JAYAPURA – Tak terasa, kepemimpinan Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli dan Wakil Bupati Esau Miram (Dyem) telah berjalan selama 1 tahun. Sebuah perjalanan pemerintahan yang sangat singkat tentunya dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan untuk membangun kesejahteraan yang berkeadilan.
Tidak mudah memang namun paling tidak satu loncatan sudah dilakukan dan akan dilanjutkan dengan loncatan lainnya.
Yahukimo bisa membangun dirinya sendiri jika seluruh masyarakat mau menyatukan hati, menebar energi positif untuk saling mendukung dan memberikan kebaikan bagi semua.
Moment 1 tahun kepemimpinan Dyem dirangkaikan dengan dua kegiatan lainnya yakni peresmian dan penempatan rumah jabatan dan launching perushaan daerah.
Acara ini juga mengundang sejumlah lapisan masyarakat baik para tokoh termasuk artis. Para pimpinan OPD juga diminta menggunakan jas kemudian berkumpul di satu titik di kediaman Didimus untuk selanjutnya bersama – sama ke lokasi kegiatan.
Agenda ucap syukur ini diawali dengan ibadah bersama kemudian pemaparan singkat dari Ketua DPRD Yahukimo, Yosia Yosias Mirin dan penyampaian Bupati Didimus Yahuli.
Dalam sambutan selama 42 menit itu, Didimus mengawali dengan ucapan terima kasihnya kepada sejumlah tokoh terutama para pendeta dan pelayan umat di daerah terpencil yang penuh keterbatasan. Pelayanan yang dilakukan tanpa ada listrik, tak ada telepon tapi memberi firman dan kesejukan bagi masyarakat di kampung kampung.
Didimus juga berterima kasih kepada Pdt Reinhard Ohee yang melakukan pelayanan di Jemaat Eden, Jayapura namun setia mendampingi perjuangannya hingga kini.
Ia mengatakan waktu ia dan Esau melamar partai di Jakarta ternyata banyak partai yang menolak kemudian ada beberapa pendeta yang mundur namun Pdt. Reindhard tetap hadir.
Ucapan yang sama juga disampaikan kepada keluarga Asisten II, Elai Giban yang banyak membantu mulai pelantikan hingga perayaan 1 tahun kepemimpinan keduanya.
Begitu juga dengan KPU dan Bawaslu dan tim pemenangan, Yarius Balingga serta Sekretaris Tim Pemenangan, Hengky Bayage yang telah menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati.
Di hadapan masyarakat, dalam menjalankan pemerintahan ditahun pertama diakui tak mudah. Ia menjelaskan bahwa ia dan Esau masuk pada bulan Mei 2021 dan ketika itu APBD sudah disahkan oleh bupati sebelumnya.
Akan tetapi ia bersyukur meski anggaran sudah ditetapkan namun keduanya masih bisa bekerja. “Tidak mudah untuk melakukan pembangunan seperti 1 tahun ini mulai pekerjaan jalan, trotoar termasuk mobilitas kunjungan ke distrik – distrik. Sebab anggaran banyak juga yang terpangkas saat corona. Jadi sebenarnya saya dan pa wakil ini bisa nganggur 1 tahun jika melihat dari logika anggarannya tapi Tuhan baik,” kata Didimus, Jumat (6/5) di Dekai, Yahukimo.
Lalu dengan aktivitas ke distrik-distrik yang dilakukan bersama wakil bupati membuat dirinya sempat lupa jika pemerintahan sudah berjalan 1 tahun. Hingga ada usulan dibuatkan acara ucap syukur.
Disini ia menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan satu perusahaan besar yang jika berjalan maka diprediksi akan mengurangi banyak angka pengangguran. Namun untuk eksisnya masih menunggu SK dari Kemendagri karena telah didaftarkan. “Sudah kami daftarkan dimana dari 46 perusahaan yang mendaftar seluruh Indonesia, kita punya urutan keenam. Hanya ketika itu belum sempat mendapatkan SK karena pas libur lebaran,” jelasnya.
“Tapi sekali lagi ini bukan perusahaan Didimus Yahuli atau Esau Miram melainkan ini warisan untuk anak cucu nanti,” sambung Didimus disambut tepuk tangan.
Kemudian analogi pengelolaan anggaran di Yahukimo dijelaskan bahwa Pemda mengelola anggaran sebesar Rp 1,6 triliun namun semua telah terbagi. Seperempatnya masuk ke dana desa, seperempatnya lagi untuk gaji 4.000 pegawai, kemudian pihaknya harus membiayai hibah, bansos dan lainnya dan itu seperempat juga habis.
Jadi menurutnya yang dikelola bupati dan wakil untuk membangun daerah hanya seperempat. Karenanya ia menyinggung permohonan untuk perbaiki ujung lapangan, ekor lapangan bukan lagi urusan Pemda melainkan urusan kampung. “Bupati itu urus yang besar, bukan semuanya ditangani bupati dan rumah dinas ini bukan rumah milik Didimus Yahuli. Politisi – politisi akan memperebutkan rumah ini sebagai simbol NKRI di Yahukimo. Kami akan tempati selama 5 tahun dan setelah itu kami akan keluar tanpa membawa barang satupun,” janjinya.
Selama 1 tahun melayani, Didimus ternyata mencatat ada kunjungan ke dua kampung yang paling berkesan. Bagaimana tidak disini ia harus melewati kondisi cuaca yang memberinya pilihan antara hidup atau mati.
Diceritakan cuaca sangat buruk dan di celah awan dan tebing pilot bisa membawa ia keluar. “Lalu beberapa hari lalu kami datangi kampung lain juga begitu, cuaca kurang bagus sampai kami juga harus dievakuasi. Dari 4 Mei 2021 dan 4 Mei 2022 ada dua kampung yang saya anggap ada ada hikmahnya,” ceritanya.
Iapun mulai membahas soal visi misinya dimana yang pertama adalah Yahukimo Sehat. Didimus mengaku selama ini terus memantau angka kematian di Yahukimo. Jika ada warga yang meninggal di rumah sakit, ia selalu menanyakan.
“Saya memperhatikan sirine mulai berkurang dan itu menandakan angka kematian menurun, angka kesehatan meningkat, kelahiran bertambah dan pelayanan lebih baik. Diam – diam kalau ada yang mati itu saya tanya ke dokter dan ternyata banyak pasien yang masuk sudah dalam kondisi parah sehingga menyulitkan untuk proses penyembuhan,” ujarnya.
Ia meminta masyarakat memperhatikan kondisi ini, dimana tidak harus menunggu parah baru dibawa ke rumah sakit. Kesehatan harus menjadi perhatian serius. Jangan juga karena ada yang kecelakaan kemudian justru sibuk mengurus pelaku. Mengurus berapa denda yang bisa diperoleh sementara kondisi korban tidak diperhatikan.
Di Yahukimo menurutnya sudah ada empat dokter spesialis dan kalau mau operasi ia berharap bisa dilakukan di Yahukimo tanpa perlu ke Jayapura.
Pihaknya tengah mempersiapkan agar ada akreditasi peningkatan tipe rumah sakit dari tipe D naik menjadi tipe C. Pemda Yahukimo dikatakan akan membuat rumah sakit berbasis lingkungan dan menjadi rumah sakit sub regional. “Tahun depan kami juga akan kontrak satgas kaki telanjang yang siap,” tandasnya.
Lalu visi berikutnya adalah Yahukimo Cerdas dimana anak – anak di kampung mulai belajar menggunakan bahasa Inggris. Diakui Tak mudah merubah wajah pendidikan di kampong-kampung mengingat para guru juga mendapatkan kondisi yang tidak mudah.
Banyak yang tinggal di honai dengan kondisi yang sulit. Namun tahun ini pihaknya meminta dukungan 100 guru agar 50 kecamatan di Yahukimo bisa terlayani sektor pendidikan. Selain itu mimpinya adalah di distrik memiliki sekolah unggulan.
“Saya juga sedang bergumul untuk Hilipuk, Tayo dan Uka sebab disana tak ada lapangan terbang. Lain – lain kami akan isi guru. Saat ini hanya 10 guru dan ke depan kami naikkan 16 guru didampingi 2 perawat,” imbuhnya
Proyeksinya adalah rumah dinas dibangun, internet, listrik dan air bersih disiapkan di tahun ini. “Kami juga akan buat sekolah unggulan yang namanya Anggenfano atau anak kandung dari sekolah Obanggen di Bokondidi. Saya sudah banyak berdiskusi soal ini. Bahkan kalau Tuhan mengizinkan kita punya universitas di Yahukimo, itu mimpi saya,” ucapnya.
Didimus memberitahukan bahwa untuk mengirim 9 anak ke Amerika Pemda mengeluarkan anggaran sekitar Rp 2 hingga Rp 3 miliar. Tapi kalau tenaga pengajarnya yang datang akan lebih banyak yang bisa mendapatkan ilmunya.
Kemudian pembangunan asrama, dijelaskan bahwa beberapa bulan lalu ia telah meresmikan sebuah asrama mahasiswa di Jakarta dan ia meminta lokasi asrama yang memiliki sertifikat untuk segera diinventarisir agar bisa dibangun.
Pemda juga menyatakan tidak kaku dalam membangun jejaring. Pihaknya siap bermitra dengan para LSM. Yahukimo sangat luas dan tidak bisa jalan sendiri, harus menggandeng orang lain. “Misal Papua Harapan itu bisa membantu pendidikan seperti apa dan nanti kami juga lihat apa yang bisa kami bantu,” sambung Didimus.
Kemudian dalam hal Yahukimo Mandiri, dipaparkan bahwa dirinya bersyukur karena di sektor Pertanian Yahukimo mulai menunjukkan angka kemajuan. Pemda telah membuka 200 hektar lahan sawah di Moroko.
Pertanian ini diyakini akan menolong dan menjadi wilayah yang berdaulat karena memiliki ketahanan pangan. Jauh dijelaskan disaat Rusia dan Ukriania berkonflik, ada banyak negara yang ketar ketir. Itu karena memiliki banyak ketergantungan pada negara lain.
Jika ini dibawa ke tingkat kabupaten maupun provinsi maka Yahukimo harus bisa mandiri. Menyiapkan ketersedian pangannya sendiri tanpa harus menggantungkan pada suplai dari luar. Karenanya dari 200 hektar ini nantinya akan diperluar menjadi 500 – 1000 hektar. “Dengan demikian kita akan menjadi salah satu lumbung pangan di Papua. Semua hasil itu akan mencukupi semua kebutuhan PNS, pasar di 51 kecamatan dan bahkan hasil persawahan ini dapat dijual di daerah-daerah pegunungan tengah dan daerah lain yang membutuhkan,” jelasnya.
Melihat perkembangan zaman saat ini, maka masyarakat di Yahukimo harus mulai bangkit dan mandiri ditanah sendiri. Masyarakat harus kembali bekerja dan menanam untuk mendapatkan hasil dari tanah sendiri. “Oleh sebab itu saya mengajak semua yang memiliki kemampuan jangan hanya diam dan berharap, jika ada potensi laporkan kepada dinas pertanian untuk dikembangkan,” katanya.
Begitu juga dengan Dinas Perindagkop yang saat ini sedang membangun Pasar Kotre. Meski diakui belum sesuai harapan namun semua dilakukan dengan baik.
Dalam kesempatan itu, Didimus juga menyinggung pelaku ekonomi untuk jangan sekali-kali menjual barang yang tidak berkualitas. Barang lama dijual seperti barang baru. Sama halnya dengan pedagang ikan dan ayam agar mencari tempat yang layak alias tidak berdekatan dengan penjual sembako.
“Saya akan kumpul data untuk para pedagang yang kesulitan mendapatkan tempat yang layak agar dimudahkan mendapatkan los atau ruko dengan sistem kontrak panjang. Semua ini akan kita atur dalam Perda sehingga saya berharap semua pelaku ekonomi agar dapat memperhatian lingkungan dan sampahnya, saya minta Perindagkop perhatikan ini,” tegasnya.
Untuk bidang peternakan diakui belum banyak yang dilakukan dan belum terlihat dalam PAD namun dirinya yakin dengan adanya Perusda ini Yahukimo akan menuju satu titik kebangkitan yang luar biasa. “Yahukimo memang harus dibangun dengan penyatuan hati,” tambahnya.
“Saya terima kasih untuk DPRD yang sudah mengesahkan Perda dan Dirut Perusda Ali Mujiono yang telah bekerja,” sambungnya. Kemudian dari sektor infrastruktur pihaknya telah memulai melakukan pembangunan, dari jalan, trotoar dan jembatan.
Demikian juga dalam sektor pemerintahan telah dilakukan secara bertahap pelantikan kepala desa, kepala distrik dan pihaknya masih menunggu tahapan untuk pelantikan sebagian besar OPD. Sedikit terlambat dikarekan harus mengikuti aturan KASN. “Saya berharap dalam tahun ini semua dapat dilantik,” harapnya.
Persoalan lain yang juga disinggung adalah berkaitan dengan penegakan hukum dan HAM. Ditegaskan bahwa hingga kini Pemda mendorong upaya penegakan hukum dan HAM secara adil. Ini dibuktikan dengan para pelaku yang melakukan pengrusakan, membakar rumah, membakar fasilitas umum Papua dan menyerang gereja semua sudah diadili.
Kata dia tak ada orang yang lebih hebat, lebih kuat karena semua sama. “Kamu pergi bakar rumah orang lain lalu anak istrinya pulang mau makan apa. Kalau bapaknya salah ya bapaknya saja yang dibawa ke polisi. Jangkrik bunyi anak tidur di mana? Jadi semua pelaku kejahatan harus diproses hukum. Orang Yahukimo harus berani dan jangan jadi banci sebab semua sama,” singgungnya.
Kalaupun mau melakukan demo ia mempersilakan datang ke kantor DPR karena di sana halamannya cukup luas. Didimus menyatakan tidak menutup keran demokrasi tapi kalau dengan waktu, tempat, perkataan yang salah dan tujuan yang dimanfaatkan akan menjadi malapetaka.
Kemudian yang membawa masuk miras ilegal, pembawa masuk wanita tuna susila, dadu atau judi. “Saya beritahu hari ini untuk lakukan bisnis yang baik di kota ini, bisnis itu tidak layak di Yahukimo. Orang semua masih polos dan bikin otak rusak pasti akan rusak. Saya minta ini ditindaklanjuti oleh Satpol PP dan pihak kepolisian,” pintanya.
Hal lain adalah soal pemekaran distrik. Pemda Yahukimo telah memberikan distrik kepada masyarakat Korowai Batu agar lebih mudah dalam pelayanan pemerintahan. Ini dikatakan jika dalam politik pemekaran akan dijadikan sebagai bahan kampanye namun di sini ia menyatakan bahwa janji pemekaran adalah omong kosong sebab sangat sulit jika ada pemekaran distrik untuk sementara.
“Saya mengerti perasaan orang-orang tua tapi situasi saat ini belum memungkinkan,” tambahnya. Kemudian dari sektor perhubungan Pemda sedang membuka semua lapangan terbang namun di sini ia berharap bisa dibantu dengan dana desa.
“Kalau ada 5 desa artinya sudah ada Rp 500 juta yang bisa digunakan untuk membeli turbin, membeli kabel dan membangun turbin sehingga desa itu menjadi desa yang terang. Selanjutnya untuk lapangan terbang gunakan alat berat akan kami focus di Silomo,” paparnya lagi.
Ia juga bersyukur karena hingga kini Kementerian Perhubungan memberikan kemudahan bagi masyarakat lewat subsidi dan tahun ini ada 87 subsidi baru.
Diakhir pidatonya Didimus menaruh harap bahwa jika perusahaan daerah telah memiliki SK maka akan ada divisi aviasi yang mengurus banyak penerbangan. Malah bila perlu Pemda akan membuat hangar pesawat. Begitu juga dengan pertambangan, pertanian, perdagangan dan aspek lain. Akumulasi dari total pemasukan dimana jika bisa mencapai Rp 200 miliar setiap tahun maka satu catatan lainnya bisa diwujudkan.
Catatan tersebut adalah tim sepakbola Persikimo Yahukimo bisa kembali dihidupkan. Asa lain adalah Satpol PP yang tidak punya ijazah termasuk RT RW juga bisa kita berdayakan agar income perkapita bisa dikantongi minimal Rp 3 juta/bulan.
Disini ia mengingatkan kepada para kepala dinas dan kepala badan yang masih tinggal di zona nyaman dan masih melihat program ini setengah hati untuk segera bangun. Didimu menegaskan harus keluar dan melebur dalam visi. Tidak bisa terus menerus dizona nyaman. “Saya mengetuk hati hamba – hamba Tuhan untuk berdoa, semua memberikan dukungan dan hindari hasutan yang tidak membawa perubahan. Saya beritahu bahwa orang lain tidak akan datang menolong kita, cukup datang missionaris karena yang akan merubah kita adalah kita sendiri. Bukan siapa – siapa,” imbuhnya.
“Ini waktunya kita menolong diri kita, menolong adik-adik kita, menolong keluarga kita dan memberi manfaat bagi semua,” tutup Didimus. (ade/nat)