JAKARTA-Indonesia memiliki keberagaman bahasa, suku, budaya, dan agama yang menjadikannya sebagai negara kesatuan.
Keberagaman ini menjadikan simbol bagi Tanah Air sebagai negara “Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi tetap satu yakni Indonesia.
Keberagaman yang menjalin sikap toleransi ini terlihat sangat menenangkan. Namun, terkadang memang memiliki potensi ketegangan yang kerap dipicu oleh isu agama atau lain sebagainya.
Dilansir dari Antaranews (12/11), Staf Khusus Menteri Agama RI, Wibowo Prasetyo mengatakan bahwa pemahaman yang komprehensif merupakan hal yang sangat penting untuk menjalin kerukunan bangsa.
“Pers sangat efektif dalam membantu menentramkan situasi melalui narasi-narasinya yang menyejukkan. Ini karena jurnalis tidak mudah dalam mempublikasikan informasi yang berpotensi memecah persatuan bangsa,” Ucapnya.
Saat berdiskusi dengan kalangan jurnalis di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pada Sabtu (11/11), Wibowo mengungkapkan bahwa tantangan terbesar para jurnalis dalam menjaga kerukunan bangsa, biasanya ada pada saat negara memasuki tahun politik seperti saat ini.
Demi meningkatkan sisi elektoral dan memuluskan kepentingan politik praktisnya, biasanya akan ada aktor-aktor politik yang menggunakan isu agama dan akan selalu ada pihak-pihak yang memanfaatkan atau mempertentangkan.
Situasi seperti ini memang patut diwaspadai, karena di Indonesia penggunaan isu agama terbilang sangat rawan sebagai pemicu perpecahan umat maupun bangsa.
Disini peran jurnalis sangatlah dibutuhkan, pers harus memiliki tanggung jawab dalam menjaga Indonesia agar tetap bisa kondusif melalui penyampaian informasi yang akurat.
“Pers juga harus aktif dalam membantu literasi anak-anak muda terutama generasi Z yang cenderung lemah dalam hal kurasi atas informasi, termasuk soal agama. Mereka sangat perlu untuk diarahkan, karena merekalah yang akan memimpin Indonesia di kemudian hari,” kata Wibowo.
Sebagai mantan jurnalis, Ia menegaskan supaya penguatan moderasi beragama bisa terus dilakukan agar Indonesia tetap menjadi satu kesatuan dan tidak mudah terpecah belah dan diadu domba.
Dalam sebuah praktik moderasi beragama, aktivis muda NU tersebut menjelaskan mengenai empat indikator yang penting dimiliki yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi.
Wibowo menjelaskan bahwa moderasi itu bukan hanya tentang agamanya, tetapi juga cara pandang, sikap, dan perilaku seseorang dalam beragama supaya bisa saling menghormati keyakinan satu sama lain.
Di negara yang memiliki beragam perbedaan ini, Wibowo mengajak para jurnalis untuk saling menguatkan pemahamannya akan moderasi beragama, sehingga jika ada oknum atau pihak tertentu yang berusaha memecah belah persatuan, maka hal itu bisa segera dicegah melalui berita yang dapat merangkul kembali umat beragama.(*)
Sumber: Antara | Jawapos