan bahwa saya bukan yang terakhir,” tegas Harris. (bil/c14/oni/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya