Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Harga Minyak Dunia Naik, Brent Dipatok USD90,60 Per Barel

JAKARTA – Harga minyak berakhir lebih tinggi pada hari Rabu atau Kamis waktu Indonesia karena pasar mengantisipasi kebijakan penarikan soal persediaan minyak mentah AS yang disusul pengurangan produksi yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik 56 sen menjadi USD90,60 per barel sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 85 sen menjadi USD87,54. Kedua tolok ukur tersebut naik sebesar USD1 dan mengurangi keuntungannya.

“Kami memiliki persediaan minyak mentah yang cukup rendah di AS, dengan penarikan minyak mentah dalam jumlah besar selama beberapa minggu mendorong harga naik,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger, dikutip Reuters, Kamis (7/9).

Menurut data American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah AS diproyeksikan turun 5,5 juta barel dalam pekan pertama September. Sementara pada hari Selasa, Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun.

Baca Juga :  KUR Syariah Pegadaian Belum Maksimal Terealisasi

Pemotongan yang dilakukan Saudi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) sementara Rusia telah memangkas 300.000 barel per hari. Jumlah ini melebihi pemotongan pada bulan April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.

Kedua negara akan meninjau kondisi pasar dan membuat keputusan bulanan mengenai memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi. Hal ini mencerminkan kekhawatiran pasokan jangka pendek.

Atas beberapa kondisi itu, minyak mentah berjangka Brent bulan depan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan pada USD4,13 per barel di atas harga dalam enam bulan.

Terhadap sejumlah mata uang, dolar naik ke level tertinggi 105,00, di atas level tertinggi enam bulan di 104,90. Penguatan dolar dapat membebani permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Baca Juga :  Berakhir Hari ini, PLN Ajak Pelanggan Manfaatkan Program Tambah Daya

Para analis memperingatkan bahwa kenaikan harga dapat menekan permintaan ketika kilang-kilang AS memasuki periode pemeliharaan pada September-Oktober. Potensi pasokan yang lebih tinggi dari Iran, Venezuela, dan Libya juga dapat membebani.

Perusahaan riset IIR Energy mengatakan pada Rabu (6/9) bahwa pihaknya memperkirakan penyulingan minyak AS akan meningkatkan kapasitas yang tersedia sebesar 274.000 barel per hari untuk pekan kedua September.(JawaPos.com)

JAKARTA – Harga minyak berakhir lebih tinggi pada hari Rabu atau Kamis waktu Indonesia karena pasar mengantisipasi kebijakan penarikan soal persediaan minyak mentah AS yang disusul pengurangan produksi yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik 56 sen menjadi USD90,60 per barel sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 85 sen menjadi USD87,54. Kedua tolok ukur tersebut naik sebesar USD1 dan mengurangi keuntungannya.

“Kami memiliki persediaan minyak mentah yang cukup rendah di AS, dengan penarikan minyak mentah dalam jumlah besar selama beberapa minggu mendorong harga naik,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger, dikutip Reuters, Kamis (7/9).

Menurut data American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah AS diproyeksikan turun 5,5 juta barel dalam pekan pertama September. Sementara pada hari Selasa, Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun.

Baca Juga :  Stok Minyak Tanah Cukup untuk 36 Hari ke Depan

Pemotongan yang dilakukan Saudi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) sementara Rusia telah memangkas 300.000 barel per hari. Jumlah ini melebihi pemotongan pada bulan April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.

Kedua negara akan meninjau kondisi pasar dan membuat keputusan bulanan mengenai memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi. Hal ini mencerminkan kekhawatiran pasokan jangka pendek.

Atas beberapa kondisi itu, minyak mentah berjangka Brent bulan depan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan pada USD4,13 per barel di atas harga dalam enam bulan.

Terhadap sejumlah mata uang, dolar naik ke level tertinggi 105,00, di atas level tertinggi enam bulan di 104,90. Penguatan dolar dapat membebani permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Baca Juga :  Festival Baku Timba Kembali Hadir di Kabupaten Jayapura Melibatkan UMKM Lokal

Para analis memperingatkan bahwa kenaikan harga dapat menekan permintaan ketika kilang-kilang AS memasuki periode pemeliharaan pada September-Oktober. Potensi pasokan yang lebih tinggi dari Iran, Venezuela, dan Libya juga dapat membebani.

Perusahaan riset IIR Energy mengatakan pada Rabu (6/9) bahwa pihaknya memperkirakan penyulingan minyak AS akan meningkatkan kapasitas yang tersedia sebesar 274.000 barel per hari untuk pekan kedua September.(JawaPos.com)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya