Site icon Cenderawasih Pos

Perjuangan TPN-OPM Makin Kabur, Yuranus Jikwa: Jangan Tembak Warga Sipil!

Ketua Wilayah Adat La Pago, Yuranus Jikwa bicara soal perjuangan TPN OPM yang dinilai semakin kabur. (ist)

JAYAPURA- Berbagai aksi kekerasan yang dilakukan TPN-OPM belakangan ini hingga menimbulkan banyak korban jiwa terhadap masyarakat sipil.

Termasuk pernyataan pernyataan juru bicara (Jubir) Sebby Sambom di media massa selama ini juga menuai kritikan keras dari salah Ketua Wilayah Adat La Pago, Yuranus Jikwa.

“Jadi pernyataan Juru Bicara (Jubir)  TPN-OPM, Sebby Sambom dan kekerasan yang dilakukan TPN-OPM terhadap warga sipil di Tanah Papua kian meresahkan dan mengaburkan perjuangan,” ucap Yuranus Jikwa melalui rilis yang diterima Ceposonline.com, Kamis (19/10/2023).

Yuranus mengatakan, belakangan ini maraknya terjadi kasus penganiayaan, pemerkosaan, penculikan, pembunuhan hingga penembakan di tempat-tempat aktivitas umum kepada masyarakat sipil oleh TPM-OPM.

Seperti yang terbaru ini kasus pembunuhan pendulangan emas, yang terjadi  pada Senin, 16 Oktober 2023 lalu di Yahukimo.

Dimana ada tujuh orang warga tewas dan beberapa lainnya luka-luka karena ditembak pasukan TPN-OPM.

Lalu, peristiwa yang sama juga pernah terjadi di beberapa tempat pendulangan seperti di Korowai Pegunungan Bintang dan Baya Biru Paniai.

“Saya menilai perjuangan TPN-OPM makin kabur dan tidak jelas arah tujuannya, yang bisa menuai antipati mata dunia internasional dan melanggar HAM,” tegasnya.

Pria  yang akrab disapa Agus Rawa Kogoya pun menghimbau kepada tokoh pejuang TPN-OPM dan organisasi pejuang lainnya yang ada di seluruh wilayah Kodap pertahanannya masing-masing, agar dalam melakukan perjuangan itu lebih manusiawi

“Harusnya lebih elegan, karena banyak cara yang bisa dilakukan untuk meraih cita-cita,” ujarnya.

Kata, Agus Kogoya,  seharusnya mereka tidak melakukan aksinya dengan cara yang keji atau tidak berperikemanusiaan.

Seharusnya mereka TPN-OPM tidak membunuh dan menembak orang sembarangan.

“TPN-OPM statusnya jelas dan medan perangnyapun harus jelas. TPN-OPM itu lawan perangnya juga jelas adalah TNI-POLRI bukan masyarakat sipil,” tuturnya.

Agus Kogoya menyampaikan, masyarakat sipil baik orang Papua maupun pendatang, sama sekali tidak boleh menjadi korban tembak.

Apalagi mereka ini berkerja hanya untuk mencari  makan, bukan malah menjadi sasaran tembak atau korban perang TPN-OPM.

“Saya ingin menegaskan kepada TPN-OPM  yang ada di wilayah La Pago dan Mee Pago agar berjuang itu dengan cara-cara yang benar,” bebernya.

Agus Kogoya meminta, agar TPN-OPM jangan melakukan penembakan terhadap masyarakat sipil, lalu membuat pernyataan di media yang tidak benar.

Demikian juga dengan juru bicara Sebby Sambom ketika berbicara pada media, selalu mengaku siap bertanggungjawab ketika korban perang adalah TNI-POLRI dan TPN-OPM.

Namun ketika warga sipil yang menjadi korban, Sebby Sambom selaku juru bicara TPN- OPM tidak pernah mau menyatakan bertangungjawab di media.

Seharusnya pernyataan Sebby Sambom  di media dilengkapi dengan data yang akurat bukan asal bicara dan menuding.

Karena jika menyampaikan tuduhan tanpa berikan bukti maka sulit untuk dipahami dan akan dinilai lebih kepada pembelaan diri.

Selain itu hanya untuk memperkaya perjuangan yang makin tidak jelas, karena lebih kepada motif ekonomi.

“Itu sebuah dosa besar dan pembohongan publik. Ketika TPN-OPM menembak masyarakat sipil dia Sebby Sambon selalu mengatakan bahwa itu Intelijen Indonesia atau Intelijen TNI-POLRI yang menjadi mata-mata,” sambung Agus Kogoya.

Agus menambahkan, pernyatan semacam ini   sangat keliru dan tentunya bukan merupakan perjuangan yang murni yang disampaikan oleh Sebby Sambon tersebut

Ia menilai jika berbagai pernayatan Jubir TPN-OPM itu  hanya sebuah  pembelaan diri semata.

“Berperang itu melawan TNI-POLRI, bukan dengan warga sipil yang dituduh sebagai mata-mata,” kecam Agus Kogoya.

Apalagi tanpa ada dokumen lengkap atau jati diri, apakah warga yang dimaksud itu intelijen atau bukan.

Karena bisa saja, semua masyarakat orang Papua dituding kaki tangan TNI-Polri, lalu yang diperjuangkan itu  untuk siapa, karena rakyat semua mendukung NKRI.

“Para pimpinan dan senior seperti Matias Wenda, Bernad Mawen, Goliat Tabuni, Titus Murib dan Kelly Kwalik tidak pernah perintahkan tembak masyarakat sipil, tapi musuh itu jelas TNI-POLRI,” katanya.

Untuk itu, selaku tokoh adat La Pago, Agus meminta Sebby Sambom bisa membedakan mana perjuangan dan mana kekerasan.

“Jangan dia berlindung dibalik pernyataan yang kontroversi seakan-akan itu murni perjuangan tapi rakyat dikorbankan,” tambah Agus.

Apalagi tanpa tunjukkan bukti  atau dokumen diri seperti kartu anggota bahwa yang ditembak atau dibunuh itu TNI-POLRI.

Agus pun meminta kepada Sebby Sambom biar tidak keliru dalam berbicara atau memediakan situasi yang terjadi di Papua.

Jangan juga hanya berbicara diluar negeri, datang ke tanah air Papua dan telibat langsung dalam perjuangan TPN-OPM.

“Kalau tinggal di luar negeri itu sudah jelas bukan merupakan tokoh pejuang Papua yang murni. Tapi hanya cari popularitas,” tutup Agus Kogoya. (*)

Exit mobile version