Sunday, May 18, 2025
23.3 C
Jayapura

Ditemukan Oleh Seekor Anjing dengan Nama Aslinya yang Berarti Seorang Nenek

Mengunjungi Goa Binsari atau  Goa Jepang di Biak yang Menyimpan Jejak Perang Dunia ke II

Di balik hutan rimbun dan sejuknya udara Biak, ada sebuah tempat yang menyimpan kisah panjang tentang Perang Dunia II. Goa Binsari, yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai Goa Jepang. Bagaimana kondisinya kini

Laporan: Ismail – Biak Numfor

Pada hari Rabu, 14 Mei 2025, Cenderawasih Pos berkesempatan mengunjungi Goa Binsari atau yang biasa dikenal sebagai Goa Jepang dan bertemu langsung dengan pengelola tempat tersebut, Yusuf Rumaropen. Seperti yang diceritakan oleh Yusuf, Goa Binsari bukan hanya sekadar gua yang terletak di Biak Kota, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam, yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting pada masa Perang Dunia II.

Goa ini yang pada awalnya ditemukan oleh masyarakat lokal sebagai tempat tinggal dan tempat berkebun, bertransformasi menjadi salah satu lokasi strategis yang digunakan oleh tentara Jepang selama perang. Goa yang terletak sekitar 15 hingga 20 meter di bawah tanah ini dipilih oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan pusat logistik, di mana mereka menyimpan berbagai perlengkapan militer, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahkan bahan bakar.

Baca Juga :  Dihiasi Lampu dan Berbagai Wahana, Bisa Ingatkan Kenangan Masa Lalu

“Goa ini sudah ditemukan jauh sebelum tentara Jepang datang. Warga setempat saat itu menemukan goa ini karena seekor anjing yang tiba-tiba muncul dengan tubuh basah, yang mengarah pada penemuan gua tersembunyi di balik semak-semak,” ujar Yusuf. Sejak saat itu, gua ini pun mulai dikenal dengan nama Abyab Binsari dalam bahasa Biak, yang berarti “seorang nenek,” karena konon sering terdengar suara tangisan seorang nenek dari dalam goa.

Namun, pada masa Perang Dunia II, goa ini menjadi saksi bisu dari pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pemboman di sekitar area tersebut. Menurut cerita dari Yusuf, sekitar 11 ribu tentara Jepang ditempatkan di Biak dan Supiori, dengan sekitar 3.000 tentara Jepang ditempatkan di sekitar Goa Binsari. Di tempat ini pula ditemukan banyak benda bersejarah, seperti tulang belulang tentara, granat, rudal berkarat, serta berbagai peralatan perang lainnya, yang kini dipajang dalam museum kecil di lokasi tersebut.

Baca Juga :  Sail Teluk Cenderawasih Tetap Diselenggarakan di Papua

Meski gua ini sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an, pengelolaan Goa Binsari tetap bergantung pada upaya keras dari masyarakat lokal, terutama keluarga Yusuf, yang sudah turun-temurun menjaga dan merawat situs ini. “Kami mulai mengumpulkan benda-benda peninggalan ini sejak tahun 1980-an, sebelum ada pembangunan di sini. Kami ingin menjaga sejarah ini tetap hidup dan mengenalkan kepada generasi mendatang,” lanjutnya.

Mengunjungi Goa Binsari atau  Goa Jepang di Biak yang Menyimpan Jejak Perang Dunia ke II

Di balik hutan rimbun dan sejuknya udara Biak, ada sebuah tempat yang menyimpan kisah panjang tentang Perang Dunia II. Goa Binsari, yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai Goa Jepang. Bagaimana kondisinya kini

Laporan: Ismail – Biak Numfor

Pada hari Rabu, 14 Mei 2025, Cenderawasih Pos berkesempatan mengunjungi Goa Binsari atau yang biasa dikenal sebagai Goa Jepang dan bertemu langsung dengan pengelola tempat tersebut, Yusuf Rumaropen. Seperti yang diceritakan oleh Yusuf, Goa Binsari bukan hanya sekadar gua yang terletak di Biak Kota, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam, yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting pada masa Perang Dunia II.

Goa ini yang pada awalnya ditemukan oleh masyarakat lokal sebagai tempat tinggal dan tempat berkebun, bertransformasi menjadi salah satu lokasi strategis yang digunakan oleh tentara Jepang selama perang. Goa yang terletak sekitar 15 hingga 20 meter di bawah tanah ini dipilih oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan pusat logistik, di mana mereka menyimpan berbagai perlengkapan militer, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahkan bahan bakar.

Baca Juga :  Warga Kbusdori Segera Huni Rumah Minimalis Berkat TMMD 123 di Biak

“Goa ini sudah ditemukan jauh sebelum tentara Jepang datang. Warga setempat saat itu menemukan goa ini karena seekor anjing yang tiba-tiba muncul dengan tubuh basah, yang mengarah pada penemuan gua tersembunyi di balik semak-semak,” ujar Yusuf. Sejak saat itu, gua ini pun mulai dikenal dengan nama Abyab Binsari dalam bahasa Biak, yang berarti “seorang nenek,” karena konon sering terdengar suara tangisan seorang nenek dari dalam goa.

Namun, pada masa Perang Dunia II, goa ini menjadi saksi bisu dari pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pemboman di sekitar area tersebut. Menurut cerita dari Yusuf, sekitar 11 ribu tentara Jepang ditempatkan di Biak dan Supiori, dengan sekitar 3.000 tentara Jepang ditempatkan di sekitar Goa Binsari. Di tempat ini pula ditemukan banyak benda bersejarah, seperti tulang belulang tentara, granat, rudal berkarat, serta berbagai peralatan perang lainnya, yang kini dipajang dalam museum kecil di lokasi tersebut.

Baca Juga :  Masuk Dipandu Petugas KPPS, Tangan Diarahkan ke Surat Suara

Meski gua ini sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an, pengelolaan Goa Binsari tetap bergantung pada upaya keras dari masyarakat lokal, terutama keluarga Yusuf, yang sudah turun-temurun menjaga dan merawat situs ini. “Kami mulai mengumpulkan benda-benda peninggalan ini sejak tahun 1980-an, sebelum ada pembangunan di sini. Kami ingin menjaga sejarah ini tetap hidup dan mengenalkan kepada generasi mendatang,” lanjutnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/