Friday, September 20, 2024
28.7 C
Jayapura

Miliano Jonathans, Sayap Lincah Vitesse Ternyata Punya Keturunan dari Depok

JAKARTA– Miliano Jonathans, pemain muda berbakat yang kini bermain sebagai sayap kanan untuk Vitesse Arnhem di Eredivisie, telah menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepak bola Indonesia.

Tidak hanya karena penampilannya yang impresif di lapangan, tetapi juga karena hubungan eratnya dengan Indonesia. Dalam sebuah momen yang mengejutkan, keluarga Miliano melakukan kunjungan ke Jakarta sekitar sebulan yang lalu, yang kemudian memicu spekulasi tentang kemungkinan bergabungnya sang pemain dengan Timnas Indonesia.

Kehadiran Hamdan Hamedan, staf ahli Kemenpora, dalam pertemuan tersebut semakin memperkuat isu ini. Melalui sebuah postingan di Instagram Story, Hamdan mengisyaratkan nada positif yang membangkitkan harapan para penggemar Garuda.

Dikutip dari laman resmi Transfermarkt Indonesia, Miliano mengungkapkan kerinduannya terhadap Indonesia. Dia menyebutkan bahwa dirinya ingin kembali secepatnya ke tanah kelahirannya nenek moyangnya. Alasan lain yang mungkin terdengar menggelitik adalah kerinduannya terhadap masakan sang Oma di Indonesia.

Hal ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan emosionalnya dengan negara ini, meski dia tumbuh dan besar di Belanda. Koneksi ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga biologis. Miliano memiliki darah Indonesia yang mengalir dalam tubuhnya, berkat nenek dari pihak ayah yang berasal dari Depok.

Baca Juga :  Gol Thom Haye Identik dengan Gol Spektakuler Cristian Gonzáles di AFF 2010

Miliano memulai perjalanan karier sepak bolanya di usia yang sangat muda. Dia mengungkapkan bahwa dirinya sudah bermain sepak bola sejak usia 4 tahun di sebuah klub amatir bernama Arnhemse Boys. Pada usia 8 tahun, bakatnya sudah mulai terlihat dan ia berhasil masuk ke akademi muda Vitesse.

Namun, karena saat itu tidak ada tim untuk anak-anak berusia 8 tahun atau lebih muda, ia secara resmi bergabung dengan tim U10 Vitesse pada usia sekitar 9 atau 10 tahun. Dari sini, kariernya terus berkembang pesat. Dia selalu bermain dengan kelompok usia yang lebih tinggi, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa.

Perjalanan Miliano di akademi Vitesse benar-benar mengesankan. Pada usia 16 tahun, dia sudah dipromosikan ke tim Jong Vitesse, yang merupakan satu tim di bawah tim utama. Meski pada awalnya mengalami kesulitan saat berlatih dengan tim utama, ia tidak menyerah. Dia terus berlatih dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim utama pada usia 18 tahun.

Debutnya di Eredivisie menjadi momen yang sangat spesial, tidak hanya bagi Miliano tetapi juga bagi keluarganya yang hadir untuk mendukung. Dia menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sangat gembira dan gugup, tetapi juga penuh semangat untuk membuktikan dirinya di level tertinggi.

Baca Juga :  Persewar Siap Tarung di Liga 2?

Miliano menyebut Lionel Messi sebagai idolanya sejak kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menemukan bahwa gaya bermainnya lebih mirip dengan pemain-pemain seperti Hakim Ziyech, Martin Ødegaard, dan Riyad Mahrez. Dia adalah pemain sayap kanan yang gemar melakukan aksi-aksi dribel yang memukau.

Baginya, bermain di sisi kanan lebih nyaman karena ia bisa membuat keputusan dengan lebih cepat dan alami, berbeda dengan posisi di sayap kiri yang membuatnya harus berpikir lebih keras. Dalam formasi favoritnya, Miliano lebih suka bermain dengan empat pemain bertahan, tiga gelandang, dan tiga penyerang. Dia menyukai formasi ini karena memberikan kebebasan untuk menyerang dan memaksimalkan kemampuan ofensifnya.

Ketika ditanya tentang apa yang biasanya dia lakukan sebelum pertandingan, Miliano menjawab bahwa ia tidak memiliki ritual khusus. Ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain. Fokus utamanya adalah memberikan penampilan terbaik dengan aksi-aksi yang menghibur.

JAKARTA– Miliano Jonathans, pemain muda berbakat yang kini bermain sebagai sayap kanan untuk Vitesse Arnhem di Eredivisie, telah menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepak bola Indonesia.

Tidak hanya karena penampilannya yang impresif di lapangan, tetapi juga karena hubungan eratnya dengan Indonesia. Dalam sebuah momen yang mengejutkan, keluarga Miliano melakukan kunjungan ke Jakarta sekitar sebulan yang lalu, yang kemudian memicu spekulasi tentang kemungkinan bergabungnya sang pemain dengan Timnas Indonesia.

Kehadiran Hamdan Hamedan, staf ahli Kemenpora, dalam pertemuan tersebut semakin memperkuat isu ini. Melalui sebuah postingan di Instagram Story, Hamdan mengisyaratkan nada positif yang membangkitkan harapan para penggemar Garuda.

Dikutip dari laman resmi Transfermarkt Indonesia, Miliano mengungkapkan kerinduannya terhadap Indonesia. Dia menyebutkan bahwa dirinya ingin kembali secepatnya ke tanah kelahirannya nenek moyangnya. Alasan lain yang mungkin terdengar menggelitik adalah kerinduannya terhadap masakan sang Oma di Indonesia.

Hal ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan emosionalnya dengan negara ini, meski dia tumbuh dan besar di Belanda. Koneksi ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga biologis. Miliano memiliki darah Indonesia yang mengalir dalam tubuhnya, berkat nenek dari pihak ayah yang berasal dari Depok.

Baca Juga :  Kembali Jadi Man of The Match, Ini 3 Kemampuan Apik yang Dimiliki Maarten Paes

Miliano memulai perjalanan karier sepak bolanya di usia yang sangat muda. Dia mengungkapkan bahwa dirinya sudah bermain sepak bola sejak usia 4 tahun di sebuah klub amatir bernama Arnhemse Boys. Pada usia 8 tahun, bakatnya sudah mulai terlihat dan ia berhasil masuk ke akademi muda Vitesse.

Namun, karena saat itu tidak ada tim untuk anak-anak berusia 8 tahun atau lebih muda, ia secara resmi bergabung dengan tim U10 Vitesse pada usia sekitar 9 atau 10 tahun. Dari sini, kariernya terus berkembang pesat. Dia selalu bermain dengan kelompok usia yang lebih tinggi, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa.

Perjalanan Miliano di akademi Vitesse benar-benar mengesankan. Pada usia 16 tahun, dia sudah dipromosikan ke tim Jong Vitesse, yang merupakan satu tim di bawah tim utama. Meski pada awalnya mengalami kesulitan saat berlatih dengan tim utama, ia tidak menyerah. Dia terus berlatih dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim utama pada usia 18 tahun.

Debutnya di Eredivisie menjadi momen yang sangat spesial, tidak hanya bagi Miliano tetapi juga bagi keluarganya yang hadir untuk mendukung. Dia menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sangat gembira dan gugup, tetapi juga penuh semangat untuk membuktikan dirinya di level tertinggi.

Baca Juga :  Presiden FIFA Gianni Infantino Bertemu Prabowo, Bahas Kerja Sama PSSI dan FIFA

Miliano menyebut Lionel Messi sebagai idolanya sejak kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menemukan bahwa gaya bermainnya lebih mirip dengan pemain-pemain seperti Hakim Ziyech, Martin Ødegaard, dan Riyad Mahrez. Dia adalah pemain sayap kanan yang gemar melakukan aksi-aksi dribel yang memukau.

Baginya, bermain di sisi kanan lebih nyaman karena ia bisa membuat keputusan dengan lebih cepat dan alami, berbeda dengan posisi di sayap kiri yang membuatnya harus berpikir lebih keras. Dalam formasi favoritnya, Miliano lebih suka bermain dengan empat pemain bertahan, tiga gelandang, dan tiga penyerang. Dia menyukai formasi ini karena memberikan kebebasan untuk menyerang dan memaksimalkan kemampuan ofensifnya.

Ketika ditanya tentang apa yang biasanya dia lakukan sebelum pertandingan, Miliano menjawab bahwa ia tidak memiliki ritual khusus. Ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain. Fokus utamanya adalah memberikan penampilan terbaik dengan aksi-aksi yang menghibur.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya